The Day We Meet🎶

106 12 0
                                    

Kamu mengubur dirimu didalam selimut, sudah berlalu 10 menit sejak kamu seperti itu. Ada banyak hal yang harus kamu pikirkan, kamu memilih untuk diam dan merendamnya dalam pikiranmu sendiri. Seseorang mendudukkan diri tepat disampingmu, menghantarkan hawa hangat ketimbang sebelumnya. Sosok itu mengusap rambutmu, kamu bisa mendengar nafasnya yang berat.

"Apa kamu tidur? Kamu nangis?"

Kamu menggeleng pelan menjawabnya. Walau sejujurnya, kamu ingin sekali meraung keras dalam pelukannya.

"Jangan khawatir, semuanya akan baik baik saja, Dear.."

"Harusnya kan aku yang menenangkanmu seperti itu.. Posisimu yang paling sakit sekarang.."

Bisikanmu ternyata didengarnya, lelaki itu hanya tersenyum tipis. Menatapmu yang saat ini menunjukkan setengah wajahmu yang memerah. Dia mengecup keningmu sekilas, lalu beralih meraih ponselnya. Dengan cepat kamu mencekal lengannya, mengubah posisi tidurmu menjadi terduduk menghadap kearahnya.

"Kamu mau apa? Jangan buka hate comment."

"Aku tidak, Dear. Aku cuma mau balas pesan member."

"Ini semua karena aku kan? Kalau saja aku nggak datang kekonser waktu itu.. Kamu nggak bakal seperti ini. Harusnya aku-"

Belum selesai ucapanmu terlontar, tubuhmu terlanjur direngkuhnya dengan erat. Seketika pertahananmu runtuh, airmatamu mengalir dari mata cantikmu. Begitupula nafasnya yang mulai berderu, menahan tangisnya.

"Tolong jangan begini.. Seolah kamu menyesal memilih bersamaku."

"Bukan.. Bukan begitu.."

Kalian saling memandang, melihatnya yang menangis seperti itu membuatmu bertambah sakit. Sosoknya yang ceria beberapa kali harus tenggelam karena rasa sedihnya. Kamu tau, seharusnya kamu mendukungnya. Seharusnya kamu bisa membuatnya bangkit. Seharusnya kamu.. bisa jadi lebih kuat. Melihatnya dalam keadaan berantakan seperti ini untuk kedua kalinya benar benar menyakitkan.

"Kalau kamu nggak ada saat itu, kita nggak akan bisa seperti ini. Salahku yang harusnya bisa menguatkan diri lebih awal agar tahan dengan apa yang akan terjadi. Aku jadi tertekan waktu tau kalau mereka kecewa.."

Kamu menangkup wajahnya, menghapus airmatamu supaya tidak membuatnya tambah khawatir. Kamu bingung apa yang harus kamu lakukan untuk membuat kalian lebih kuat. Akhirnya tanganmu meraih sebuah novel yang kamu simpan dilaci meja nakas. Mensejajarkannya dengan wajahmu lalu tersenyum simpul.

"Ini mengingatkanmu tentang sesuatu? Awal mula pertemuan kita, saat itu masa masa membahagiakan. Bukankah begitu, Dae?"

Alunan lagu memenuhi telinga hingga pikiranmu, kamu menyanyikannya didalam hati, namun mata cantikmu asik menjelajahi setiap kata yang ditangkap retinamu. Sesekali bibir tipismu tersenyum saat menemukan bagian fluffy dalam novel yang kamu baca. Dan bila otakmu menerima sebuah inspirasi, tanganmu dengan cepat mencatatnya dalam notebook yang kamu bawa.

Tap..

"Memangnya bisa serius? Otak berpikir, hati bernyanyi, mata membaca, tangan menulis. Manusia langka itu ya kamu."

Kamu terkekeh pelan dan melepas earphone-mu, beralih menatap sahabatmu yang baru mendudukkan diri disampingmu. "Wah parah, aku diremehkan nih?" Ujarmu dengan sombong. Hani -selaku sahabatmu- hanya merotasikan bola matanya jengah. Sudah maklum dia menghadapi makhluk sejenis dirimu seperti ini.

"Ikutan jastip yuk? Mumpung ada uang sama toh kita senggang."

Kamu menoleh dengan cepat dengan antusias. "Sudah ada?! Ayo ikut!!" Serumu lalu cepat-cepat membuka ponselmu.

Satu satunya alasan adalah kalian tidak pernah ikut war ticket dan takut tidak keburu waktunya. Ini peruntungan sekali seumur hidup. Kamu tidak yakin dengan tanganmu untuk menandingi rekor penjualan tiket konser yang habis bahkan kurang dari satu detik.

"Aku mau minta tolong kakakku buat isi saldo. Tunggu disini ya nanti aku balik lagi,"

"Iya, cepetan sana. Aku mulai ngantuk nih pengen pulang."

Kamu hanya terkekeh kecil dan mengangguk mendengar sahutan Hani. Kakakmu bekerja disalah satu cafe yang tidak begitu jauh, jadi kamu hanya perlu jalan kaki sebentar untuk kesana. Kamu mengedarkan pandanganmu dan secara tak sengaja menyadari sesuatu.

Pluk..

Langkahmu terhenti begitu sesuatu jatuh hanya beberapa jarak darimu. Kamu mendekatinya lalu mengambilnya, sebuah pasport. Kemungkinan itu milik lelaki yang berjalan didepanmu. Kamu mempercepat langkahmu untuk menyusulnya.

"Hei! Kak!!"

Entah suaramu memang tak didengar, atau alasan lain, lelaki itu tak kunjung berhenti. Kamu terus mencoba memanggilnya, namun lelaki itu tetap saja tidak berbalik. Hingga akhirnya kamu berhasil menepuk punggungnya dan membuat seseorang itu berbalik. Kamu terdiam sejenak, seperti mengenali sosok ini. Lamunanmu terbuyar saat lelaki itu menarik bahumu menjauh dari tempatmu berdiri. Dan kamu baru sadar kalau dia menarikmu menjauh dari tempatmu berpijak karena sebuah mobil melaju cepat tadi, posisi kalian berada ditepi jalan raya saat ini dengan kamu yang berjarak dekat dengannya.

"Gwenchana??"

Orang Korea? Pantas saja kamu panggil tidak menoleh.

"Eh-? Chen.." Kamu menutup mulutmu setelah mengatakannya.

Lelaki itu juga -Chen- tersentak dan mengambil ancang ancang untuk berlari. Kamu segera menyodorkan pasport miliknya yang kamu ambil tadi. Lelaki itu dengan perlahan mendekat dan memicingkan mata untuk melihat apa yang kamu sodorkan. Kemudian dirinya menerima pasport yang kamu genggam itu dan mengucapkan terimakasih.


"Itu tadi jatuh, aku mengambilnya. Oppa harus hati hati lain kali."

"Ah- em, terimakasih.. Terimakasih banyak!"

Rasanya kamu mau tertawa mendengar logat Chen yang bicara bahasa Inggris. Kalian menyempatkan berinteraksi sejenak. Kamu-pun berhasil meminta berfoto dan tanda tangannya. Barulah setelah itu Chen berpamitan untukmu karena sedang terburu-buru.

"Oh iya, tentang hal ini aku tidak akan bilang siapa siapa. Jadi, jangan khawatir."

Kamu tersenyum kearahnya sambil meletakkan telunjukmu didepan bibirmu. Chen terperangah sejenak sebelum membalas senyummu dibalik maskernya, sebelum ia memasuki mobil dan berlalu pergi. Meninggalkanmu yang membeku karena sedang mencerna kejadian tadi. Kemudian memekik senang tanpa sadar. Ini hal paling ajaib dalam hidupmu!

_________________________
TBC..

Yuuuhuuuu gimana chapter pertamanyaaaaaa
Seperti biasa, maap kalo kata katanya dramatis banget gitu ya. Soalnya ini ciri khasku ;)

Enjoy and vote please
Hope you like
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang