Seorang lelaki sedang bersembunyi di belakang tembok rumah sakit, terlihat dia sedang mengeluarkan sebuah ponsel dan ingin menelfon seseorang.
"Semua beres bos" ujar orang itu
"Bagus, pastikan bahwa dia tidak bisa selamat dan jangan sampai meninggal jejak" balas suara di sebrang sana
"Siap boss" dan telfon pun terputus
Orang berpakaiyan hitam itu pun langsung pergi dan menghilang, tanpa tau bagaimana nasibnya kedepannya.
Ceklek
Pintu ruang oprasi itupun terbuka dan keluarlah seorang dokter dengan peluh yang bercucuran dan raut wajah yang tak bisa di jelaskan.
Aisyah dan yang lainnya langsung menghampiri dokter dan menanyakan kondisi azzam.
"Dok, bagaimana kondisi azzam"
"Anak saya baik-baik aja kan dok"
"Dok, azzam gimana"
"Kami telah melakukan semaksimal yang kami mampu, namun tuhan berkehendak lain. Pasien tak dapat di tolong " lirih dokter itu
Bak terhantam batu beton dan tertusuk ribuan panah, seketika pertahanan aisyah pun luruh. Bahkan dia tak mampu lagi menopang berat badannya jika saja tidak ada fikri yang menahan aisyah, tak berbeda dengan yang lain semuanya pun merasa terpukul dengan kabar buruk itu, bahkan umi nurul tak bisa menahan kekagetannya hingga pingsan dalam pelukan kiayi mahmud.
"Dokter ini bohong kan dok, jelas-jelas saya lihat sendiri tadi azzam baik-baik saja." Ujar fikri
"Maafkan kami, padahal kami sudah berusaha mengeluarkan semua racun yang ada di dalam tubuhnya, namun tuhan berkehendak lain".. jelas dokter
"Racun ?? Maksud dokter apa ?" Kini giliran farel yang bertanya
"Yaa, ada racun yang sangat mematikan di dalam tubuh pasien, yang menyebabkan dia mengalami kejang. Kami memang sudah mengeluarkan racunnya tapi mungkin racun itu menyebar lebih cepat dari prediksi kami" jelas sang dokter
Aisyah, dia tak bisa mendengar apun lagi saat ini bahkan saat dokter itu menjelaskan tentang kondisi azzam aisyah hanya diam dengan tatapan kosong, kilas balik kehidupan nya kini berputar di kepalanya. Awal pertemuan dengan azzam, masa kecilnya, tragedi penembakan itu bahkan yang terakhir tentang mimpinya. Berputar dalam memori otaknya bagaikan film pendek yang di ulang-ulang.
Dunianya runtuh seketika, cintanya telah pergi untuk selamanya, dan untuk yang kedua kalinya aisyah harus mengalami kehilangan orang yang sangat berarti di hidupnya. Dengan cara yang sama yaitu tertembak dan itu semua karna dirinya.
Aisyah menyalahkan dirinya sendiri, andai saja saat itu aisyah memberitahukan kebenaran pada azzam mungkin dia masih ada di tengah-tengah mereka saat ini.
Tidak, aisyah tidak percaya. Aisyah yakin bahwa azzam masih hidup, dia dapat merasakannya. Hati kecilnya mengatakan bahwa cintaya masih ada, azzam masih hidup. Apapun yang terjadi aisyah harus membuktikannya sendiri. Tanpa buang waktu aisyah mengusap air matanya kasar dan melepaskan rengkuhan fikri pada tubuhnya dan langsung melesat masuk kedalam ruang oprasi tanpa bisa dicegah oleh yang lainnya
Langkah aisyah terhenti saat melihat azzam yang menutup matanya dan seorang perawat yang mulai mencabuti peralatan medis pada tubuh azzam.
"Azzam.." lirih aisyah, tidak ada lagi air mata yang menetes hanya lirihan yang sangat kental akan kesedihan didalamnya.
Perawat itu menoleh pada aisyah dan memintanya untuk menunggu di luar, namun aisyah menolak dan semakin mendekat pada azzam.
Saat perawat itu hendak menegurnya kembali, namun tertahan saat dokter dan fikri masuk kedalam. Dokter itu menyuruh sang perawat untuk membiarkan aisyah melakukan apa yang dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dan Cinta
Non-Fiction"Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan, selalu percaya dan yakinlah kepada Allah." ~Aisyah putri salsabila. "Terima kasih untuk kesemp...