"Masa lalu. Rasa sakit. Masa depan. Mimpi-mimpi. Semua akan berlalu, seperti sungai yang mengalir. Maka biarlah hidupku mengalir seperti sungai kehidupan, selalu percaya dan yakinlah kepada Allah."
~Aisyah putri salsabila.
"Terima kasih untuk kesemp...
"Aisyah,,, Azzam!" teriak semua orang yang ada disana
Naina bergetar setelah menembak dan menjatuhkan senjata apinya kelantai "A.. Azzam!" naina hendak menghampiri Azzam namun sudah di cegah oleh polisi dan kini naina di borgol dan langsung di bawa keluar. "Tunggu, aku ingin melihat Azzam. Lepaaasss, Azzam!" teriak naina dan memberontak namun polisi tetap membawa naina pergi.
Tubuh Aisyah membeku dan menegang melihat kejadian itu di depan matanya, tangan Aisyah terulur memegang punggung Azzam, merasakan lengket di punggung itu, Aisyah melihat telapak tangannya yang sudah penuh oleh darah yang keluar dari punggung Azzam yang tertembak. Azzam menatap Aisyah sejenak dan tersenyum kearahnya.
"Aku senang kau masih hidup syah, aku bersyukur masih bisa melihatmu baik-baik saja.
Satu hal yang ingin aku katakan sebelum semuanya terlambat, demi Allah aku sangat mencintai mu syah, tapi sungguh aku tak sanggup melawan taqdir Allah. Uhuuuk,, Uhuk" Azzam terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Azzaam!" teriak semua orang yang ada disana dan langsung berhambur mendekati Aisyah dan Azzam.
Pelukan Azzam terlepas dari tubuh Aisyah, membuat tubuh Azzam tumbang. Untungnya Aisyah langsung memeluk tubuh Azzam erat menahan tubuh Azzam agar tidak terjatuh keras kelantai. Aisyah membaringkan tubuh Azzam perlahan ke lantai, memeluk erat Azzam yang sudah tak sadar dengan darah yang bersimpah.
"Zaam, bangun zaam!" ujar aisyah memeluk Azzam erat
"Bang, tolong telfon ambulance. Cepet" teriak aisyah kencang, membuat semua orang yang masih terpaku dengan kejadian itu langsung sigap dan menelfon ambulance untuk datang ketempat kejadian.
Aisyah tak henti-hentinya menangis melihat Azzam yang tak sadarkan diri di pangkuannya, darah itu terus keluar dari tubuh azzam.
"Zam, bangun ku mohon! Demi Allah aku tak akan memaafkan diri ku sendiri jika terjadi sesuatu padamu zam, kumohon bangun. Azaaam, hiks.. Hiks" Aisyah menangis memeluk tubuh Azzam, memeluk nya erat seakan takut jika dia melepaskan nya maka Azzam akan pergi.
"Cepatlah panggil ambulance bang!" teriak Aisyah pada Fikri
Fikri yang melihat Aisyah merasa terpukul, ini kedua kalinya dia melihat Aisyah menangis histeris seperti itu setelah sebelumnya dia melihat saat kepergian adik bungsunya khumaira. Fikri mencoba menenangkan Aisyah dengan merangkul dan membawanya kedalam pelukannya. "Istighfar syah, kamu jangan seperti ini. Doakan saja agar Azzam baik-baik saja" ujar Fikri
Suasana disana semakin kisruh, kemacetan jalan semakin bertambah kala kejadian penembakan itu terjadi. Naina yang sudah dibekuk polisi langsung dibawa kedalam mobil polisi disana. Bau anyir darah semakin menyengat, darah Azzam terus mengalir keluar membasahi lantai kamar itu.
Baju putih milik Aisyah berubah warna menjadi merah akibat darah Azzam yang mengenai bajunya.
Yang lain hanya bisa diam menatap Aisyah dan Azzam dari pijakannya, menatap Azzam yang sudah tak sadarkan diri dengan bersimbah darah air mata mereka menetes melihat kejadian itu merasa sedih atas apa yang menimpa Azzam sekaligus terharu dengan perjuangan cinta mereka hingga rela mengorbankan dirinya sendiri demi melindungi seseorang yang dicintainya.
Ambulance telah datang dan langsung membawa Azzam kedalam mobil ambulance. Di dalam ambulance, Aisyah tak henti-hentinya menangis dan berdoa kepada Allah agar tidak terjadi hal yang buruk pada Azzam.
"Ya Allah, tiada daya dan upaya hamba tanpa adanya pertolonganmu ya Allah. Aku mohon lindungilah Azzam selamatkanlah dia ya Allah" lirih Aisyah menatap Azzam dia tak henti-hentinya menangis
Ambulance itu terhenti di depan rumah sakit yang sama dimana arman di rawat. Banyak dokter yang bergerak cepat menangani pasien gawat darurat ini, Azzam di dorong di atas dranker dorong menuju ruang oprasi. Aisyah dan yanv lainnya menunggu di depan pintu oprasi dengan harap-harap cemas.
Aisyahpof.
Aisyah terkesiap melihatnya, lama telah melupakan semua kenangan itu. Seluruh kenangan yang lebih lama lagi datang melibas seperti air bah, melesat bagai anak panah, terhujam dalam relung-relung memoriku yang sudah lama terhapus.
Jantungku tiba-tiba berdetak kencang melihat itu. Jemariku bergetar kencang. Maju telulur memegang punggung Azzam dan air mataku yang tiba-tiba menetes tak terbendung.
Sakit, sungguh sakit ketika masa lalu yang telah terkubur dalam-dalam kini terkuak kepermukaan kembali, membuat luka lama itu menganga kembali.
"Tidak, jangan lagi.. Aku tak ingin kehilangan seseorang yang ku sayangi untuk yang kedua kalinya. Sudah cukup ira adik kesayangan ku yang pergi meninggalkan aku! Azzam.., " lirih Aisyah dengan air mata yang mengalir deras
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kejadian ini, kejadian ini persis sama seperti kejadian di masa lalu, dimana saat itu aku menyaksikan sendiri saat penembakan adikku ira hingga membuat nya meregang nyawa. Dan kini, kejadian itu terulang kembali dalam hidupnya.
Sudah cukup dia kehilangan adik kecilnya kini dia tak mau lagi kehilangan teman kecilnya yang bahkan dia sendiri pun baru mengetahui nya..