102. Kepanjangannya, Apa?

410 40 2
                                        

❤️ Rina

- Flashback Masa SMA Rina -

Bagian Tiga!
Dia, Rezky Pramurindra

Hari ini, hari terakhir MOS.

Jadi kegiatannya lebih didominasi dengan keakraban. Entah antara sesama siswa baru, adik kelas dan kakak kelas, atau pengenalan dengan para guru.

Tapi hal yang telah sangat berhasil membuatku lelah hari ini adalah karena aku harus berjalan cepat ke sana ke mari untuk berburu tanda tangan.

Melelahkan sekali rasanya harus berdesak-desakan dan berebut dengan banyak orang hanya untuk mendapatkan satu tanda tangan.

Tak akan melelahkan jika yang dimintai tanda tangan langsung mau dan sukarela memberikannya tanpa syarat. Tapi tak jarang, banyak dari mereka yang mempersulit dengan memberikan beberapa tantangan yang harus kami lakukan terlebih dahulu supaya mereka mau untuk memberikan tanda tangan mereka.

Sungguh.

Kegiatan berburu ini benar-benar membuatku lelah.

Saat aku masih berdiri dan menunggu giliran untuk mendapatkan tanda tangan dari seorang kakak kelas perempuan, kedua mataku melihat Mas Rezky yang saat ini sedang berjalan dan tak ada satu orang pun yang mengerubunginya.

Jadi aku langsung tersenyum dengan sangat bahagia, seperti seorang predator yang sedang menemukan mangsanya.

Secepat kilat aku langsung keluar dari antrian, dan segera berjalan cepat untuk mendekati Mas Rezky yang saat ini sedang berjalan sendirian.

"Siang, Kak," sapaku, saat aku sudah berada dekat dengan Mas Rezky.

Mas Rezky yang tadinya sedang berjalan, langsung berhenti saat aku sudah memberikan sebuah sapaan.

Setelah memutar tubuhnya, Mas Rezky langsung tersenyum padaku dengan begitu cerahnya. "Panggil Mas aja."

Aku tersenyum dengan sangat lega. Walau sebenarnya, aku sedang terkejut juga karena permintaan Mas Rezky yang terasa sangat tiba-tiba. Tapi aku tetap menuruti dengan memberikan sapaan baru untuknya, "Siang, Mas."

"Siang juga."

Aku langsung menyodorkan buku tulis yang kugunakan untuk mengumpulkan tanda tangan pada Mas Rezky.

Dan melihat hal itu, Mas Rezky jadi terkekeh di hadapanku. "Kenapa?"

Aku tersenyum semakin senang, "Mau minta tanda tangan, Mas. Boleh?"

Mas Rezky menatapku seperti seseorang yang sedang meneliti. Dan aku benar-benar jadi was-was kalau Mas Rezky akan menolak memberikan tanda tangannya padaku saat ini.

Tapi seketika perasaan khawatirku lenyap saat Mas Rezky mengambil alih buku tulis dari tanganku.

Dan aku langsung menghembuskan napas dengan sangat lega, saat melihat Mas Rezky sudah mulai menggoreskan tanda tangannya dengan cepat di sana.

"Capek ya?"

"Lumayan, Mas."

"Udah dapat banyak tanda tangan?"

"Belum ngitung lagi, Mas. Soalnya dari tadi, aku udah pontang-panting ke sana ke mari."

Mas Rezky terkekeh lagi, "Semoga bisa dapat banyak ya. Jadi kamu nggak kena hukuman."

"Aamiin."

Ya. Aku memang harus dapat banyak tanda tangan dari para guru, kakak kelas dan juga teman-teman yang lainnya. Minimal aku harus mengumpulkan 50 tanda tangan, supaya bisa terbebas dari hukuman dan bisa semakin bernapas lega nantinya.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang