Suhu udara merendah. Tubuhku seketika mati rasa saat merasakan dingin yang menusuk kulit ini. Tersadar setelah semalaman berbaring di tepi sungai yang membeku.
Apa?!
Aku menyentuh permukaan air sungai yang padat menjadi es itu. Mengetuk dan mengusapnya hingga rasa menusuk dari dingin menjalar di setiap ujung jariku. Alhasil, tanganku membeku setelah merasakannya.
Kuusap-usap lalu ditiupnya tanganku. Bibirku pun terasa kaku dengan hawa panas yang menggumpalkan keluar seperti asap. Bagaimana mungkin dalam waktu semalam suhu udara di hutan ini jadi seperti cuaca di musim dingin?
Gigiku mulai bergemeretak. Aku mencari keberadaan kastil milik Vernon yang mungkin dekat dari sini. Namun sejauh apapun matanya menyorot, hanya hamparan hutan kosong yang terlihat. Tidak adakah salah satu dari mereka yang mau memberikanku penjelasan.
Tiba-tiba aku mengingat sesuatu. Kulirik cincin yang melingkar di jariku. Ternyata benar, sebuah berlian kuning bersinar di sebelah berlian milik Chan. Mungkinkah kali ini Vernon juga hidup di hatinya? Tanganku bergerak menyentuh dadaku sendiri.
Setelah semua yang terjadi, dadaku jadi terasa hangat dengan keberadaan dua orang itu. Seberapa banyak vampire yang bisa masuk di sana? Bagaimana bentuknya? Apakah akan lebih hangat dari tempatku sekarang? Mungkinkah waktu berlalu begitu cepat hingga musim pun berganti dengan ekstrim.
Aku bergerak bangkit dari area beku itu. Namun saat kuangkat kaki ini, tubuhku kembali terjatuh sebelum berdiri. Aku mengerang sendiri. Seluruh tubuhku seutuhnya mati rasa. Dengan pakaian yang tipis, dia bisa mati kedinginan di sini.
"Kenapa kau mengerang?" Suara berat terdengar dari pikirannya. Aku langsung bisa mengenalinya.
"Sepertinya Seungkwan hyung sudah mengeluarkan semua kekuatannya." Chan juga keluar.
"Tolong." Rilihku. Bibirku semakin kelu dengan lambatnya gerak otot di sekitar wajah.
"Pejamkan matamu. Lalu kepalkan tangan dan taruh di dekat dadamu." Interupsi Vernon. Aku hanya mengikuti tanpa banyak tanya karena aku mulai dehidrasi.
Sedetik kemudian, bibirku tidak terasa kelu lagi. Mataku terbuka. Tidak ada apa-apa. Kugerakkan tanganku dengan bebas. Kakiku juga bisa sudah normal kembali. Apa yang terjadi?
Aku tertawa sendirian dengan perasaan aneh dari suhu tubuhku yang hangat. Saat ku sentuh permukaan lengan, kulitku masih terasa dingin. Aku menghentikan tawa dan cengiran yang menghias tadi. "Tidak adakah yang mau memberitahuku kenapa?" Tanyaku pada siapapun di dalam sana yang mendengarnya.
"Bawel. Kan yang penting sudah tidak terasa dingin. Sekarang cepat pergi ke kastil selanjutnya sebelum energiku habis." Omel Vernon. Tapi itu justru mengundang keceriaanku.
"Chan-ah, hyung-mu galak. Tapi terima kasih banyak untuk bantuannya." Godaku. Tapi tidak ada balasan sama sekali dari vampire bernama Vernon itu. Chan yang memancingnya bicara pun tidak direspon.
Ya sudahlah. Dia mungkin masih membiasakan diri dengan kata terima kasih. Kubiarkan Chan bicara memanggil Vernon dengan mengambil buku di dalam tasku. Sebenarnya agak risih jika berisik begini, tapi daripada sendirian.
Saat aku membuka buku itu, suara Vernon pun muncul. "Kenapa kau masih membuka buku itu? Itu semua bohong."
"Aku hanya mau tau bagaimana gambaran kastil yang harus kucari." Jawabku sambil membaca singkat beberapa bagian penting yang tertulis.
Kastil yang tampak secantik mentari merah dengan paduan langit putih. Tidak ada panas matahari tapi parasnya masih dapat terlihat. Mungkinkah ada hubungannya dengan suhu yang berubah ekstrim ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...