Tragedi

1.1K 76 8
                                    

Puluhan orang-orang berpakayan serba hitam dan bersenjata tajam, beberapa di antara mereka juga ada yang membawa senjata api di tangannya. Mereka semua bergerak mengepung sebuah bangunan tua yang terlihat menyeramkan, mereka semua bergerak dibawah pimpinan jakson yang di percayakan alex untuk mengurus kasus ini.

Setelah mendapat perintah dari alex, jakson langsung bergegas menyelidiki semuanya. Berkat sistem kerja sama yang sudah meluas hingga ke plosok negara memudahkan jakson untuk mendapatkan informasi itu, dan disinilah mereka berada mengepung tempat persembunyian para pembunuh bayaran.

Persis setelah matahari terbenam di kaki barat, mereka merengsek menyerbu. Dengan penuh kehati-hatian dan endap mengendap agar tidak menimbulkan kecurigaan yang bisa kapan saja memicu perlawanan.

Sebelumnya mereka telah meluluh lantah kan para penjaga di gerbang depan dengan sangat cekatan, tidak banyak perlawanan dari mereka namun tidak bisa di anggap remeh juga sebab fisik mereka yang terbilang besar dan wajah yang sangar cukup membuat sebagian anak buahnya cidera meski tidak sampai ada yang tewas.

Jak mulai membagi anak buahnya, ada yang berjaga di depan, belakang, kiri dan kanan. Dan sebagian lagi ikut masuk bersamanya. Jak mulai memasuki tempat itu dan menghabisi siapapun yang menghalangi.

Doaaar

Suara tembakan terdengar dan itu serangan dari lawan, sepertinya mereka sudah mengetahui keberadaan nya, Dan baku tembak pun tak dapat terelakan. Dalam kekacauan jak sempat melihat ada seseorang yang mencoba melarikan diri lewat pintu belakang. Tak menunggu waktu lama jak pun ikut menyusul namun langkahnya terhenti sebab ia di kepung oleh banyak musuh yang masing-masing di antara mereka menodongkan senjata api kearahnya yang bisa kapan saja di tembakan.

Namun sebelum itu terjadi jak merogoh saku celananya dan mengeluarkan bom asap lalu di lemparkannya ke lantai hingga menimbulkan asap tebal yang menghalangi pandangannya.

Melihat kesempatan itu jak lebih dulu menembaki satu persatu orang-orang itu hingga terkapar tewas dengan berlinangan darah di sekujur tubuhnya.

Pukul sembilan malam bangunan tua itu sudah menjadi ladang kengerian, darah membanjiri seluruh ruangan, tangga, basmen, halaman dan di lantai atas di genangi oleh darah. Tubuh para pembunuh bayaran itu bergelimpangan tak bernyawa

Dan jak, dia berhasil meringkus seseorang yang hendak melarikan  diri tadi dengan memblokir pergerakannya dengan cara menembak kaki kanan dan kirinya, yang al hasil membuatnya ambruk di tempat bahkan sebelum sempat melarikan diri.

"Katakan dimana bos mu ?" Tanya jakson

Bukannya menjawab orang itu malah tersenyum meremehkan. "Apa kau lupa tuan, kami ini para pembunuh bayaran dan siapa saja yang membayar kita dialah bos nya"

"Lantas siapa yang membayarmu ?" Tanya jak lagi

"Banyak. Dalam minggu ini bahkan ada sepuluh orang yang membayar ku" ujar orang itu tanpa takut

"Jangan membuat kesabaranku habis sialan" geram jak nyalang

"Kalau begitu tembak saja aku" tantang orang itu

"Kau menguji kesabaranku hah?"  Ujar jakson dengan mengacungkan sebuah pistol di kepalanya

"Tuan, bagaimana pun juga kita harus mendapatkan informasi dari orang ini" bisik salah satu anak buah yang ada di sebelahnya

Jak menghembuskan nafasnya kasar, dia benar. Orang ini menyimpan informasi tentang kasus ini dan dia harus mendapatkannya.

"Baiklah, aku berikan kau satu kesempatan. Beri tahu siapa yang menyuruhmu untuk memberikan racun pada seseorang yang bernama azzam atau kau akan mati mengenaskan" ujar jak diambang kesabarannya

"Apa jaminannya jika ku beri tahu ?"

"Kau akan aku lepaskan, tapi hanya untuk kali ini. Jika aku sampai mengetahui kau berurusan dengan orang-orang dalam pengawasanku maka jangan salahkan aku saat itu juga kau akan aku habisi" jelas jakson

"Apa aku bisa mempercayai kata-katamu itu ?" Selidik orang itu, ya bagaimana pun juga dia tak ingin mati secepat ini apa lagi dengan cara seperti ini. Tidak, setidaknya sebelum dia melihat istri dan anaknya di rumah yang tengah menunggu kepulangannya

"Tentu saja, kami memang kelompok mafia, namun kami tidak akan pernah mengingkari kata-kata kami, Dan itu prinsip ku. Jika kau tak percaya, kau boleh menembakku saat itu juga dan aku tidak akan melawan" jelas jakson lugas

"Baiklah, tapi setelah ku beri tahu apa kau mau mengantarku pulang. Kau tau aku tidak mungkin pergi dengan keadaan seperti ini bukan" jelas lelaki berusia 30 tahunan itu

"Deal" tegas jakson

"Aku tidak tau siapa orang di balik itu, aku hanya di perintahkan oleh anak buahnya dan tidak pernah melihat atasannya, mereka sangat rahasia. " jelas lelaki itu

"Apa jaminannya jika kau tidak berbohong" selidik jak

"Kau boleh menyelidiki ke alamat ini, namun jangan pernah sekalipun kau menyebut-nyebut namaku" ujar lelaki itu dan memberikan secarik kertas pada jak

"Terserahkau, mau percaya atau tidak. Sekarang antar aku pulang" ujar orang itu

Sementara itu aisyah sedang berkumpul dengan keluarganya juga keluarga pak kiayi di kamar rawat azzam. Ruangan itu memang luas, bahkan hampir persis dengan kamar hotel, kamar mandi di dalamnya, sofa empuk di pojokan dan sebuah lemari kayu untuk menyimpan barang-barang pasien.

"Baiklah sekarang kita tentukan kapan tanggalnya." Celetuk fikri

"Tanggal apa bang ?" Tanya ardila  

"Tentu saja tanggal pernikahan mereka" ujar fikri menunjuk azzam dan aisyah

"Memangnya azzam mau menikah dengan aisyah ?" Tanya arman

"Dady" cicit aisyah

"Tentu saja, bahkan azzam sudah melamar aisyah. Iya kan dek" goda fikri menatap aisyah seraya menaik turunkan alisnya

"Apaan sih bang?" Ujar aisyah salting, untung saja wajahnya tertutup cadar jika tidak habislah dia karna pipinya yang merah merona karna malu

Ruangan itu di penuhi gelak tawa dari dua keluarga, dan deheman azzam membuat semuanya hening

"Ekheem.. seharusnya aku yang harus bertanya, apakah aisyah mau menikah dengan lelaki cacat ini ?" Ujar azzam tersenyum getir

Yaa, beberapa menit lalu dokter mengatakan bahwa beberapa syaraf ototnya tidak bisa berfungsi dengan baik akibat koma juga racun  yang pernah masuk kedalam tubuhnya, hingga membuatnya lumpuh sementara.

"Zam, kamu ngomong apa sih. Dokter bilang dengan rutin terapi dan berlatih maka kau akan bisa berjalan kembali" ujar aisyah berusaha menghibur

"Tapi dokter juga bilang, bahwa ini bisa jadi permanen dan aku tidak bisa berjalan untuk selamanya" ujar azzam

"Kalau begitu izinkan aku untuk menjaga dan merawatmu hingga sembuh, jika pun tidak bisa seperti semula setidaknya aku bisa menemanimu disaat-saat terberatmu" ujar aisyah seraya berdiri

"Woww, woow. Apa ini bisa dibilang suatu lamaran ?" Ujar fikri antusias

"Menurutmu ?" Aisyah bertanya balik

"Aaahhh, baiklah. Zam bagaimana apa kau menerima adik ku ini ?" Tanya fikri pada azzam
Sedangkan azzam hanya diam membisu tanpa bisa berkata apa-apa

___________________________________

Beberapa part lagi ending yaa 😊. Mudah-mudahan sebelum lebaran 😙...

Dendam Dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang