109. Akhirnya Ku Menemukanmu

446 55 10
                                    

💙 Mas Rezky

Aku masih terkejut dan bingung luar biasa, karena bagaimana caranya Ibu bisa mengenal Rina?

Tadi, setelah aku sampai di sini, Ibu langsung pergi meninggalkan aku dan Rina. Katanya, biar kami berdua bisa bicara.

Tapi sejak tadi, tak ada obrolan yang terjadi di antara kami berdua. Rina asik sekali mengusap-usap punggung Elysia yang masih tertidur lelap di atas pangkuannya. Sedangkan aku, tentu saja, selalu sibuk memandangi bagaimana cantiknya seorang Rina. Karena aku sungguhan sudah terlalu rindu dengannya.

Ya. Kedua mataku benar-benar tak bisa berhenti untuk melihat Rina. Karena aku memang sangat merindukannya. Tapi sepertinya, Rina tak merasakan hal yang sama. Karena tatapan Rina tak pernah tertuju padaku yang sejak tadi sudah ada di dekatnya. Rina lebih senang memandangi pemandangan yang ada di hadapannya. Atau menatapi putri kecilnya. Rina sungguhan tak mau menoleh untuk menatapku walau hanya sekejap mata.

Aku menghela napas dengan perasaan yang sendu. Karena sepertinya, memang hanya aku yang merasakan rindu sampai hatiku jadi ngilu.

Mengalihkan pandanganku dari Rina, aku sedang mencoba menguatkan diri supaya hatiku tak jadi terluka.

Dan tanganku langsung mencengkeram erat pegangan besi pembatas yang ada di hadapanku, mencoba menguatkan hatiku, bahwa sepertinya Rina memang tak membalas rasa cintaku.

"Mas Rezky, apa kabar?"

Aku tersentak ketika bisa mendengar suara ini lagi setelah 3 minggu lebih aku kehilangannya.

Aku menoleh ke arah Rina. Dan ternyata, saat ini, Rina sedang mengangkat wajahnya untuk melihatku yang telah memberikan tatapan lekat padanya.

Tadi, aku benar-benar sangat berharap kalau Rina akan segera menatapku. Tapi kenapa, saat Rina sudah melihatku seperti ini, jantungku malah jadi langsung bertalu?

Ah, memang dasar lemah.

Rezky memang akan selalu luluh jika sudah berhadapan dengan Rina.

Rina tersenyum, lalu mengalihkan lagi pandangannya dariku, dan kembali menatapi Elysia yang masih tertidur pulas di dalam dekapannya.

Aku ikut tersenyum lega, bahkan sekarang aku jadi memutar tubuhku supaya bisa sempurna menghadap langsung pada Rina.

"Kabarku, buruk. Apalagi setelah kamu pergi gitu aja tanpa kasih kabar apa pun sama aku, sejak 3 minggu yang lalu."

Rina nampak tenang sekali, walau saat ini, aku jelas-jelas sedang berusaha protes padanya.

"Hadap ke depan, Mas."

"Ini, aku sudah hadap ke depan, Rina."

Rina menghela napasnya, "Kalau gitu, putar badannya, jangan hadap ke sini."

"Kenapa?"

"Nggak baik kalau mandang kaya gitu lama-lama."

Aku langsung mengatupkan bibirku, "Kata siapa?"

"Kataku."

Aku terkekeh pelan, "Kamu deg-degan ya, Rin, kalau aku ngelihatin kamu lama-lama kaya gini?"

"Nggak."

"Masa?" aku jadi ingin sekali menggoda pertahanan teramat kuat milik Rina.

"Iya. Soalnya, aku cuma takut, nanti, Mas Rezky malah jadi bisa bintitan."

Aku jadi tertawa sekarang, "Nggak papa. Kalau aku memang jadi bintitan, nanti, bisa langsung diobatin. Yang penting, sekarang, aku mau lihat kamu sama El dulu. Yang lama. Sampai puas."

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang