TCV 113 | Primadona Kesayangan Duke
"Mau berdansa satu lagu?" Harald bertanya kepada Sophia. Gadis itu menatap sang ayah, diam selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk kecil. Sepertinya ini baru kali kedua dirinya bertemu dengan ayahnya tersebut sejak kembali dari pengasingan.
Harald masih menatap Sophia yang berdiri di hadapannya dalam diam. Sikap asing ini sama dengan hari itu. Saat ia menemui Harald setelah kembali, seolah mempertegas bahwa dirinya tidak ingin memiliki hubungan selain yang tertulis pada kertas.
Beberapa hari setelah kembali, Sophia menemui Harald di ruangannya.
Hari Kedatangan Sophia
"Senang berjumpa dengan Anda, Yang Mulia." Sapa Sophia sambil membungkuk kepada Harald dengan hormat. Sudah lebih dari lima tahun keduanya tidak pernah berjumpa, Harald hanya bisa terdiam melihat perubahan dan pertumbuhan Sophia yang begitu cepat. Lima tahun yang berlalu, terasa hilang dari jangkauan. Ia tidak bisa berada di sisi putrinya, melihat pertumbuhannya. Harald menatap Sophia yang kini masih menundukkan kepala, menanti dirinya menerima salam atau memberi perintah untuk pergi.
"Kapan kau akan melakukan debutante?" Harald tidak percaya dengan dirinya sendiri. 'Bagaimana kabarmu? Apa yang kau lakukan untuk menghabiskan waktu? Kau tumbuh dengan sangat baik? Ayah, merindukanmu.' Pikiran-pikiran untuk mengatakan kalimat-kalimat itu langsung sirna. Tidak ada satu kalimat yang benar, yang bisa keluar dari bibirnya selain pertanyaan tidak penting.
"Tidak dalam waktu dekat. Apa Anda ingin menjodohkan saya lagi?" Tanya Sophia sambil menatap Harald dengan mimik muka datar.
"Aku belum memikirkannya." Jawab sang duke yang masih menatap Sophia. "Ada yang ingin kau lakukan?" Tanyanya lagi.
"Tidak ada, boleh saya kembali sekarang?" Ucapan Sophia tidak bisa ditentang oleh ayahnya. Padahal ia ingin mengajak Sophia makan siang bersama.
Saat memikirkan makan bersama, Harald kembali terdiam larut dalam pikirannya. 'Apa dia masih tidak bisa makan dengan baik seperti hari itu?' Keduanya kembali bertemu pandang. Tidak ada satupun kata yang lolos dari mereka. Suasana canggung dan hening mengambil seluruh kendali.
'Tidak banyak yang aku ketahui soal putriku,' pikir Harald masih dengan menatap Sophia. 'Dia tumbuh dengan baik, mungkin dia sudah kembali bisa makan dengan baik,' asumsi itu didapatkan berdasarkan visualisasi Sophia yang terlihat tumbuh dengan sangat baik, seperti saat ini.
"Kembalilah," ujar sang duke pada akhirnya.
Sophia langsung memberi hormat dan keluar dari ruangan ayahnya itu.
"Nona Sophia sangat menyukai teh dengan aroma harum yang kuat. Anda ingin saya siapkan jamuan teh dengan Nona Sophia Tuan?" Tanya Damian sambil menampilkan senyumannya.
"Tidak." Harald kembali menyibukan diri dengan berkas yang ada di atas mejanya.
"Anda benar-benar..." Damian seolah berdecak sambil memandangi tuannya saat itu.
Tatapan Sophia saat ini sama dengan tatapannya pada hari itu. Diam tanpa memberikan ekspresi berarti seolah tidak tertarik dengan situasi yang terjadi.
***
"Tentu, ayah," jawab Sophia sambil meraih uluran tangan ayahnya.
Ada alasan mengapa Harald melakukan tindakan seperti ini di depan umum. Mengajak putrinya berdansa bersamanya.
Karena panggilan itu...
Setidaknya, Sophia akan menjaga kehormatan Brunswick dan memanggilnya dengan sebutan, 'ayah' saat di depan umum seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...