54. Panggilan Mengejutkan

1.5K 164 30
                                    

❤ Rina

Selesai bermain, ternyata, anak-anak merasakan lapar kembali. Jadi kami memutuskan untuk makan siang yang kedua kali. Karena waktu memang masih sore hari, jadi tak mungkin kalau kami menyebutnya sebagai makan malam yang lebih awal untuk hari ini.

Kami sudah mulai menyantap makanan kami. Dengan Gita yang bergantian antara menyuapkan makanan untuk dirinya sendiri, dan juga untuk Chayra yang memang duduk di pangkuannya sejak tadi.

Melihat Gita yang sepertinya sedang kerepotan, akhirnya aku mengajukan diri untuk memberikan sebuah bantuan.

"Gita. Sini, biar aku aja yang nyuapin Chayra."

Gita mengangkat wajahnya untuk melihat ke arahku, "Tapi makanmu juga belum habis, Rin."

"Nggak papa. Bisa kuhabisin nanti. Sini, Chayra biar sama aku aja. Jadi kamu bisa selesaiin makanmu dulu," kataku yang sudah berdiri dari dudukku, lalu mendekat ke arah Chayra yang ternyata juga ikut melihatku.

"Chay, makan sama Tante Rina ya? mau?" tanyaku sambil mengusap pipi gembil Chayra.

Chayra mengangguk lucu sekali padaku, "Mau, Tante," jawab Chayra sambil merentangkan kedua tangannya karena ingin digendong olehku.

Aku terkekeh.

Dasar, manjanya Gita ternyata menurun pada Chayra. Tapi tetap lebih menggemaskan Chayra tentu saja, daripada Bundanya.

Kini, aku sudah mengangkat tubuh Chayra dalam gendonganku. "Oke. Sekarang, Chayra lanjut makannya, sama Tante Rina ya."

Chayra menganggukkan kepalanya. Lalu memeluk erat leherku dengan kedua tangan kecilnya.

Aku segera kembali ke tempat dudukku, dan Gita sudah langsung menyodorkan piring makan Chayra yang masih tersisa setengahnya kepadaku.

"Makasih ya, Rina. Maaf jadi ngerepotin kamu," kata Gita seperti merasa tak enak hati padaku.

"Santai loh, Git. Kaya sama siapa aja."

"Padahal, El aja makan sendiri. Tapi kamu malah jadi nyuapin Chayra kaya begini."

"Nggak papa, Gita. El kan memang udah bisa makan sendiri. Lagian, El juga lagi asik banget tuh sama Mas Rezky," ucapku sambil terkekeh geli.

Karena sejak tadi, Elysia memang selalu menempel pada Mas Rezky. Elysia duduk di tengah-tengah antara aku dan Mas Rezky. Tapi tetap saja, saat ini, Elysia lebih merapatkan duduknya untuk bisa dekat dengan Mas Rezky.

"Iya, Git. Nggak papa. Tenang aja. El aman sama aku. Jadi Rina bisa ikut jagain Chayra," kata Mas Rezky sambil tertawa.

Gita tersenyum penuh arti. "Kenapa Rina sama Mas Rezky jadi manis banget si, kalau lagi sama-sama kaya gini?"

Aku langsung mendelik setelah mendengar ucapan Gita. Tapi Gita justru malah tertawa sangat bahagia.

Memang dasar Gita. Dari dulu, Gita sungguhan tak pernah takut dengan luapan amarahku padanya.

Aku mulai menyuapi Chayra.

Gemas sekali.

Melihat Chayra seperti ini, aku jadi teringat kembali masa-masa Elysia masih seumurannya. Masih gendut, pipinya gembul, dan suka makan apa saja. Ya walau pun sekarang juga masih tetap sama. Karena Elysia memang tak pernah menolak makanan apa pun yang diberikan padanya. Yang penting enak, tak alot, dan tak pedas, maka Elysia pasti akan langsung menghabiskannya tanpa sisa.

"Gilang lagi teleponan sama siapa, Git?" tanya Mas Rezky.

"Kayaknya, urusan pekerjaan, Mas. Soalnya, kalau keluarga atau teman yang telepon, pasti Mas Gilang nggak akan pergi waktu terima teleponnya," jelas Gita.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang