Ketemu

262 61 3
                                    

Dilihat dari keadaan langit yang memerah, pertarungan Seungcheol dengan Chang rasanya semakin hebat. Aku sudah bisa merasakan atmosfer membakar tubuhku. Keadaan di perkotaan pun terdengar makin ramai dengan teriakan penuh kerisauan. Ini sangat kacau.

Atensiku kembali pada pria yang kini terbaring tidak bergerak di pangkuanku. Kulitnya sangat dingin setiap kali aku menyentuhnya. Tapi aku tidak tau pasti ini karena perasaanku atau faktor kulit vampire-nya. Aku pun berharap, itu hanya karena kulit vampire-nya.

"Cepatlah kau bangun!" Ku tepuk-tepuk lagi pipinya pelan untuk membangunkannya.

Suhu bumi makin mencekam. Keringat pun memenuhi seluruh tubuhku. Kenapa Chang tidak menunjukkan tanda-tanda melemah? Ini mengerikan.

Kugigit bibir menahan gugup. Aku terus memikirkan memungkinan terburuk dari semua ini. Seungcheol tidak mungkin bisa bertahan terlalu lama. Pertarungannya sekarang, kurasa jadi pertempuran terlamanya.

Ketika kepalaku mengadah ke atas, sebuah tubuh melesat cepat ke bawah dengan bara api membungkusnya. Dia terjatuh bagaikan sebuah meteor. Mendarat dan tepat menyenggol sisi gedung sampai setengah bangunan ini hancur.

Seungcheol sudah terkulai lemah. Namun dia masih mengusahakan diri untuk mencengkeram sisi gedung yang rusak agar tubuhnya tidak jatuh ke tanah. Wajahnya terlihat lelah. Napasnya pun berderu dengan cepat. Meski sudah kelelahan, Seungcheol masih sanggup mengangkat dirinya. Tapi Chang turun dan dengan tidak manusiawinya, dia menendang Seungcheol di depan mataku.

Setelah Seungcheol jatuh, kepala Chang mengarah pada kami. Ekspresinya juga sama lelahnya. Meski bukan lawan sebanding, ternyata Seungcheol cukup jadi petarung yang hebat untuknya.

"Saatnya kita selesaikan inj." Begitu katanya sambil melangkah ke arah kami.

"Apa maumu?!" teriakku. Walau aku memperingatkannya dengan nada ancaman, itu sama sekali tidak membuatnya mundur.

"Jangan mendekat!" Aku memeluk Yohwa dan menjaganya sebisaku. Sudah jelas, Chang memiliki maksud tertentu padanya.

"Tidak bisakah kau hanya jadi penonton?!" Dia menarik rambutku dan mengangkatnya ke atas. Fokusku berubah pada rasa sakit darj tarikan ini. Penjagaanku pun perlepas. "Tingkah sok ikut campurmu, membuatku muak."

Chang menggoyangkan kepalaku dan melemparku jauh. Kepalaku terbentur hancuran beton akibat Seungcheol tadi. Rambutku banyak tercabut. Darah segar pun menetes dari helai rambut yang masih menyangkut. Pandanganku sedikit kabur, tapi aku masih bisa melihat tubuh Yohwa yang diangkat.

Pria itu sudah tidak berdaya saat lehernya dicekik. Temannya bahkan tidak lagi ada perlawanan untuk bertahan hidup. Namun, saat Chang melakukan sesuatu yang entah apa, Yohwa bisa bersuara kembali. Bahkan berteriak kencang. Padahal sejak tadi, aku sudah berusaha menyadarkannya.

"Arg-!" teriakan Yohwa tiba-tiba terputus. Suaranya seakan hilang saat cahaya putih keluar dari mulutnya.

Cahaya itu memiliki kilauan yang sedikit berbeda dengan bentuk sinar pada umumnya. Kilauannya lebih tajam bersama hawa dingin yang mengelilingi. Perlahan-lahan mulai memasuki tubuh Chang dan terserap melalui jantungnya. Di saat itu juga, ketegangan di tubuh Yohwa seakan hilang.

Chang menggeletakkan tubuh Yohwa begitu saja setelah tidak dia perlukan. Wajah Chang tampak berseri. Dia mulai mempraktikkan sesuatu yang baru dia dapatkan. Membekukan satu demi satu benda yang ada di sekitarnya. Bahkan burung yang sedang terbang rendah menghindari awan panas, juga jadi sasarannya tanpa pandang bulu.

Air mataku mengalir kala melihatnya. Jika Chang bisa membekukan benda-benda ini, berarti Yohwa??

Sebuah bola api melesat tepat di belakang telingaku. Panas yang hampir membakar itu membuatku terkejut. Bola apinya menjadi tanda kebangkitan Seungcheol. Dia langsung menyerang Chang dengan api yang lebih besar dari sebelumnya. Sayap Chang terbakar. Namun hanya sedikit.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang