"Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan, selalu percaya dan yakinlah kepada Allah."
~Aisyah putri salsabila.
"Terima kasih untuk kesemp...
Dua bulan telah berlalu setelah kejadian dimana aisyah melihat Azzam dan zahra di taman kota. Kini aisyah sudah mengikhlaskan semuanya meski didalam lubuk hati yang paling dalam masih ada rasa sakit dan harapan yang masih tersimpan.
Aisyah kini sedang berada di ruangannya. Duduk manis di singgasana kebesarannya sembari menatap layar laptop yang berada di hadapannya. Jemari lentiknya bergerak lihay memencet keyboardmerangkai setiap deret kata dan menghitung setiap deret angka yang tertera disana.
Tatapan aisyah terfokus kedalam layar laptop hingga suara ketukan pintu memecah konsentrasinya.
"Masuk" ujar aisyah
Pintupun terbuka setelah mendapat izin dari sang empunya.
"Maaf nona saya mengganggu anda" ujar seseorang secara hormat
Aisyah mengalihkan pandangan nya menatap orang itu. "Tidak, apa ada yang ingin kau bicarakan ? Ayo duduk"
"Tidak nona terimakasih, saya hanya ingin menyampaikan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh tuan Arman mengalami kebakaran"
"Apaa" ujar aisyah terkejut dan langsung berdiri dari duduknya
"Saya tidak tau pasti apa penyebab kebakaran itu nona. Karna polisi masih menyelidikinya"
"Baiklah kita ketempat kejadian sekarang" ujar aisyah yang langsung beranjak menuju pintu keluar
"Tunggu nona" cegah jakson mengambil alih gagang pintu yang Di pegang aisyah
"Ini terlalu berbahaya untuk anda, kami belum tau apa motif dari semua ini. Apa ini rencana seseorang untuk menjebak anda atau memang murni kecelakaan, kami belum tau nono. Jadi kami mohon jangan melakukan hal-hal yang dapat melukai diri anda sendiri nona, atau tuan alex sendiri yang akan turun tangan sendiri" perkataan jakson tadi sontak membuat aisyah terdiam, memang benar aisyah terlalu gegabah untuk hal ini. Bisa jadi ini adalah salah satu cara untuk menjebak aisyah untuk keluar dari persembunyiannya
"Kau benar jak, aku terlalu gegabah. Tapi aku khawatir dengan keadaan dady"
"Anda tenang saja nona, karna saat kejadian itu terjadi kedua orang tua anda sedang pergi ke pesantren"
"Syukurlah" aisyah bernafas lega. "Lalu para karyawan disana ?"
"Tidak ada korban jiwa nona, hanya beberapa orang yang terluka karna berusaha menyelamatkan diri"
"Hmmm, Baiklah. Aku ingin pulang"
"Baiklah nona. Mari".
Mobil yang ditumpangi aisyah berhenti di depan sebuah mansion yang cukup mewah berdominasi putih
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aisyah turun dari mobilnya dan langsung melangkahkan memasuki mansion itu. Miya berdiri menyambut aisyah "Slamat siang nona, apa anda memerlukan sesuatu biar saya ambilkan"
"Hahahahah" suara gelak tawa memenuhi ruangan bernuansa gelap, ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang berprawakan tinggi besar dengan raut wajah seperti preman.
"Kerja yang bagus, setelah ini kita tinggal mencari keberadaan putri kesayangannya itu. Sebelum aku melihat Arman hancur dengan tangan ku sendiri maka dendamku tak akan pernah usai. Hahahahah" ujar seseorang yang duduk di pojok dengan menggenggam segelas cairan berwarna merah
"Terimakasih boss. Kami yakin setelah mengetahui perusahaan milik orang tuanya terbakar maka cepat atau lambat gadis itu pasti akan keluar dari persembunyiamnya" ujar lelaki berbadan besar dengan kepala plontos
"Kau benar, aku tidak sabar menunggu saat itu tiba. Hahahah" dan mereka semua pun tertawa
Tabuh berbunyi gemparkan alam sunyi, berkumandang suara adzan Mengayun memecah sunyi, selang seling sahutan ayam. Begitulah peristiwa disubuh hari
Jika biasanya saat subuh di ramai kan oleh suara tadarusan para santri, kali ini diramaikan dengan suara sirine polisi yang datang ke pesantren untuk menemui Arman dan Ardila untuk memberitahukan kabar bahwa perusahaan miliknya mengalami kebakaran dan tidak ada yang bisa diselamatkan saat kejadian itu.
Sontak saja arman yang mendengar kabar itu langsung syok dan jatuh pingsan, buru-buru Arman dilarikan ke rumah sakit terdekat guna mencegah hal-hal buruk menimpanya.
Ardila yang mendengar kabar itu pun tak kalah terkejutnya, namun dia masih bisa mengendalikan keterkejutannya itu. Dan saat dia melihat suaminya pingsan ardila tak dapat membendung air matanya lagi dan jatuh membasahi pipinya. Ardila menangis jatuh tergugu di atas tanah, belum juga surut kesedihannya saat kepergian aisyah dan kini Allah mengujinya lagi dengan musibah seperti ini.
Umi nurul merangkul dan membawa ardila masuk kedalam rumah, sedangkan Arman ditemani oleh Azzam dibawa mobil Ambulance untuk mendapatkan perawatan. Di perjalanan azzam mencoba untuk menghubungi fikri, dan disaat sambungan telfonnya terhubung. Azzam langsung menceritakan semua yang terjadi, dan fikri akan datang hari ini juga.
Saat ambulance tiba di rumah sakit, Arman langsung dilarikan ke ruang UGD Azzam menunggu dengan sabar diluar. Duduk sembari melantunkan doa untuk keselamatan Arman.
Hingga dua jam kemudian pintu itupun terbuka dan keluarlah seorang doktek menghampiri azzam.
"Apa anda keluarga pasien ?" tanya dokter itu
"Ya dok, saya putranya apakah ayah saya baik-baik saja ?" Tanya Azzam mantap, karna memang dia sudah menganggap arman sebagai orang tuanya sendiri
"Untunglah pasien cepat-cepat dibawa ke rumah sakit, jika terlambat sedikit saja. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi" jelas dokter itu
Azzam masih setia mendengarkan perkataan doktet itu tanpa niatan untuk memotongnya.
"Ayah anda mengalami serangan jantung, namun anda tidak usah khawatir karna nyawanya masih bisa terselamatkan. walau saat ini dia mengalami koma dan belum tau kapan akan sadar" penjelasan dokter itu sontak saja membuat Azzam terkejut namun tak memungkiri dia pun masih bersyukur karna Allah masih melindungi Arman.
"Baiklah, kalo begitu saya permisi" pamit dokter itu
"Baik dok, terimakasih" balas Azzam
"Ya Allah sembuhkanlah om arman angaktlah penyakitnya dan kuatkanlah dia ya Allah. Aamiin" doa Azzam