23. Penjelasan Perasaan

2.8K 384 80
                                    

💙 Mas Rezky

"Aku ketahuan ya?" tanyaku dengan suara yang sangat pelan. Menjawab pertanyaan yang tadi telah Satrio ajukan.

Dan Satrio langsung mengangguk dengan mantap sekali. "Iya, Mas. Jelas."

"Apa kelihatan banget?" tanyaku lagi.

Kini, Satrio memberikan anggukan kepalanya lagi. "Banget, Mas. Apalagi, di aku yang udah melalang buana merasakan jatuh cinta."

"Kampret. Jangan samain jatuh cintaku sama kamu lah, Yo. Karena jelas beda," protesku tanda tak terima.

Tapi Satrio justru tertawa dengan sangat bahagia. "Lah, kenapa? Kita ini, sama-sama laki-laki, Mas. Jadi gerak-gerik kita kalau lagi suka sama cewek, ya jelas pasti sama."

"Enak aja. Kita beda ya, Yo. Beda banget. Pokoknya, jelas pasti beda."

Satrio tertawa lagi, "Apa bedanya? Sama lah. Buktinya, sekarang ini, aku bisa tahu kalau Mas Rezky lagi suka sama Bu Rina."

"Beda, Yo. Serius. Soalnya, kamu gampang banget suka sama cewek ..."

Aku belum selesai bicara, tapi Satrio sudah lebih dulu menyelanya. "Eits, aku bilang lagi ya, Mas. Kalau aku nggak gampang naksir cewek."

"Tapi sampai selama ini, kamu udah punya banyak pacar, Yo. Tiap habis putus, kamu pasti udah punya incaran lagi. Kalau aku? Aku setia, Yo. Aku jatuh cinta baru sekali, dan itu cuma sama satu cewek."

Satrio malah jadi melebarkan kedua matanya setelah mendengar jawabanku, "Jadi, Mas Rezky beneran suka sama Bu Rina? Makanya Mas Rezky jadi jomblo terus sampai sekarang? Iya, Mas? Mas Rezky belum move on?" tanyanya beruntun.

Wah, ngalamat ini.

Aku salah kasih jawaban.

Karena kalau sudah seperti ini, bisa panjang ceritanya. Sebab Satrio jelas tak akan mau untuk berhenti sebelum dia bisa mengetahui semuanya.

"Mas Rezky beneran suka sama Bu Rina? Tapi kan kalian baru ketemu di sekolahnya El, dan itu, belum lama, Mas. Masa iya Mas Rezky bisa langsung jatuh cinta? Lagian ya, Mas. Ingat, Bu Rina itu, udah nikah, udah punya anak juga. Nggak baik kalau Mas Rezky mau jadi pebinor. Masa Mas Rezky udah jadi bos, punya biro perjalanan sama restoran seafood, tapi nanti, malah dicap jadi perebut istri orang? Nggak, Mas. Jangan. Nggak boleh. Pokoknya, itu nggak baik. Dosa besar, Mas. Pelanggaran gede banget."

Mendengar ucapan super dramatis dari Satrio, aku langsung melemparkan bolpoin yang sedang kupegang ke arahnya. "Kamu kalau ngomong, suka ngawur banget ya, Yo. Mrepet aja terus. Seneng banget ngayal."

Satrio mendecih setelah mengambil bolpoinku yang tadi sempat berhasil mengenainya. "Ya habisnya, aku beneran kaget, Mas. Nggak nyangka, kalau ternyata, Mas Rezky patah hati gara-gara jatuh cinta sama istri orang. Mamanya Elysia."

"Aku suka sama Rina, udah dari sejak dia masih gadis, Yo. Bukan baru sekarang."

Satrio kembali melebarkan kedua matanya. Bahkan kini jadi sangat sempurna. "Apa? Emang Mas Rezky udah kenal lama sama Bu Rina?"

"Rina, adik kelasku dulu waktu SMA," jawabku sambil memberikan anggukan kepala.

"Pantesan, Mas Rezky panggil Bu Rina kok bisa santai banget. Ran, Rin, Ran, Rin aja."

"Ya nggak papa kalau aku panggil Rina begitu. Kalau kamu yang panggil Rina tanpa embel-embel Bu atau Mba, lah langsung tak sambit kepalamu itu."

Satrio langsung mendelikan matanya kepadaku. "Wah, kalau gini si beneran bakal susah banget, Mas. Mas Rezky udah kronis. Komplikasi. Berat."

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang