🎼Adamant

14 5 0
                                    

Baekhyun menoleh saat mendengar suara derap kaki menuruni tangga. "Jongdae? Heh jangan lari lari. Sarang sudah bangun?" Tanyanya saat Chen berlari melewatinya.

"Sudah, habis ini dia turun." Jawabnya sambil terus berlari kekamar Chanyeol.

Ia membuka perlahan pintu kamar dan tersenyum mendapati Cheonsa masih tidur. Seharian kemarin dia tidak bertemu dengan Cheonsa. Apa Cheonsa rewel saat dirinya sakit? Chen kadang masih gemas saat melihat Cheonsa yang seperti copy-paste darinya. Mata cantiknya dari kamu, lentik bulu mata darinya, lengkungan bibir itu juga dari Chen, pipinya memerah nurun darimu.

"Eh? Cheonsa jadi kebangun.. Maaf appa ganggu tidurnya ya?" Chen tersenyum manis seraya perlahan menggendong Cheonsa. Padahal baru sehari tidak ketemu, tapi seperti sudah sangat lama.

"Selamat pagi, kesayangan appa."

"Aaang.."

Cheonsa menguap dan tersenyum seolah membalas ucapan Chen. Ia membawa putrinya keluar dan sedikit terkejut membernya berkerumun didapur.

"Kalian sedang apa sih?"

"Memasak sarapan, Baekhyun yang masak nasi, aku yang masak lauk." Chanyeol menunjuk Kai dan Sehun yang berdiri dengan wajah tanpa dosa. "Mereka yang merusuh."

"Kenapa nggak delivery saja daripada menghancurkan dapur begini.."

"(Y/N) yang minta soalnya hyung baru sembuh." Sahut Kai sambil mencoba memotong wortel.

"Urusan kena marah Kyungsoo hyung biar aku yang tangani." Itu Sehun— yang pasti merasa berkuasa.

Memang tidak akan ada habisnya kalau meladeni mereka. Kamu sendiri cukup bersyukur Chen tidak ikut rusuh seperti mereka. Entah bagaimana jadinya dorm kalau Beagle Line dan Maknae Line sedang dalam mode heboh. Membayangkannya saja membuatmu merinding karena tau akan jadi kapal pecah.

"Ayo kita pamer ke Suho hyung kita sedang akur." Celetuk Baekhyun lalu segera menelpon Suho dan member lainnya.

"Aku nggak percaya kalian bisa tenang. Pasti dibalik kalian penuh kekacauan."

"Apa apaan!? Kalau disini kacau Cheonsa nggak akan sesenang ini, lihat!"

"Waaah keponakanku!"
"Sejak kapan Cheonsa jadi makin gemas?"
"Rasanya baru kemarin aku panik menemani Jongdae didepan ruang inap."
"Aku jadi ingin pulang dan memasak untuk Cheonsa."

"Kekekeke, oppadeul cepat pulang~" Kamu menirukan suara anak kecil dan menggerakkan tangan Cheonsa agar melambai. Ia langsung tertawa senang membuat kalian gemas bersamaan.

Kalau bisa terlahir kembali, kamu ingin jadi Cheonsa agar dikelilingi member yang tampan dan bisa apa saja begini. Kadang memikirkannya kamu jadi iri nantinya Cheonsa bisa minta apa saja pada pamannya. Dan tentu saja kamu tidak khawatir Cheonsa terluka, EXO-L akan berbondong bondong melindunginya.

"Oh iya- aku harus pergi,"

Kamu cepat cepat menahan tangan Chen saat lelaki itu bangkit dari kursi. "Kemana?" Tanyamu was-was, takut kalau Chen akan pergi tiba tiba. Lelaki itu tersenyum simpul dan mengusap rambutmu.

"Menyelesaikan semuanya,"

"Apa?? Tiba tiba begini? Kamu bilang nggak jadi-"

"Aku nggak pernah bilang begitu. Aku hanya bilang akan memberitahu member sebelum ini rilis, bukan berarti aku mengurungkannya."

Manager Yongmin menghela nafas kesal. Ayolah dia masih sibuk mengurus jadwal member lain, lalu Chen datang dan menambah pekerjaannya. Ia kehabisan kata kata untuk meladeni Chen yang keras kepala.

"Tolonglah, Jongdae.."

"Aku yang minta tolong padamu. Aku harus menyelesaikan lagu ini."

Sorot mata Chen tetap sama, dia tidak ingin mundur. Sudah terlalu jauh, sudah sampai sini, dia harus menyelesaikannya. Manager menyerah lalu memberikan kertas-kertas kehadapannya. "Lirikmu masih belum sempurna, syuting harus dilanjutkan cepat dan jangan harap ada waktu luang setelah kamu minta seperti ini." Ujarnya pasrah lalu berbalik untuk mengecek data data lainnya.

Chen tersenyum tipis, dia bisa melakukannya. Sebenarnya Chen tidak tau apa yang ada didalam pikirannya. Terlalu samar dan terus berubah, kadang itu yang membuatnya ingin menyerah. Tapi dia sendiri pernah bilang kalau dirinya tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah dia pilih, dan akan tanggung jawab dengan itu. Tidak apa apa, Chen akan melakukannya. Setelah ini selesai, langkahnya mungkin akan jadi sedikit ringan.

"Aku nggak paham didalam kepalamu itu." Manager Yongmin menoleh sebentar pada Chen. "Coba pikirkan, kamu menyapa dan pergi meninggalkan luka, atau segera pergi tanpa perasaan apapun. Kalau memang jadi, besok pagi bawakan aku lirikmu."

Menyapa dan meninggalkan luka.. Chen melakukan itu. Dia yang berjanji untuk tidak melukai lebih lagi.

"Iya, akan aku bawakan liriknya besok pagi.."

Chen tidak keberatan dirinya dilupakan. Ditempatkan yang paling jauh, dilupakan perasaan dan cintanya. Tapi setidaknya dia tidak begitu, dia ingin menjaga cinta dan perasaan Eri. Seluruh hidupnya sudah ia pertaruhkan dan sampai dihari ini. Akan terjadi banyak penyesalan kalau Chen menyerah sekarang. Dia yakin seumur hidup tidak akan pernah lupa hari harinya. Dan itu akan membuatnya keberatan. Jadi, akan ia selesaikan semuanya sekalian.

Pilihan terbaik adalah menyerah jadi semuanya tidak akan terluka lagi. Tapi pilihan terbaik bisa menyeretnya ke suatu hal yang sangat ia benci. Chen bisa menyelesaikannya, dengan begitu dia bisa melangkah dengan ringan.

_________________________
TBC..

aku tau hitungannya nggak cukup karena siapin lagu pasti butuh berbulan bulan apalagi buat keadaan real life Chen
sekali lagi maaf kalau ada kekurangan dari ini

Hope you like ♥
Enjoy and vote please★
Gamsa~

Dear You | Chen (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang