Perasaan

1.2K 82 22
                                    

Nayla, Siti, Nadin dan Isabel sedang berkumpul bermain bersama tasya dihalaman pesantren. Tepatnya dibawah pohon mangga yang sedang berbuah lebat, mereka masih asik bermain ketika tiba-tiba ada yang menyenggol bahu ibel cukup keras hingga membuatnya hampir tersungkur kedepan jika saja siti tidak menopangnya.

"Astagfirullahhal adzim" kaget mereka semua

"Ups, sorry" ujar seseorang itu tanpa dosa

"Eh kamu teh kalo jalan liat-liat atuh, gak liat apa ada kita disini?" ujar siti geram

"Yeeh, elu nya aja yang diem ditengah jalan. Jangan salahin gue dong" ujar orang itu tak mau kalah

"Na, jelas-jelas kamu yang salah karna jalannya gak hati-hati" ujar nayla mengingatkan

"Aduuh, adik ipar kamu kenapa belain mereka sih. Jelas-jelas mereka yang salah karna diem ditengah jalan ko nyalahin aku" ujar orang itu dengan nada yang dibuat sehalus mungkin kepada nayla

"Ngarep banget kamu na bisa jadi kaka iparnya nayla. Ngimpi" ujar isabel sinis

Sedang orang yang disinggung itu hanya mendelik dan beberapa saat kemudian tersenyum manis.
"Seharusnya kata-kata itu untuk kamu ibel, udah ah aku ingin segera bertemu dengan calon imamku. Assalammualaikum adik ipar" ujar orang itu yang tak lain adalah naina yang baru kembali ke pesantren setelah masa liburnya yang hampir satu bulan. Dan melenggang pergi tanpa menghiraukan siti dan isabel yang berada dihadapannya

"Waalaikumsallam" ujar mereka ketus

"Ihhh, kalo aja ya menjawab salan itu gak wajib hukumnya. Gak akan sudi aku nyahutin dia" ujar ibel kesal

"Iya, aku juga nda suka sama dia. Sombong dan ngeselin" sahut nadin

"Iya bahkan sifat dia teh melebihi sifat nya inah dulu" ujar siti dan meringis ketika sadar apa yang baru saja dia ucapkan menyinggung seseorang yang sedang berdiri disebelahnya dengan tatapan membunuh

"Ishh, sudah-sudah baru aja kita membahas soal saling memaafkan. Kalian gak inget pelajaran yang disampaikan mba latif kemarin ?" ujar nayla mengingatkan

"Astaghfirullah" ujar ketiga sahabat itu berbarengan

"Huuh, andai ada ka aisyah disini. Pasti dia gak akan tinggal diem soal ini" ujar siti berandai-andai

"Tante cantik?" ujar aca tiba-tiba ketika mendengar nama aisyah disebut yang sukses membuat semua orang yang ada disana terfokus menghadapnya

"Tante cantik siapa ca ?" tanya nayla

"Tante aisyah, tante cantik, bunda" ujar aca

"Ka aisyah, Tante cantik, bunda. Maksud kamu apa ca?" tanya nayla tak mengerti

Isabel yang paham soal apa yang dibicarakan aca buru-buru menyahut. Dia takut jika di diamkan lebih  lama maka semuanya akan terbongkar

"Aduh nay, masa kamu gk ngerti sih. Maksudnya aca itu ka aisyah cantik kaya bundanya. Iyakan ca" ujar ibel dengan mengedipkan sebelah matanya pada aca

"Iya tante naya, itu maksud aca. Tante ais itu cantik kaya bundanya aca" ujar aca dengan senyuman khasnya

"Emang aca udah pernah liat mukanya ka aisyah?" kini giliran siti yang bertanya pada bocah 5 thun itu

"Udah. Tante ais itu cantik persis kaya bunda, iya kan tante ibel ?" ujar aca riang menatap isabel

"Iya dong ca, persis banget. Hahahah" dan mereka berdua ber tos ria dan tertawa bersama.

Sedangkan siti, nadin dan nayla saling berpandangan tak mengerti dengan tingkah kedua gadis berbeda umur itu.

Sedangkan ditempat lain Azzam dan Fikri sedang duduk berdua diatas rumah pohon yang berada di taman belakang pesantren.
Fikri yang memangku sebuah gitar dan Azzam yang sibuk dengan bukunya.

"Zam, cewe yang bercadar itu bukannya kaka sepupinya fiona kan ?" tanya fikri tiba-tiba membuat Azzam menghentikan aktifitasnya dan menatap azzam

"Sepertinya, iya. Mungkin" jawab Azzam tak yakin mengendikan bahunya dan kembali fokus pada buku dipangkuannya

"Laah, gimana sih. Jawabnya gak yakin gitu lu"

Sedangkan azzam malah teralihkan fokusnya pada sosok yang berada didepannya. Karna posisi azzam yang menghadap langsung kedepan sedangkan fikri berada dibelakangnya. Memudahkan Azzam untuk melihat keadaan sekitar dari ketinggian.

Dan kini Azzam tengah memperhatikan sosok yang selama ini menghantui pikiran dan hatinya sedang berdiri ditengah lapangan basket, seolah meneliti keadaan sekitar dan tak lama dia berjalan menuju sebuah pohon besar yang ada disana.

Terlihat dari penglihatan Azzam bahwa sosok itu sedang meneliti sesuatu dan setelah menemukannya dia tampak menyentuh dan mengelus sesuatu yang berada di pohon itu.

Seakan kembali kemasa dimana dulu ada seorang gadis yang mengukir namanya sendiri dan nama azzam di pohon itu. Azzam langsung menatap tak percaya pada sosok dibawah sana, dan ketika sosok itu berbalik dan menatapnya sepersekian detik mereka saling bertatapan, menyelami perasaan masing-masing, merasakan setiap detakan jantung yang berpacu cepat dari biasanya. Dan disaat itulah mereka menyadari bahwa ada bibit perasaan yang mulai tumbuh dihati keduanya.

Dan sadar dengan keadaan nya sekarang, sosok itu langsung memutuskan tatapan nya terlebih dulu dan buru-buru pergi dari tempat itu dan menyisakan azzam yang bergeming di tempat nya dengan beribu pertanyaan yang ada dibenaknya.

________________        
Slamat menunaikan ibadah shalat maghrib raders😘

Curcol dong, apasih alasan kalian suka sama cerita ini ??

Jawaban terbaik akan aku post di chapter berikutnya😘

13-04-2019💕💕

Dua part sekaligus yaa hari ini...

Dendam Dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang