Di sebuah tempat bernuansa serba putih, suasana yang tenang, sunyi, dan damai. Tidak ada apapun di tempat itu hanya ada kekosongan.
"Aku dimana?" Lirih aisyah yang kini berpakayan serba putih pula baju gamis, khimar bahkan niqab nya pun berwarna putih senada dengan ruangan bernuansa putih itu.
"Bukankah tadi aku ada di tempat umi. Umi,, abi,, nayla.." teriak aisyah memanggil orang-orang yang dia sebut namanya, berharap mereka dapat menemukannya dan membawanya dari tempat aneh ini.
Namun beberapa saat kemudian gendang telinganya menangkap sayup-sayup orang orang mengaji.
Aisyah mendengar seseorang sedang mengaji surat yasin. Tanpa pikir panjang aisyah langsung mencari suara itu dan tebakannya pun semakin kuat kala dia semakin mendekati suara itu."Siapa yang membaca surat yasin ini ?" Gumam aisyah
Suara itu semakin jelas terdengar kala aisyah semakin mendekati sumber suara. Samar-samar aisyah melihat siluet seseorang pria sedang duduk bersila membelakanginya.
"Fa sub-haanallazii biyadihii malakuutu kulli syai'iw wa ilaihi turja'uun, shodakallahul 'adziim" Orang itu sudah menyelesaikan bacaannya dan berdiri, tak lama dia pun berbalik menghadap aisyah yang sedang berdiri dihadapannya dengan raut kebingungan.
"A.. azzam " gumam aisyah
Sedangkan orang yang di panggil azzam itu hanya tersenyum dan kemudian berbalik. Namun lama-kelamaan azzam menjauh, aisyah berusaha untuk menggapai azzam namun seperti ada yang menahan pergerakannya hingga dia pun tidak bisa melangkahkan kakinya barang sejengkal pun.
"Azzam.." teriak aisyah berusaha menggapai punggung azzam yang semakin menjaauh namun hanya udara kosonglah yang dia gapai.
Punggung azzam pun semakin jauh, jauh, jauh, hingga kemudian menghilang tertelan sinar rembulan.
"Azaaaam!" Teriak aisyah mengiringi kepergian azzam
"Ka.. ka aisyah bangun ka" ujar nayla menepuk-nepuk pipi aisyah berharap si empunya bisa bangun
"Zam.. azzam" namun aisyah belum juga terbangun dan malah menyebut-nyebut nama azzam, kringat mulai bermunculan di plipisnya raut gelisahpun sangat jelas terpancar di wajahnya membuat nayla khawatir dan berusaha menggoyangkan aisyah.
"Ka aisyah bangun ka" ujar nayla dengan intonasi agak meninggi.
"Azzaam" teriak aisyah bangun dari tidurnya, nafas memburu dab kringat yang membanjiri wajahnya sudah cukup membuktikan bahwa aisyah mengalami mimpi buruk.
"Ya allah ka. Kaka abis mimpi buruk yaa, istighfar ka" ujar nayla
"Astaghfirullah hal adzim, Astaghfirullah hal adzim, Astaghfirullah hal adzim" gumam aisyah menormalkan deru nafasnya
"Minum dulu ka'" nayla menyodorkan segelas air putih kepada aisyah dan langsung di terima oleh aisyah.
"Ka aisyah kenapa, mimpi buruk ya? " tanya nayla dan di angguki aisyah
"Tapi kenapa manggil-manggil nama bang azzam ?" Tanya nayla
Aisyah menatap nayla lekat sebelum menceritakan semua mimpinya itu pada nayla.
Nayla tersenyum menenangkan aisyah. "Ka itu cuma mimpi, bang azzam baik-baik aja ko. Udah yaa, lebih baik sekarang kita sahur karna sebentar lagi imsak"
"Tapi nay, mimpi itu seperti nyata"
"Udah ka, lebih baik kita doakan saja agar bang azzam baik-baik aja."
Untuk kali ini aisyah menurut dan mengikuti nayla untuk sahur di ruang makan keluarga pak kiayi mahmud.
Keesokan paginya aisyah sedang duduk menyendiri di bangku yang terbuat dari kayu menikmati semilir angin pagi yang menyejukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dan Cinta
Nonfiksi"Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan, selalu percaya dan yakinlah kepada Allah." ~Aisyah putri salsabila. "Terima kasih untuk kesemp...