I Love You my Brother

4.9K 150 0
                                    

Aku suka senja, senja itu indah.
Tapi sekarang aku lebih suka senyumanmu yang selalu terlihat manis tanpa pemanis.

Ya disinilah aku sekarang, duduk bersila bersama orang tua dan abangku.
Setelah peristiwa dikamar tadi, aku berada disini. Tepatnya di mushola rumah ku. Yaaps rumah ku memang megah, namun terlihat sederhana. Mom and Dad sengaja membuat tempat ibadah di rumah agar kita slalu memngingat sang kholiq.

Flasbeck
"Masya Allah syah, udah berapa kali abang bilang jangan suka berantem lgi. Kamu itu cewe syah " ujarnya penuh kekesalan.

"Apaan sih bang, emang yang boleh berantem cuma laki aja apa. " balas aisyah tak kalah kesal

Mendengar perkataan aisyah fikri menggelengkan kepala nya, dan duduk di sisi ranjang dekat aisyah.
Fikri menatap aisyah lekat dan memegang tangannya.

"Syah, abang gak mau kamu kaya gini. Abang tau semua kelakuan kamu di luar sana, tauran, balapan liar, nongkrong gak jelas dengan teman-teman mu itu. Kamu ini mau jadi apa syah" ujar fikri penuh peringatan di akhir kalimat

"Apaan sih bang, abang gak tau apa-apa soal aku. Abang gak usah sok tau" elak aisyah langsung berdiri menatap fikri

"Abang memang saudara kamu syah, tapi abang memang gak tau apapun soal kamu yang saat ini. Maka dari itu abang ingin kamu menjadi aisyah yang abang kenal, aisyah adik abang yang dulu" ujar fikri penuh permohonan menatap aisyah

Aisyah yang ditatap demikian memalingkan wajahnya membelakangi fikri.
"Maksud abang apa, aku gak pernah berubah. Aku tetap aisyah adik abang"

"Hmm. Baiklah kalau begitu bagaimana kalau abang tantang kamu, abang tau kalau kamu ini suka tantangan iya kan." Tawar fikri pada aisyah

"Tantangan ? Maksud abang apa??" Tanya aisyah tak mengerti

"Ya semacam kesepakatan, kalau kamu menang abang akan turuti semua permintaan kamu tap.."

"Apapun itu ?.." sela aisyah

"Apapun.. tapi kalau kamu kalah, kamu harus turuti apa kata abang, termasuk berhenti tawuran dan balapan. Bagaimana" ujar fikri mengulurkan tangannya meminta persetujuan

Aisyah menimbang-nimbang ucapan fikri.


Flasbeck off

" ais, gmana kamu udah siap kalah kan? " ujar fikri kepada sang adik yg sedang melamun.

"Siap ko, ayo dimulai " kata aisyah.

"Dek, kamu yakin mau nantangin abangmu, dia lulusan al azhar loh." Kini suara wanita paruh baya yg menyahut."

"Iya dek, kamu yakin? Klo dedi sih gk yakin kamu menang dek " suara bariton disebelah mominya pun kini bersuara.

Aisyah memutar matanya jengah. Lalu menarik nafas panjang " jadi mom and dad juga meremehkan aku " ujarnya dengan nada curiga.

"Bukan gitu dek, dedi tau kmu dulu itu disebut hafizah cilik. Tapi itu dulu dek, dan skarang.." ucapnya menggantung sambil melirik aisyah.

"Karna sekarang sifat ais berubah bukan berarti ilmu yang ais plajarin pun hilang ded." Jelasnya

"Sudah-sudah jadi apa engga nihh? " tanya fikri penasaran

"Jadilah bang, ayo mulai " jelas aisyah pada sang kaka.

Seketika ruangan pun menjadi hening hanya suara detakkan jam dinding yg mendominasi.
Hingga suara bariton pun terdengar lantunan ayat-ayat suci alquran pun terdengar indah nan merdu.
Sungguh siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung jatuh cinta.
Yaa fikri membacakan surah Al-Baqarah ayat 270-282.
"Shodaqallahhul'azzimm" fikri pun menyudahi bacaan nya dengan mengucap wajahnya dan mencium kitabullah itu. Dan kini ia melirik aisyah yg sedari tadi duduk manis di sebelahnya.

"Gimana syah, udah siap kan traktir abang makan besok? " ujarnya dengan seringaian jahilnya

"Bang, belum tentu kamu menang loh, kitakan belum denger aisyah muroja'ah " kini suara wanita paruh baya itu yg menyahut.

"Ayo nak, dimulai " lerai sang dedi.

Dan kini aisyah pun sudah siap dengan alquran nya.
"Ar-rahmaan, 'allamal quraan "
Surah Ar-Rahmaan pun terdengar sangat merdu, hingga menyentuh relung hati yg terdalam.
Membuat seisi ruanganpun hanyut didalamnya. Suara lembut, indah yang mendayu-dayu menggema di seluruh ruangan itu.
Siapa sangka seorang Aisyah Putri Salsabila gadis tomboy yg terkenal urakan dan hobi tauran itu justru menyimpan berlian berharga didalam dirinya.
Dan saking tak percayanya semua orang yg ada di ruanga itupun meneteskan air mata. Bukan air mata kesedihan, namun air mata haru kebahagiaan yg terpancar dari wajah mereka.
"Shodaqallahhul'azzim " aisyah pun menyudahi bacaannya. Yg langsung di sambut dengan pelukan momi tersayang, dan aisyah pun membalas pelukan itu.

"Subhanallah sayang, suara dan juga makhrojnya indah dan bagus sekali nak, momi gk nyangka kmu bisa nak " ujar ardila mominya aisyah dengan nada bergetar menahan haru

"Terima kasih mom, sifat dan kepribadian aku memang berubah, tapi aku tidak akan pernah merubah segala hal yg pernah aku pelajari dulu mom " serunya dengan senyum tulus

"Maaf ya dek, tadi abang udah meremehkan kamu. Abang gak mak.." ucapnya terpotong karna kini aisyah memeluknya dengan tiba-tiba.

"Abang gk salah ko bang, ais tau yg abang lakuin itu semata-mata untuk membangunkan diriku yg lain yg sempat terkubur selama ini. Iya kan bang? " ucapnya yg masih berada dalam dekapan fikri.

Fikripun mengangguk dan membalas pelukan sang adik.

Ardila dan arman pun hanya mampu tersenyum melihat kedua anaknya itu.

"Tapi perjanjian kita masih kan bang? " ujarnya sambil melepas pelukan sang kaka.

"Iya masih, bawel " balasnya sambil menarik hidung aisyah

"Auuwww.. bang sakit bang, issh lepasin. Klo idung ais pesek tanggung jawab loh ya " ujarnya sambil meringis kesakitan

"Mana ada di tarik idungnya malah jadi pesek. Biar tambah mancung tau dek." Jawabnya yg masih menarik hidung aisyah sambil terkekeh

"Mom.. Dad.. tolongin ais mom.." rengek aisyah

Sedangkan mereka hanya mampu terkekeh geli melihat anak-anak nya itu.
Baru saja mereka itu berpelukan dan sekarang mereka malah seperti tikus dan kucing.

Dendam Dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang