🎼Believe

15 5 0
                                    

Kamu yang sedang mencuci gelas setelah minum susu hamilmu menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka. Kamu melambai dan menyambut Chen yang baru pulang. Beberapa hari terakhir dia memang menginap didorm karena jadwalnya. Kamu juga tidak pernah absen ikut fansign dan semacamnya dalam comeback ini.

"Jongdae sudah pulang! Kamu pasti lelah ya? Terimakasih atas kerja kerasmu~"

"Aku pulang, Dear.. Kamu baik baik saja kan?"

Kamu mengangguk dan berjalan beriringan menemani Chen sampai kekamar. Menceritakan tentang hari ini, Chen masih mengizinkanmu bekerja kecuali kalau sudah hamil besar nanti. Toh kamu penulis jadi juga bisa bekerja dirumah kapanpun. Disaat lelah dan mata yang sedikit perih begini, harusnya kepala Chen sakit karena tidak bisa mendengarmu dengan jelas. Tapi entah kenapa dia tidak merasakan apa apa, seolah nyaman dengan ini.

"Dear, kamu sudah tidur?"

"Heung? Kamu mau bilang apa?"

Lelaki itu mengubah posisinya menjadi menopang pipinya menghadap kearahmu. Kamu menggerakkan mata dengan ragu sebelum berbicara. Saat kerja tadi salah satu rekanmu membahas tentang pacar yang selingkuh dengan cara di-tes. Maksudmu, kamu bukan mencurigai Chen. Tapi kamu penasaran dengan cara dia menanggapinya.

"Kamu nggak selingkuh kan?"

Chen terdiam sejenak setelah reflek kaget hingga pangkuan tangan pada pipinya terlepas. Oh, situasi macam apa ini?

"Kenapa kamu mikirnya kalau aku se-brengsek itu sih.. Hiks.."

"Eeikh!! Kok nangis?!"

Seriusan, rasanya kamu ingin tertawa gemas sekaligus merasa bersalah karena tanggapan Chen melebihi ekspetasimu. Kamu tidak menyangka kalau Chen akan menangis seperti ini. Imut sekali, berbeda dengan Chen yang ada didepan kamera.

"Kenapa? Ada yang menganggu pikiranmu sampai sampai kamu tanya begitu?"

"Maaf.. Tiba tiba saja aku kepikiran. Hanya.. takut, bagaimana kalau kita nggak bisa menjalani ini dengan baik.. Ditengah tengah mungkin saja ada hal hal buruk. Apalagi kamu.."

"Shhh, kamu nggak boleh bilang begitu." Chen menghela nafas pelan seraya mengusap rambutmu. "Kita memang bakal takut dengan apa yang tidak kita pahami. Sementara kalau kita yakin dan percaya, itu akan baik baik saja. Karena itu, kita harus saling memahami dan percaya.. Kamu tidak perlu terlalu khawatir, Dear.."

Kamu hanya mengangguk pelan dan meraih tangan Chen untuk kamu genggam. Kadang kamu juga merasa tidak enak karena membebani Chen dengan segala ke-khawatiranmu. Tapi dia bilang tidak masalah dan bisa mengerti. Setidaknya kamu harus berpikiran positif dan bahagia. Sampai nanti waktunya kamu harus memikirkan banyak hal.

Chen menerjap dan hal pertama yang ia lihat adalah jam yang menunjukkan sekitar pukul 2 lebih. Ini masih dini hari, tapi Chen terganggu dengan cahaya entah darimana. Ia menoleh kearahmu dan mengernyit pelan saat mendapati kamu sedang memainkan ponselmu.

"Dear..? Kenapa nggak tidur?"

"Nggak bisa tidur.. Rasanya mau makan nasi goreng.."

"Hah?"

Yah, sudah beberapa minggu terakhir kamu sering ngidam tengah malam begini. Biasanya masih mudah, es krim, permen, atau semacamnya. Kalau nasi goreng begini bisa ditemukan dimana? Chen menyandarkan tubuhnya seraya mendengarkan permintaanmu. Dia juga baru saja terlelap beberapa jam lalu.

"Hei kamu yang didalam sana! Kenapa pintar sekali milihnya buat ayah??"

"Maaf ya.. Nanti pagi juga nggak apa apa."

Kamu mengusap pelan rambut Chen yang kini tengah memeluk perutmu dan menggumam pada anak kalian disana. Chen mengangkat kepalanya dan tersenyum tulus.

"Kalau sekedar itu aku masih bisa membuatnya. Kamu tunggu saja disini." Ujarnya lalu meraih cardigan tipis dan melenggang kedapur setelah memberimu kecupan singkat.

Kamu hanya tertawa gemas melihat ketulusan Chen. Bahkan dia tidak kesal atau sekedar cemberut saat kamu memintanya. Menunggu Chen selesai memang sedikit membosankan karena tidak ada yang bisa kamu lakukan. Kamu turun dari ranjang dan mengambil cardigan untuk kamu pakai karena sudah masuk musim dingin. Chen yang akan rusuh kalau kamu sampai sakit nanti.

"Dear?"

Kamu bisa melihat punggung Chen dan lelaki itu benar benar sedang menyiapkan apa yang kamu minta. Kenapa bisa ada seseorang sebaik, dan setulus Chen begini?

"Hei, kenapa kamu ikut kesini?" Tanya Chen saat kamu memeluknya dari belakang. "Aku mau bantu,"

"Nggak perlu, kamu duduk saja. Ini sudah hampir selesai."

Chen tersenyum simpul kearahmu, whoa- itu sangat menenangkan kalau dilihat. Kamu akhirnya mengambil gelas dan membuatkan susu untuk kalian berdua. Chen meletakkan piring berisikan nasi goreng yang ia buat dan meneguk susu buatanmu. "Kalau bisa dihabiskan ya," Ia kembali menarik senyum tipis. Ah, kamu baru ingat kalau sepertinya Chen belum makan. Kamu menyodorkan sendok agar Chen mau melahapnya, lelaki itu menatapmu dengan tanda tanya.

"Kamu mau aku yang makan juga?"

"Kamu kan belum makan. Kamu nggak boleh begitu."

Ia terkekeh pelan sebelum membuka mulutnya untuk kamu suapi. "Dear, kamu harusnya bilang begitu sejak 7 tahun yang lalu." 

Benar juga, selama menjadi idol pasti sering melewatkan makan dan tidur. Kamu jadi kembali berpikir betapa kerasnya hidup sebagai artis disini. Bahkan saat siaran radio album kedua Chen beberapa waktu lalu, dia bilang kalau Chen akan bertanya lagi pada anaknya untuk meyakinkan apakah anaknya serius kalau meminta untuk menjadi idol. Chen se-khawatir itu karena dia sudah merasakannya. Kamu harus bersiap untuk merasakan asam garam kehidupan setelah ini.

"Jongdae, ini agak kurang asin nggak sih?"

"Begitu? Menurutku biasa saja. Mau aku buatkan lagi?"

"Aku nggak bilang begitu. Lihat kamu juga sudah cukup."

"... Maksudnya aku asin?"

"Hah? Bukan! Kamu menambah selera karena sudah membuatkannya! Jadi ini tetap enak!"

"Oh.. bumbu penyedap?"

"Dear, besok besok coba kurangi tertawa saat dengar lelucon dari Suho oppa."

"Hehehehe.."

________________________
TBC..

Daddy Jun tolong maapin aku :)
Jangan cabut hak asuh ku jadi baby girl-mu :"

Hope you like♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang