Feel Queer 🎶

16 5 0
                                    

Seraya terus menatap layar monitor didepanmu, sesekali kamu melirik untuk melihat jam berapa sekarang. Kamu mengantuk sekali, rasanya ingin cepat cepat pulang dan tidur. Semalam kamu chatting dengan Chen hingga lebih dari tengah malam. Tadinya kamu hanya ingin mengecek pesan setelah ketiduran, tapi Chen mengirimmu pesan sehingga kalian terus saling berbalas. Untungnya kamu dan Chen tak terlambat melakukan jadwal hari ini.

"Nona (Y/N), kau dipanggil Yang sajangnim untuk menemuinya." Ucapan Ibu Cho membuatmu langsung bangkit.

Kamu mengernyit bingung sejenak sebelum segera berjalan keluar. Kamu mengetuk pintu ruangan beberapa kali dan segera masuk saat sebuah suara membalas. Kamu duduk dihadapan lelaki berumur hampir setengah abad yang masih nampak berwibawa itu.

"Ada apa, sajangnim?"

"Ah, saya hanya ingin menawari kontrak sementara. Anda mau menulis sebuah novel untuk diterbitkan?"

Menulis.. novel? Ini kesempatanmu setelah sekian lama! Semua ide-ide yang menumpuk karena tak kunjung kamu selesaikan mungkin bisa jadi referensi. Dan lagi.. mungkin kamu bisa menulis dengan tema kehidupanmu.

"Ini kontraknya. Anda bisa menulis mulai bulan depan. Untuk tema dan alur, anda sendiri bisa menentukannya. Tanggal perilisan juga kita sesuaikan. Salah satu editor terkenal yang akan membimbing anda menulisnya. Anda tertarik, penulis (Y/N)?"

Kamu menggenggam pena yang diberikan CEO Yang. Berpikir sejenak apakah mau mengambil tawaran ini atau tidak. Ah, kamu bisa membuat tema fanfiction dan membawa Chen sebagai pemeran utamanya! Iya, sepertinya akan bagus. Kamu mengangguk menyetujuinya dan mulai menandatangani berkas itu. Kemudian menjabat tangan CEO Yang tanda persetujuan. Kamu harus memberitahu Chen tentang hal ini.

"Tawaran menulis? Hebat juga kamu. Rasanya seru kalau kita membuat webtoon. Kamu yang menulis, aku yang menggambar."

Kamu menepuk tangan antusias atas ide cemerlang Hani. Kalian yang sedang asik berbincang tiba-tiba Seojin menghampiri kalian. Yah, kamu sempat lupa perempuan itu sekarang bekerja dikantormu. "(Y/N), ada yang mencarimu diluar." Ucapnya memberitahu. Kamu langsung mengecek ponselmu. Wah, ternyata Chen sudah didepan.

"Hani, aku pulang dulu ya?" Pamitmu pada Hani dan sedikit menunduk pada Seojin.

Kamu langsung melangkah keluar dan disana Chen juga berjalan masuk. Kamu menggeret lelaki itu keluar dari area kantormu. "Jangan gila, oppa! Jangan masuk, aku bisa menyusulmu." Ucapmu mengingatkannya.

Lelaki itu tersenyum dibalik maskernya. "Kan aku juga mau seperti pasangan lain. Menjemput dan menghampiri kekasihnya yang selesai kerja."

"Gimana kalau ada yang lihat?"

"(Y/N), ini kekasihmu ya?"

Suara seseorang membuat kalian berdua menegang seketika. Kamu menghela nafas pelan saat Seojin menatap kalian. "Halo, Seojin." Sapamu balik, kamu memang sengaja tidak membalas pertanyaannya. Seojin dengan santai menjulurkan tangan kearah Chen.

"Halo, aku Boo Seojin, rekan kerja (Y/N). Senang sekali bertemu denganmu." Katanya seraya tersenyum semanis mungkin.

Kamu mencuri lirikan dari Chen yang tak kunjung membalas jabatan tangan Seojin. Terlebih saat Seojin mulai tersenyum-- yang tak bisa kamu artikan. "Ah, ya.. Aku kekasih (Y/N)." Balas Chen sambil menerima uluran tangan Seojin. Seojin melirik tangan Chen dan kembali tersenyum.

Chen nampak tak nyaman, kamu bisa tau itu. Tak disangka Chen menggenggam tanganmu. "Aku harus minum obat.." Ucapnya secara tiba-tiba.

Kamu mengernyit, obat apa yang dimaksud? Kenapa tiba-tiba begini? Kamu merasakan genggamannya makin kuat-- ah! Ini pengalihan topik! Chen sengaja mengatakannya agar kalian bisa pergi dari sini.

"Ah iya! Kamu harus minum obatmu, ini sudah lewat waktunya." Kamu sengaja mengeraskan suaramu agar nampak seperti panik. "Seojin, kami duluan. Sampai jumpa."

"Ya.. baiklah."

Setelah itu kalian berdua masuk kedalam mobil dan segera pergi dari sana. Diperjalanan kalian menghela nafas bersamaan. "Pintar juga kamu bikin alasan. Aku merasa aneh dengan situasi tadi." Kamu mengadu pada Chen yang tengah menyetir. "Iya ya, dia tadi menatap gelangku sangat lama. Kan aneh." Sambung Chen yang ternyata sama tak nyamannya.

Cklek..

"Kamu belum makan? Mau pesan sesuatu?"

"Terserah oppa saja. Aku mau mandi dulu."

Bahkan kamu tak bisa berhenti memikirkan tentang Seojin yang terus menatap Chen. Apalagi saat Seojin menemukan gelang milik Chen, dan sadar Chen tengah memakainya. Ini aneh, kamu merasa sangat khawatir secara tiba-tiba. Apa kamu cemburu? Sepertinya bukan karena itu.

"Sudah selesai? Duduk sini." Chen menepuk tempat disampingnya. Ia menyuapkan ayam asam manis kedalam mulutmu.

"Kamu pakai parfum? Aroma-mu enak."

Kamu memejam pelan saat Chen mengecupi pipimu gemas. Ayolah, apa dia tidak tau kalau sekarang rasanya jantungmu mau lepas? "Padahal aku hanya pakai handcream yang kamu kasih." Jawabmu dengan jujur.

Chen mengecup bibirmu singkat. "Aromanya cocok denganmu."

Blushh..

Hei hei, siapa yang tidak malu dan merona saat dipuji bias sendiri? Rasanya kamu mau terbang saja. "Eh? Oppa sudah selesai?" Tanyamu saat Chen meletakkan sumpitnya. "Kalau aku makan semua itu, aku harus olahraga 3 jam." Jawabnya sambil tersenyum lembut. Kamu yang mendengar itu mencoba menyuapkan ayam kedalam mulutnya.

"Ahk! Dear! Kenapa aku disuruh makan lagi??"

"Aku hanya mau oppa makan supaya sehat. Jangan sampai sakit!"

"Tapi aku harus menjaga bentuk tubuhku.."

"Aku akan menemanimu olahraga. Kalian aneh sekali. Mau dikurangi berapa lagi berat kalian ini?!"

"Ya maaf, PD-nim yang suruh begitu."

"Sekarang, makan. Awas kalau sampai sakit karena melewatkan jam makan kalian."

"... I-iya,"

_____________________________
TBC..

Ada yang kangen nggak nih?

Hope you like♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang