115. Seruan Kesenangan

372 51 2
                                    

❤️ Rina

Melihat hebohnya Shinta saat ini, aku jelas tak lagi bisa melarikan diri. Karena tatapan berbinar Shinta sudah cerah sekali.

Jadi aku lekas mendudukkan diriku lagi dan menerima panggilan telepon dari Mas Rezky dengan Elysia, Ibu, juga Shinta yang menatap penuh rasa penasaran ke arahku.

"Assalamu'alaikum, Mas."

Aku baru saja mengucapkan salam, tapi Shinta sudah heboh sekali mencubiti bagian tanganku.

"Tante Shinta jangan cubit-cubit Mama. Nggak boleh," kata Elysia sambil menampik tangan Shinta yang ingin mencubitku lagi.

"Rame banget."

"Salamnya belum dijawab, Mas."

Mas Rezky terdengar sedang terkekeh senang di seberang sana.

"Oh iya, maaf. Maaf ya. Tadi Mas kaget, jadi kelupaan. Wa'alaikumsalam, calon istri."

"Ehem ehem!"

Shinta memang benar-benar.

"Lagi ramai ya di rumah?"

"Iya, Mas. Ini lagi kumpul semua di ruang tengah."

"Bu Widya sama Mba Shinta, masih di rumah?"

"Tesih, Mas. Pripun?" (Masih, Mas. Gimana?)

"Alhamdulillah. Kebetulan. Ini, Mas habis dari Sari Laut. Tadi, sekalian masak juga di sana. Jadi, Mas bawain menu seafood buat makan siang. Belum pada makan siang, kan?"

"Belum, Mas "

"Ya sudah. Berarti memang pas banget. Alhamdulillah. Jadi, nggak usah masak buat makan siang ya. Soalnya Mas udah bawain makanan."

"Kok jadi repot-repot banget, Mas? Mas Rezky yang masak sendiri?"

"Iya. Mas yang masak."

"Ini, Mas lagi di mana?"

"Udah di jalan. Mas hampir masuk daerah perumahanmu."

"Mas Rezky dari Sari Laut, langsung ke sini?"

"Iya."

"Ya berarti, Mas jadi repot dong. Memangnya, Mas nggak capek, habis dari resto, masak, terus langsung ke sini?"

"Mas nggak repot kok, Dek. Apalagi Mas masak buat calon istri sama anak. Sama keluarga juga. Jadi bukan capek, tapi seneng namanya."

"Aduh, Adek dong, Bu. Mba Rina dipanggil Adek!" tiba-tiba, tanpa aba-aba, Shinta sudah langsung berseru dengan begitu hebohnya.

Astaga, Shinta.

"Suaramu, Dek. Kecilin," peringat Ibu pada Shinta.

Dan aku juga langsung mendelik ke arah Shinta. Memberi peringatan tentang betapa lantang suaranya.

"Kenapa, Dek? Kok jadi ramai banget?"

Aku sedikit mendengus karena tak menyangka bahwa Mas Rezky akan tetap bebal memanggilku dengan panggilan Adek.

Kan Shinta jadi langsung histeris seperti itu.

"Nggak papa, Mas. Shinta lagi nonton sinetron. Jadi Shinta heboh sendiri kaya gitu. Lagi ada adegan menyatakan cinta. Makanya Shinta jadi baper."

Jawaban ngawurku malah membuat Shinta jadi semakin menunjukan sikap hebohnya.

Ya sudah, biarkan saja. Yang penting, Shinta tak lagi mengeluarkan seruan melengkingnya.

"Oh gitu. Ini, Mas datang jam segini, nggak ganggu, kan?"

"Nggak kok, Mas. Tenang aja. Cuma kaget di awal aja tadi. Soalnya kemarin, kan Mas bilangnya mau datang ke sini habis zuhur."

"Iya. Tadinya gitu. Tapi Mas pengin makan siang bareng. Jadi Mas datangnya sekarang. Nggak papa, kan?"

"Nggih, Mas. Mboten nopo-nopo." (Iya, Mas. Nggak papa)

Tiba-tiba, terdengar suara klakson mobil di sana.

"Kenapa, Mas?"

"Nggak papa, Dek. Tadi, Mas ngasih klakson, salam sama satpam perumahanmu yang jaga di depan."

"Berarti, Mas udah hampir sampai?"

"Iya, Dek. Sebentar lagi. Ini, Mas baru ngelewatin pintu gerbang."

"Ya sudah. Hati-hati ya, Mas. Soalnya, kalau hari Minggu gini, suka banyak anak kecil yang lagi jalan-jalan. Jadi matiin aja dulu teleponnya. Jangan nyetir sambil mainan HP."

"Ini, Mas pakai earpods kok, Dek. Hands free. Jadi tenang aja. Ya? Jangan khawatir."

"Prikitiew. Uhuy."

Shinta membuat ulah lagi.

"Ya udah. Matiin aja dulu teleponnya, Mas. Bentar lagi juga sampai."

"Iya, iya. Mas manut sama calon istri. Ya sudah, Mas tutup dulu ya teleponnya."

"Iya, Mas."

"Bilangin juga sama El, sebentar lagi, Mas sampai."

"Iya, Ayah. El tunggu!" seru Elysia, tepat di dekat telingaku.

"Loh? El dengar obrolan kita juga, Dek?"

"Iya, Mas. Ini, El lagi dipangku sama aku."

Mas Rezky terdengar sedang terkekeh sekarang.

"Ya sudah. Kalau gitu, sampai ketemu ya. Sebentar lagi, Mas sampai. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Baru saja aku mematikan panggilan teleponku dan Mas Rezky, tapi Shinta sudah langsung berseru heboh sekali.

Wah, ada kehebohan apa lagi yang akan terjadi setelah ini?

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang