BAGIAN III: TCV 110 | Lady Harimau Putih

125 30 4
                                    

BAGIAN III: Pemeran Utama, Protagonis Abad Ini

TCV 110 | Lady Harimau Putih

"Seperti yang Anda lihat, dia sudah saya jinakan." Ujar Sophia dengan begitu percaya diri.

Semua kesatria itu tidak bisa berpaling, tidak terkecuali Peter.

"NONA?" Kaivan yang datang dengan bersimbah keringat langsung menatap Sophia terkejut. "Saya tidak tahu Nona akan datang." Kaivan menyapa dengan santai, pria itu mengangkat tangannya dan mengukur tinggi badan Sophia. "Benar-benar jadi lebih tinggi," Kaivan tersenyum senang.

Diam-diam, Elowen memalingkan wajahnya saat melihat Kaivan. Tersipu malu hingga Tia yang ada di sampingnya meringis melihat raut wajah Elowen.

"Haru berlari sendirian." Sophia menatap Kaivan seolah dirinya tengah menegurnya. "Saya juga terkejut. Tidak biasanya anak ini membuat ulah, sepertinya dia mengenali majikannya dan langsung menghampiri karena takut ditinggalkan lagi." Kaivan melirik Haru yang masih menggesekan kepalanya di kaki Sophia dengan lembut.

"Ada apa dengan luka di tangannya? Kau tidak menyuruhnya melakukan hal-hal aneh kan?" Kaivan terkejut dengan ucapan Sophia, dengan berlebihan dia menutup mulutnya dan memasang ekspresi sedih. "Anda pikir saya melakukan apa pada anak ini? Anda pikir saya bisa memerintahnya melakukan hal-hal aneh? Anak ini bahkan tidak akan menoleh meski saya jatuh tersungkur di hadapannya! Tidak ada yang menarik di matanya selain tuannya sendiri. Saya tidak mungkin melakukan kekerasan. Tidak sebenarnya kalau boleh jujur bukankah Anda membuat saya menjadi pelayan anak ini? Anda tahu berapa banyak gigitan pada tangan saya yang dilakukan bocah ini saat dia masih bayi? Hanya untuk memaksanya makan lantaran patah hati Anda telantarkan? Dia terluka saat memaksa saya menemaninya bermain di hutan? Anda sadar betapa sulitnya mengasuh remaja bukan? Haru juga demikian! Dia hanya mau bermain di hutan dan membuat saya kewalahan. Yang benar saja! Saya mau kenaikan gaji!" Dengan suara lantang dan tidak tahu malu, Kaivan membahas hal tidak penting di hadapan banyak orang. Namun Elowen, malah tersipu. Berpikir bahwa Kaivan menjadi sangat menawan dan tegas setelah lima tahun tidak berjumpa.

BRUKKK

Tia memukul kepala Kaivan yang sudah semakin membuat keributan. "Ah saya mohon maaf atas keributan ini, saya pamit permisi," ujar Sophia kepada para kesatria, memberi isyarat dengan tangannya dimana Haru langsung mengikuti Sophia di sisinya.

"Anda tidak bisa membawa binatang buas itu sembarangan." Peter membuat langkah Sophia terhenti dan kembali menoleh ke arahnya. "Anda mau membawa Haru? Bukankah masih butuh waktu untuk meminta izin pada ayah Anda?" Tanya Kaivan ikut menatap Sophia.

"Sudah saya katakan bahwa dia bukan binatang buas dan tidak akan menyakiti manusia sembarangan." Sophia sedikit mempertegas meski tetap menampilkan senyuman di bibirnya. Peter maju melangkah lebih dekat dengan Sophia, "sekali binatang buas, tetap binatang buas," ujarnya dengan tegas. Sophia mengangkat kepalanya dan menatap mata Peter tanpa ekspresi.

Hening terasa selama beberapa saat, keduanya seolah saling mengintimidasi satu sama lain.

"Sesuai keinginan Anda," Sophia memalingkan wajah, ia memilih mengalah pada pertikaian yang tiada akhir itu. Sophia berjongkok di hadapan Haru dan tersenyum manis pada harimau putih itu.

"Kau merindukanku?" Tanya Sophia yang langsung membuat Haru mendekat dan menggosokkan kepalanya pada pundak Sophia. "Aku tahu, aku juga sangat merindukanmu. Tapi Haru, kau harus ikut dengan Kaivan untuk saat ini." Permintaan Sophia membuat Haru berhenti menggosokkan kepalanya, menatap Sophia dengan raut wajah sedih.

"Tidak! Aku tidak akan pergi lagi. Kita akan bermain bersama sepanjang hari, hanya sementara waktu. Aku tahu kau tidak akan melukai sembarangan orang, namun beberapa orang tidak akan mengerti." Sophia mengelus bulu halus si harimau putih besar itu dengan lembut.

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang