122. Nana | Mamas

348 39 2
                                    

❤ Rina

Aku terkekeh geli melihat ekspresi kesal Mas Rezky saat ini.

Mas Rezky kesal, karena nama kontaknya masih Rezky Pramurindra, nama lengkapnya.

Lalu memangnya, aku harus menamainya apa?

"Mas jangan marah dong," bujukku.

"Mas nggak marah. Cuma terlanjur sebel aja," jawab Mas Rezky sambil bersungut-sungut padaku.

Astaga. Umur Mas Rezky itu sudah dewasa, tapi kenapa ekspresi sebalnya malah jadi terlihat menggemaskan sekali seperti itu?

"Emangnya, nama kontaknya Nana di HP Mas, apa?"

Mas Rezky langsung menunjukan layar ponselnya yang masih menyala tepat di depan wajahku.

Rinaku

"Rinaku?" tanyaku memastikan.

Mas Rezky mengangguk masih dengan bibirnya yang sedikit mengerucut karena sebal.

Gemas.

Ya ampun.

Kenapa calon suamiku jadi berubah imut begini?

"Kenapa namanya jadi Rinaku?" tanyaku jelas ingin mencari tahu.

"Ya kan memang Nana-nya Mas, jadi namanya, Rinaku. Emang Nana bukan punya Mas?"

"Belum," jawabku cepat sekali.

"Tapi sebentar lagi. Jadi nggak papa, kalau sekarang, namanya sudah Rinaku. Itu doa juga. Semoga segera diijabah sama Allah, Nana cepat jadi istrinya Mas."

Aku tersenyum memandangi Mas Rezky yang masih terlihat kesal sampai sekarang.

"Kok nggak aamiin?"

Aku langsung mencoba untuk menahan tawaku. Karena sepertinya, Mas Rezky benar-benar sedang kesal padaku.

"Iya, Mas. Aamiin."

Mas Rezky mengembalikan ponselku masih dengan wajahnya yang terlihat kesal, "Jangan Nana ganti ya namanya," katanya.

"Emang nama apa?" tanyaku bingung tentang nama apa yang sedang Mas Rezky maksudkan.

"Pokoknya, jangan diganti."

Baru saja aku ingin bertanya lagi, tapi layar ponselku sudah menyala pertanda ada satu telepon yang masuk untukku saat ini.

Dan seketika bibirku langsung berkedut menahan senyum karena melihat nama kontak yang tertera di layar ponselku :

📞 Mamas ❤ memanggil ...

Mas Rezky juga sepertinya sedang berusaha keras untuk menahan senyumnya.

Oh tidak.

Apa-apaan ini?

Kenapa aku jadi merasa seperti sedang berubah menjadi seorang remaja belia lagi?

Mas Rezky sungguhan menghadirkan euforia teramat bahagia yang baru kali ini kutemui.

Manis sekali.

"Kalau memang mau senyum, langsung senyum aja, Mas. Jangan ditahan-tahan kaya gitu," ledekku.

Mas Rezky langsung merubah ekspresinya jadi datar kembali, "Pokoknya, namanya jangan sampai diganti."

Aku jadi tersenyum dan lekas menganggukkan kepalaku lagi, "Iya, Mamas. Nggak Nana ganti namanya. Love merahnya juga nggak akan Nana hapus."

Dan berhasil.

Mas Rezky sudah tersenyum setelah mendengar jawaban memuaskan dariku.

Memang dasar si baik hati. Mas Rezky memang tak akan bisa marah lama-lama padaku seperti saat ini.

Sungguhan gemas.

"Pokoknya, jangan diganti ya. Kalau mau ditambah, boleh. Tapi jangan diganti."

"Ditambahin apa misalnya?"

"Ya misalnya, ditambah tanda love merahnya biar makin banyak."

"Terus, apa lagi?"

"Atau ditambah kata sayang."

"Jadi apa?"

"Ya jadi Mamas sayang."

"Iya. Nana juga."

"Juga apa?" tanya Mas Rezky bingung.

"Nana juga sayang Mamas."

"Hah?" Mas Rezky malah makin bingung dengan jawabanku.

"Tadi, katanya, jadi Mamas sayang."

Diam beberapa lama, sepertinya, Mas Rezky belum paham apa maksud ucapanku padanya.

"Astaga, Nana. Kenapa sekarang jadi Nana yang gombalin Mas?"

Dan aku langsung tertawa karena Mas Rezky yang baru sadar apa maksud jawabanku sebelumnya.

"Telat," kataku.

Mas Rezky juga jadi ikut tertawa bersamaku, "Kalau kaya gini, Mas nggak jadi sebel, Na. Langsung batal ngambek. Soalnya, Mamas jadi sayang," ucap Mas Rezky dengan cengiran lebarnya.

Dasar.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang