Trust Him 🎶

12 5 0
                                    

Chen hanya menatapmu yang masih tertidur lelap. Ia mempertahankan posisinya hanya untuk menatapmu seperti ini. Dia menghela nafas lega saat menyadarimu tidur nyenyak setelah mimpi buruk tadi malam. Tapi sepertinya mood-mu tidak akan kembali dengan cepat.

Tok..tok..

"Jongdae, ini baju dari appa untuk (Y/N). Bangunkan dia nanti." Jongdeok menyerahkan sebuah paperbag pada adiknya dan ponsel Chen yang tertinggal diruang tengah.

"Ponselmu berdering terus. Cepat jawab sana." Sambung Jongdeok kemudian berlalu.

Chen menghela nafas pelan saat melihat siapa yang dari tadi menelponnya. Hwalhan tidak ada habis habisnya mendesak untuk bertemu. Sudah tau kalau Chen punya pacar, masih saja seperti ini. Kadang Chen kasihan padamu yang sudah beberapa kali mengalami hal seperti.

"Hwalhan, berhenti menelponku. Aku kan sudah menemuimu tadi. Tolong ya?"

"Engg.. apa maksudmu menemui Hwalhan?"

Dirinya tersentak dan langsung menoleh saat mendengar suaramu. Kamu sudah terbangun dengan tatapan polos penasaran. Kamu ini juga peka, jadi Chen tidak bisa berbohong padamu.

"Maaf, Dear. Dia mengancam akan melacakku kalau aku nggak datang. Daripada terjadi sesuatu," Ucapnya sejujur mungkin. Kamu hanya mengangguk singkat.

Chen sadar, ada yang tidak beres denganmu.

"Hei kalian, aku mau keluar. Kalau mau sarapan disini, Jongdae bisa buat pancake. Aku tinggal kalian ya."

"Eung, hyung."

Kamu perlahan bangkit dan mengambil paperbag berisi sepotong pakaian itu untuk kamu ganti baju sebelum Chen mengantarmu pulang.

Padahal seharusnya tidak begini, tapi kamu kesal sekali dengan Chen sejak pagi. Kalian memang tidak pernah membicarakan masalah didalam mobil, itu alasan kenapa kalian biasa tidak berbincang atau membahas hal hal kecil. Katanya Chen hanya tidak mau kalau kalau kalian sama sama emosi dan berakhir terjadi hal yang tidak baik. Dia hanya mengantisipasinya saja.

"Kenapa kamu ikut turun?" Kamu bertanya saat Chen mengikutimu masuk keperpustakaan.

"Aku bilang untuk mengantarmu pulang. Bukan setengah jalan begini."

Ah, kamu keperpustakaan sekalian menenangkan diri sambil mencari inspirasi untuk novelmu. Dan rasanya tidak elit kamu beradu argumen dengan Chen disini.

"Dear,"
"Dear, jawab aku."
"Hei, aku minta maaf."

Chen menarik tanganmu dan kamu langsung berbalik. Melihat sorot mata Chen yang menusukmu tanpa aba aba kamu menangis. "Hei hei, maaf. Kamu kenapa sih?" Ujarnya panik sambil mencoba menyeka airmatamu. Aish, kamu selalu saja lemah saat Chen menatapmu seperti ini. Dalam hati kamu merasa bersalah dan sesuatu mengganjal dihatimu.

"Aku cuma takut.. Tadi malam aku bermimpi.. Orang orang menyalahkanmu setelah mengetahui tentang kita. Dan kamu memilih menyerah dan nggak menoleh lagi. Aku takut kamu pergi seperti itu."

"Dear," Chen menarik dagumu agar kalian saling menatap, bibir kucingnya terangkat tipis. "Aku sering menahan diriku dan menunggumu, atau kadang menunggu momen yang tepat. Mungkin aku memang bodoh, tapi aku tau kalau tidak artinya memang tidak. Dan aku nggak akan melakukan apa apa."

Kamu menghindari tatapan mata Chen. Berusaha untuk tidak menangis lagi. Tatapannya terlalu dalam, kamu jadi tidak bisa menahan perasaanmu.

"Benar? Aku bukan asli negara ini dan dinegaraku melakukan hal itu sangat tabu, makanya kamu memperlakukanku seperti ini kan? Seandainya aku asli dari sini sepertimu dan aku bilang nggak mau, kamu nggak qkan menahan diri seperti ini kan..?"

"Wow.. apa aku serendah itu dimatamu?"

Deg..

"A-aku nggak pernah berpikir seperti itu!"

Bibir runcing Chen mengulas senyuman. Lelaki itu mengusak rambutmu dengan gemas. Kemudian menghela nafas pelan sembari menggenggam tanganmu. "Dear, percaya padaku kan? Kalau kamu bilang nggak, maka aku nggak akan apa apa. Aku juga menghargai dan menghormatimu. Aku melakukannya karena.. takut kehilanganmu lagi. Aku ingin mengikatmu..

"Tadi pagi pagi aku ditelpon appa, katanya kamu mau dikirimi baju ganti. Ditengah jalan aku ketemu perempuan itu dan dia agak menahanku disana. Aku pulang waktu Jongdeok hyung bilang kamu mau pulang sendiri."

Sebenarnya kamu tidak akan menyalahkan perempuan itu kalau sampai dia suka dengan Chen. Maksudmu lihatlah dia, Chen yang terlalu sempurna seperti ini pasti menjadi sosok yang idaman kan? Bukannya cemburu, tapi kamu merasakan sesuatu yang aneh seperti sebelum sebelumnya. Kalau dulu kamu hanya akan diam, sekarang akan kamu serang. Akan kamu pertahankan milikmu.

"Maaf, aku akan lebih percaya padamu mulai saat ini.." Kamu menjeda ucapanmu, mendongak untuk menatap Chen. "Jongdae, boleh aku menciummu?"

Sekilas Chen sedikit tersentak. "Tidak,"

"— aku saja yang menciummu."

Chen mendorongmu hingga menabrak rak buku besar dibelakangmu dan mempertemukan kedua belah bibir kalian. Kamu memberanikan diri untuk menyesap bibirnya. Chen menekan tengkukmu untuk memperdalam tautan kalian. Setelah beberapa saat, ia menaik turunkan alisnya saat melihatmu tersenyum manis.

"Kenapa kamu senyum senyum? Kita bisa ketahuan dan dilihat orang."

"Nggak apa apa, biar saja mereka tau." Chen membalas pelukanmu sambil terkekeh pelan. Kamu memberi lirikan tajam kesatu arah seraya membatin dalam hati. Dia melihat ini bukan?

Kalian melepas pelukan itu dan kamu menerjap saat Chen menggigit jari kelingkingnya dengan taringnya sendiri hingga berdarah. Lalu menautkan kelingking yang berdarah itu dengan kelingkingmu. Kamu bisa merasakan darah itu perlahan mengalir mengenai kulit jemarimu.

"Kamu bisa percaya aku. Kalau aku sampai meninggalkanmu, kupertaruhkan tanganku." Ujarnya sambil mempererat janji darah yang kalian tautkan ini.

Padahal tadinya kalian hanya ingin membaca buku diperpustakaan bersama. Namun buku itu sekarang jadi terlupakan karena kalian asik mengobrol.

"Jangan tanganmu. Pertaruhkan lehermu."

"Oke, leherku. Aku agak lapar, setelah mengantarmu pulang aku harus schedule."

"Oh- kamu nggak boleh telat makan. Habis dari sini kita makan dulu ya?"

"Iya, ayo makan sama sama. Aku sedang perhatian padamu nih."

"Bukannya oppa selalu begitu ya? Dasar afeksi."

_________________________
TBC..

Ending gaje adalah jalan pintasku

Hope you like♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang