56. Gelisah

1.4K 140 63
                                    

❤ Rina

Aku terdiam di atas tempat tidurku setelah berhasil menidurkan putriku tercinta, Elysia.

Aku tatap wajah tenang Elysia yang sepertinya sudah sangat lelap dalam tidurnya. Kuusap pelan pipi Elysia, dan kusingkirkan sedikit rambut yang saat ini jadi menutupi wajahnya.

Melihat tidur Elysia yang terlihat tenang sekali, membuat pikiranku jadi kembali berkelana pada obrolanku dan Elysia malam tadi, sebelum putri kecilku tertidur dalam pelukanku seperti saat ini.

- Flashback -

Selesai sholat isya tadi, aku dan Elysia sudah berbaring di atas tempat tidur setelah menyelesaikan kegiatan kami untuk cuci muka dan sikat gigi.

Elysia sudah meringkuk dalam pelukanku sambil memainkan kancing-kancing kecil piyamaku.

Aku mengusap rambut panjang Elysia yang saat ini sudah tergerai karena aku yang telah melepaskan semua kuciran dan aksesorisnya.

Aku gelisah.

Dan aku bingung apakah aku bisa menanyakan hal seperti ini pada seorang anak kecil yang baru berusia 5 tahun?

Hatiku bimbang, dan pikiranku jadi bercabang.

Tapi aku juga sangat ingin tahu kenapa Elysia bisa memanggil Mas Rezky dengan sebutan 'Ayah'?

"El," panggilku sambil mengusap pelan puncak kepala Elysia.

"Iya, Mama."

Aku menunduk untuk melihat wajah Elysia yang kini sedang mendongak ke arahku.

"Mama boleh tanya sesuatu?"

Dan Elysia langsung menganggukkan kepalanya padaku, "Boleh."

Aku menarik napas secara perlahan. Sedang mencoba memberikan keyakinan dan ketenangan pada diriku, bahwa semoga, keputusanku setelah ini memang benar. Dan semoga, Elysia juga bisa memberikan jawaban yang memuaskan atas semua rasa penasaran yang sedang kurasakan.

"Kenapa El panggil Ayah sama Om Rezky?"

"Karena El pengin," jawab Elysia cepat tanpa harus berpikir lama.

"Kenapa El bisa pengin panggil Ayah sama Om Rezky?"

"Karena El pengin kaya Dek Chayra, Ma."

Aku mengerutkan keningku setelah mendengar jawaban dari Elysia, "Pengin kaya Dek Chayra?"

Elysia mengangguk kembali, "Iya, Ma. Dek Chayra panggil Om Gilang, Ayah. Makanya, El juga pengin panggil Om Eky, Ayah."

"Tapi kenapa yang El panggil Ayah, itu Om Rezky?"

"Karena El sayang sama Om Eky."

Aku menatap lekat wajah putriku sambil memasang sikap waspada. Karena entah kenapa, tiba-tiba, Elysia jadi tersenyum dengan sangat bahagia.

"Om Eky pernah bilang, kalau Om Eky sayang banget sama El. Om Eky juga sering main sama El. Sering kasih makanan untuk El. Mau suapin El makan. Om Eky juga pernah jagain El waktu Mama pergi buat nemenin Eyang Uti di rumah sakit."

Aku tertegun.

Sebegitu banyak kah waktu yang telah putriku habiskan bersama Mas Rezky?

"El sayang sama Om Eky kaya El sayang sama Mama," ucap tulus Elysia.

Aku mengusap pelan pipi Elysia.

Masih ingin mendengarkan cerita Elysia yang mungkin saja akan menjadi jawaban atas semua rasa penasaran dan juga pertanyaan yang masih saja berkeliaran di dalam pikiran serta hatiku hari ini.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang