Affection🎶

28 8 0
                                    

"Hey, Dear. Hari ini kamu libur kan? Mau olahraga bareng hari ini?"

Kamu menuangkan air kedalam gelas sambil mendengarkan ucapan Chen. Kamu melirik kearah jam dinding sebelum membalas.

"Buat perform CBX ya? Kalau mau konser kalian memang selalu olahraga?"

"Tidak sih.. Aku makan pizza kemarin dan besok aku harus latihan buat perform. Rencana-nya hanya lari lari saja. Mau ikut? Kamu kan sudah lama tidak olahraga, iya kan?"

Alasanmu tidak olahraga itu karena.. malas. Paling paling hanya lompat tali sebentar, itupun kalau kamu benar benar niat. Tapi kali ini.. kamu rasa tidak masalah. Karena ada teman, maka kamu iyakan saja. Tak sampai 20 menit kamu selesai bersiap, kamu hanya memakai pakaian sesimpel mungkin hari ini.


Chen yang menjemputmu dan membawamu ketempat biasanya dia untuk berlari. Awalnya kamu merasa biasa saja, namun diipertengahan kamu memutuskan berhenti dan mendudukkan diri dengan pasrah disalah satu bangku. Mengatur nafasmu yang terengah, sambil menelisik keberadaan kekasihmu yang sudah jauh dari tempatmu saat ini.

"Pantas saja tiba tiba kamu hilang. Ini minum."

Kamu mendongak dan mendapati Chen menyodorkan minuman dingin kearahmu. Ia ikut duduk disampingmu sembari menatapmu dengan lekat. "Makanya kurang kurangin malasnya," Dan seketika ucapan itu berhasil menusukmu begitu dalam. "I-iya iya! Habisnya kalau libur beginikan biasanya aku menulis naskah.." Jawabmu dengan kesal. Kamu sadar diri kalau kamu jarang olahraga, tapi kalau dikatakan terus terang seperti ini kan sakit rasanya.

"Oppa.. Aku lelah,"

"Iya, tau."

"Mau es krim,"

Lelaki itu mengikuti arah pandanganmu dan berhenti disebuah kedai es krim yang tak cukup jauh. "Yang vanilla.." Lanjutmu kemudian kekasihmu mengangguk. "Tunggu sebentar." Ucapnya kemudian bangkit dan hendak beranjak. Kamu lebih dulu mencekal tangannya, dan membuat Chen mengernyit bingung.

"Yang kalah lari traktir es krim, oke?"

"Eh? Serius?"

Kamu tak menjawab melainkan hanya tersenyum dan langsung melangkahkan kakimu cepat cepat. Mencoba mendahului Chen yang tertinggal dibelakangmu. Sesekali menengok dan mempercepat larimu saat merasa Chen akan menyusulmu. Namun sayangnya kamu menginjak tali sepatumu sendiri dan berakhir terkilir sebelum jatuh telak dengan lututmu yang pertama kali mendarat.

Melihat itu, Chen buru buru menghampirimu yang masih tak kunjung bangun. Berjongkok dihadapanmu yang tengah memeluk sebelah lututmu menahan sakit.

"Gwenchana?? Ada yang luka? Bisa bangun?" Tanyanya dengan wajah super panik.

Kamu yang mencoba untuk tenang pelan pelan menggulung celana-mu hingga keatas lutut. Bisa ditebak, lututmu berdarah namun celanamu tidak sobek. Sebenarnya kamu pernah seperti ini, terjatuh namun celanamu baik baik saja tapi lututmu terluka. Chen langsung menutup kembali luka itu dan berbalik memunggungimu.

"Naik kepunggungku, kita pulang sekarang."

Kamu menurut, meraih punggung Chen dan melingkarkan tanganmu dileher lelaki itu. Merasa siap setelah menyanggah kedua kakimu dengan tangan kekarnya, Chen beranjak bangun.

"Tunggu, tapi es krimnya--"

"Nanti kita beli yang banyak di minimarket sekalian beli plaster untukmu, oke?"

Sambil tetap menggendongmu, Chen menggerakkan tungkainya menuju mobil. Selama melangkah, tidak ada interaksi diantara kalian. Kamu hanya terdiam merutuki kecerobohanmu dan menerka-nerka apa yang tengah dipikirkan kekasihmu.

Ngomong-ngomong, berada dalam gendongan Chen sungguh membuatmu nyaman. Bahunya memang tak terlalu lebar, namun kau baru tau bahwa gendongannya bisa senyaman ini. Posisi wajahmu yang begitu dekat dengan lehernya, membuatmu bisa menghirup dengan jelas aroma tubuh Chen yang menguar. Terasa teduh dan menenangkan. Kamu bahkan bisa melihat melihat sudut bibir Chen favoritmu yang akan terangkat indah kala tersenyum. Apalagi kedua tangannya yang berada diantara paha dan betismu hingga kau bisa merasakan betapa kekarnya lengan itu.

Perfect, kalau tau begini dari dulu kamu akan sering sering terkilir.

"Tunggu disini, celanamu digelung ya, nanti aku obati."

Seperginya Chen, kamu mulai merenungi kejadian ini. Lelaki itu begitu sabar akan semua kesalahan dan kecerobohanmu. Padahal seharusnya Chen bisa saja malas dan kerepotan membantumu. Namun sejauh ini, apapun yang kamu lakukan, tatapannya tak pernah berubah. Kenapa bisa seseorang sebaik dia mau mempertahankanmu sebegini lamanya?

Klap..

"Nah, bersandar dikaca menghadapku kesini. Dibasuh dulu-- Eh?? Kenapa nangis?! Sesakit itu ya? Mau kerumah sakit saja?"

"Maaf.."

"Hah?"

Kamu mengusap airmatamu sambil terus menunduk. "Maaf aku ceroboh. Kamu jadi harus repot seperti ini. Maaf karena aku cengeng, aku selalu membuatmu panik. Harusnya kamu.. memilih yang lain dan melepaskanku. Tapi kamu malah--"

"Hei hei, Dear. Tahan, sayang.. Kamu kenapa sih?"

Kamu hanya terdiam, tak membalas ucapannya. Kamu bisa merasakan tangan kekasihmu yang telaten membasuh lalu membalut lukamu dengan lembut. Kamu masih menunduk, menatap tatapan tulus dari kedua mata kekasihmu itu membuat darahmu berdesir. Kamu melemah dengan keadaan seperti ini.

"Aku tidak masalah kamu ceroboh atau semacamnya. Melihatmu kenapa-napa seperti ini adalah hal yang memang membuatku khawatir. Pikiran kamu terlalu jauh, aku tidak mungkin melepasmu. Apalagi untuk hal sekecil ini, kamu tau kenapa? Karena aku merasa harus melindungimu. Itu tugasku sebagai kekasihmu, atau mungkin pendamping hidupmu suatu hari nanti."

Entah kenapa, senyum Chen setelah mengatakan sederet kalimat manis itu terlihat begitu lebih tulus dimatamu. Hatimu terasa tenang dan hangat didalam sana.

"Oppa.. Eonjebuteo na joahaesseo?
(Dari kapan kamu suka aku?)"

"Naneun.. tae-eonal ttaebuteo?
(Aku.. dari sejak lahir?)"

Blushh..

"G-geumanhae! Bukkeureowo!
(Hentikan! Aku malu!)"

"Aiii.. Kyeopta~"

_____________________________
TBC..

Teks Korea nya bagusan gitu apa lebih rapi kalo diartiin sendiri ga sih? Bingung akutu ;)

Hope you like♡
Enjoy and vote please☆
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang