Chen menarik nafas panjang, mencoba meyakinkan diri sebelum masuk kerumah orangtuanya. Ia tidak pernah segugup ini menemui keluarganya. Semoga saja mama Kim tidak membicarakan tentang masalahnya. Chen hanya tidak ingin ibunya tau bagaimana komentar jahat memenuhi hari harinya.
"Eomma, aku pulang.."
"Jongdae, kamu sudah makan?"
"Iya, aku baik saja—"
"Dasar anak nakal,"
Dirinya terdiam saat mama Kim mulai menatapnya dengan serius. Detik berikutnya Chen kebingungan merespon mama Kim yang tiba tiba memeluknya seraya menangis.
"Eomma pergi keagensi-mu hari ini," Jongdeok memperjelas, sekarang Chen paham situasinya.
Padahal dia berniat menyembunyikan hal hal ini, tapi kenapa malah keluarganya tau dari agensi bukan dari dirinya sendiri? "Kenapa bayiku harus mengalami hal seperti ini.. Jongdae-ku sayang.. Maaf eomma baru menyadarinya.."
Chen sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menangis. Tapi merasakan sang ibu memeluknya seperti ini, pertahanannya runtuh sekali lagi. Inilah alasan ia tidak mau memberitahu siapapun. Chen tidak mau orang lain ikut terluka begitu tau apa yang sudah dialaminya.
"Sudah berapa lama bayiku sakit begini? Haruskah eomma minta agensi untuk bergerak?"
"Eomma..!"
"Jongdae, kamu berhenti saja."
Deg..
"Yeobo.."
"Eomma nggak bisa lihat kamu terus terluka seperti ini. Eomma nggak mau kamu terus sakit. Agensi nggak melakukan apa apa untukmu. Jongdae-ya kamu perlu melalukan sesuatu.."
Chen tau, semua itu benar. Tentang dia yang selalu terluka dan sakit, menanggung semua sendirian, agensi yang tutup mata dan telinga, dia juga pernah mengajukan surat pengunduran diri meski akhirnya membakarnya. Chen sudah sejauh ini, haruskah dia menyerah juga? Kalau dipikir, sejak awal orangtuanya tidak menyetujui dirinya jadi trainee. Apakah ini karma yang akhirnya datang padanya?
"Jongdae, appa nggak ingin kamu berhenti." Mama Kim menoleh mendengar suaminya mulai angkat bicara.
"Appa masih ingat bagaimana perjuanganmu sampai disini. Yang awalnya kami menentangmu jadi idol, lalu kamu mencoba meyakinkan kami. Jongdae sudah sejauh itu. Kalau berat, istirahat sebentar. Nanti kita cari jalannya sama sama. Jongdae kan kuat."
Semua orang bilang mereka membeci Chen, forum kebencian, kata kata kasar yang mereka tujukan untuknya. Pengakuan banyak orang kalau mereka muak dengan Chen sejak awal debut. Bagaimana bisa Chen mengatakan hal itu dari mulutnya? Chen juga lelah, tapi dia juga tidak bisa pergi.
"Aku.. sejujurnya aku nggak mau berhenti," Chen bergumam lirih, ia berbalik menatap kedua orangtuanya. Berusaha mengukir senyum.
"Eomma, appa, aku nggak berhenti.. Tolong beri aku waktu sedikit lagi untuk menyelesaikan semuanya."
Chen sudah bertahan sampai disini, tidak apa kalau dia bisa berjalan sedikit lagi kan? Lagipula dia tidak bisa berhenti ditengah jalan. Setidaknya, harus diselesaikan. Malah sepertinya dia akan tambah menyakiti fans kalau dirinya sampai pergi.
Sudah sejak kapan dia tidak bernafas? Angin yang langsung menyentuh wajahnya ketika jendela kamarnya dibuka. Sudah lama sejak Chen tidak sebebas dulu. Chen juga tidak tau sampai kapan dia bisa bertahan. Tidak akan selalu ada, juga tidak tau sampai kapan dia bisa kuat. Tidak bisa janji akan selalu disini, meski begitu dia ingin tetap bersama Eri sampai saat itu.♪
"Oh- obatku ketinggalan dimobil."
"Haruskah aku ambilkan? Tolong pegang Cheonsa dulu,"
Kamu segera melenggang pergi setelah memberikan Cheonsa pada Chen. Padahal Chen bisa ambil sendiri tapi kamu terlanjur pergi mengambilkannya. Tak lama pintu apartement kembali terbuka dan kamu menyerahkan obat yang dimaksud Chen.
"Hanya satu? Kamu bisa ambil semuanya saja tadi."
"Aku sudah bawa semuanya yang ada dimobil,"
Chen menoleh, mengernyitkan dahinya bingung. "Nggak mungkin? Kamu sudah melihatnya dengan benar kan?"
Kamu mengangguk yakin. "Iya, memang hanya ada satu."
Aneh sekali, harusnya ada beberapa. Chen memang pelupa tapi dia yakin membawa semua obatnya hari ini. Haruskah dia telpon member atau manager?
"Jongdae, kenapa!? Kamu kambuh lagi? Masih dirumah orangtuamu kan?"
"Bukan, hyung.."
"Aku lagi nggak di-agensi, aku bakalan kesana."
"Manager hyung.. sekarang dimana?"
Ada apa ini? Chen merasa suara manager Yongmin ada disekitarnya?"Nggak perlu kesini! Sudah bisa diatasi, aku yang salah. Jangan kesini."
"Benarkah? Kalau begitu aku tutup."
Tap..
"Jongdae bikin kaget saja,"
Didepan pintu, manager ada disini. Jangan bilang selama ini manager Yongmin selalu disekitarnya?
"Kenapa? Kamu nggak apa apa?"
"Ah- iya, nggak apa apa."
Kamu menyadari sesuatu, itu semua bohong. Chen tidak apa-apa, ada yang menganggu pikirannya, tapi dia selalu saja bersikap tidak terjadi apapun. "Kamu tau?" Kamu mengambil Cheonsa dari gendongan Chen. "Orang yang menyadari bahwa orang lain sedang sakit, adalah orang yang lebih sakit." Kamu terdiam sejenak, melirik sekilas kearah Chen yang mendengarkanmu.
"Kamu yang mengerti perasaan Eri dan mencoba menjaga perasaan mereka agar tidak lebih sakit, mungkin karena.. kamu jauh lebih terluka."
Didalam diri setiap orang, ada satu titik dimana itu adalah perasaan terdalam seseorang. Tidak ada yang tau perasaan itu kecuali diri sendiri. Dan tidak ada yang bisa mengerti seberapa sakit kita selain diri sendiri. Kebohongan terbesar Chen adalah mengatakan dia baik baik saja. Dan kesalahannya adalah dia terlalu takut. Kalau saja Chen lebih kuat, dia bisa menghadapinya.
Chen baik baik saja, tapi itu hanyalah kebohongan.
_________________________
TBC..Kepikiran kalo gimana jadinya ternyata keluarga Chen pernah bener bener minta dia buat berhenti? Itu-- :)
Hope you like ♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~
![](https://img.wattpad.com/cover/227547538-288-k672736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You | Chen (Revisi)
De TodoHanya tentang kehidupan antara Kim Jongdae dan Chen diatas jalanan darah, bukan jalanan berbunga. Rangkaian naskah tentang kesehariannya. Bersama member, fans, keluarganya. Cerita tentang hari harinya bersama orang orang miliknya, termasuk kamu. [S...