Setelah kamu membaca pesan dari Sehun, kamu langsung menuju kedorm mereka. Kamu disana sudah bertemu Sehun, Kai, dan Chanyeol. Sedangkan yang lain katanya sedang perjalanan pulang. Kamu pelan pelan melangkah naik kekamar Chen. Mengetuk pintu beberapa kali, namun kamu tidak mendapat jawaban.
"Jongdae, kamu didalam? Aku masuk ya."
Saat membuka pintu, kamu disambut dengan kegelapan. Kamar Chen gelap, hanya ada satu lilin didepan lelaki itu yang tengah duduk diatas ranjangnya. Kamu meringis saat menyadari ada beberapa botol soju disamping lelaki itu. Chen pernah memberitahumu ini yang dia lakukan saat merasa stress. Saat ini dia.. begitu berantakan. Sekilas itu sama seperti saat kalian putus, tapi kali ini lebih parah-- tentu saja.
"Sudah sejak kapan kamu jadi begini? Kenapa bisa?" Kamu duduk disampingnya.
Walau kamar ini remang, kamu masih bisa melihat wajah lelah Chen. Selama ini, ia yang diam diam menanggung semua rasa sakit. Saat kamu ketakutan dengan segala ucapan kebencian, Chen menenangkanmu. Saat kamu mengeluh, Chen terus mendengarkanmu. Sekarang, giliranmu untuk mengambil separuh beban Chen dan membuangnya. Ya, kamu sekarang istrinya, kalian bisa berbagi masalah.
"Memangnya apa yang bisa aku lakukan?" Chen mulai berbicara, kamu menoleh menyimak ucapannya. "Menurutmu setelah ini agensi akan membiarkanku berkeliaran?"
"Jongdae,"
"Mereka bahkan menutup telinga dan mata seolah tak terjadi apapun padaku."
"Hei—"
"Hanya karena aku bilang aku nggak mau melakukan tuntutan, mereka dengan senang hati membuangku begini-"
"Jongdae! Tenanglah! Kami masih disini! Walau hanya kami yang kalian punya, kami akan melindungi kalian! Kami nggak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Yang harus kamu lakukan hanyalah bertahan sebentar lagi, kumohon."
Selesai kamu mengatakannya, Chen mengusap matanya kasar. Ia mencoba menahan tangisnya. Kamu tau itu, jadi kamu menariknya kedalam pelukanmu. Membiarkannya untuk menangis. Setidaknya, disini tidak ada yang menyakitinya. Semoga saja setelah ini semuanya reda. Butuh sekitar 10 menit agar Chen selesai menangis. Pikiran lelaki itu berkecamuk, suara suara mulai muncul dalam pikirannya.
Itu palsu.. Mereka palsu.. Kenapa aku masih harus bertahan..?
"Dear, maaf.. Bisa kamu ambilkan aku air?"
"Eh? Tiba tiba banget? Iya, sebentar ya."
Kamu meninggalkannya sebentar untuk mengambilkan minum, namun kamu tersentak saat pintu kamarnya terbanting keras. Kemudian suara kunci yang mengunci pintu itu. Ini tidak baik.
Member yang mendengar suara pintu dibanting, berlari menyusul. Dengan formasi lengkap karena mendengar mu berteriak memanggil mereka. Mereka sama sama berdiri didepan pintu, mencoba membuka pintu itu."Jongdae? Jongdae! Ini hyung! Buka pintunya!" Xiumin mulai menggedor pintu dengan panik.
"Dia mencoba supaya nggak dengar,"
Kyungsoo menoleh, "Apa?" Ucapnya bingung. Sehun menutup wajahnya, berharap ucapannya akan salah.
"Chen hyung sengaja nggak dengar karena takut itu adalah suara yang mengganggunya."
Lay terguncang oleh teriakan Chen. Dia membanting tinjunya pada pintu. Chen terus berteriak didalam sana. Suara teriakannya mengiris hati mereka. Sungguh, seharusnya mereka ada didalam. Menemani Chen menghadapi segala kecemasannya. Baekhyun menoleh kearah sekeliling dengan panik.
"Aku butuh kertas dan pena.." Gumamnya setelah itu langsung melesat kedalam kamarnya. Mengambil apa yang ia butuhkan lalu kembali bergabung dengan member lain yang masih berteriak panik memanggil nama Chen. Baekhyun mencoret coret kertas itu dan menyobeknya.
"Selipkan dibawah pintu!" Dia menyerahkannya pada Kai.
Kai menyeringai kearah Baekhyun yang berpikir cepat dan langsung menyelipkan kertas itu dari bawah pintu. Mereka menunggu, tapi tidak ada yang terjadi. Baekhyun mulai mencoret yang lain begitu juga kamu. Kemudian menyelipkannya lagi kebawah pintu.
Didalam kamar, Chen menangis dan menjerit. Suara keras yang memanggilnya dari balik pintu membuatnya semakin cemas. Takut itu adalah suara yang membencinya.
"Kenapa kamu nggak menyerah saja padaku!? Tinggalkan aku sendiri!!" Pekiknya sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat.
Chen tidak melihat catatan dilantai sampai dia dikelilingi olehnya. Perlahan, tangannya turun dengan gemetar. Dia mengambil kertas pertama.
Ini sementara.
Dia mengambil yang berikutnya.
Buka pintunya.
Perlahan, Chen mulai mengambil masing masing dan membacanya.
Kita diluar.
Kita ada bersamamu, hyung.
Nggak apa apa Jongdae,
Saranghae.
WE ARE ONE, ingat?
Jangan biarkan kami nggak ada didekatmu.
Kita temani kamu sama sama
Chen mengerutkan kening saat membaca kertas yang terakhir;
Biarkan kami didalam kamu idiot!
Mereka ada diluar. Saudara-saudaranya, kamu juga menunggunya disana. Ia mulai bangun dari berlutut. Beberapa langkah rasanya begitu berat. Dengan panik dirinya memutar kunci dan membuka pintu. Disana dia melihat membernya serta kamu dengan tatapan khawatir. Detik berikutnya Chen mulai menangis, dia merasakan seseorang memeluknya.
"Nggak apa apa. Xing-Xing gege ada disini."
Chen hanya menggunakan panggilan itu kala dia merasa gugup dan tidak baik. Serentak member ikut memeluknya. Kamu yang berada ditengah-tengah mereka dapat merasakan betapa kuatnya ikatan mereka.
"EXO itu keluarga. EXO bagian dari hidup kita. Kalau kamu merasa nggak baik, ingat kalau kami ada disini." Suho berbisik, Chen yang mendengarnya makin terisak.
"Ini sakit, hyung.. Aku nggak mau balas dendam, aku cuma ingin bernafas.. Aku marah-! Kenapa mereka harus sejahat ini. Apa terlalu berlebihan kalau aku menginginkan hidup tanpa kecemasan? Kupikir mereka nggak akan se-kecewa ini, tapi sampai sampai.."
"Shh.. Yang salah bukan kamu, tapi orang orang jahat itu, Jongdae." Kini Baekhyun berkata dengan lirih.
Chanyeol menggigit bibir bawahnya, matanya menatap sayu. "Kamu orang baik. Nggak ada yang menilaimu, nggak ada yang menyakitimu disini. Kamu aman." Bisiknya sambil menggenggam tangan Chen erat.
Chen mendongak pelan setelah pelukan itu terlepas. Sorot matanya kosong, dia menatap membernya satu persatu. Ia mencoba meyakinkan dirinya sebelum berucap.
"Memberdeul.. kalian percaya aku kan? Akan selalu mendukungku kan?"
"Ya, tentu saja. Kenapa kamu masih tanya hal seperti itu—"
"Kalau begitu, aku mau menyerah saja."
Deg!
_______________________________
TBC..kurang nge feel ga sih? kalo iya maapin oks gabisa bikin genre angst ueueue
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You | Chen (Revisi)
RandomHanya tentang kehidupan antara Kim Jongdae dan Chen diatas jalanan darah, bukan jalanan berbunga. Rangkaian naskah tentang kesehariannya. Bersama member, fans, keluarganya. Cerita tentang hari harinya bersama orang orang miliknya, termasuk kamu. [S...