Aku bukan orang yang mudah menurut. Mungkin sebagian besar orang yang mengenalku, sudah mengetahuinya. Oleh karena itu, saat dia memintaku untuk tidur sekarang, mataku tetap tidak ingin dipejamkan.
"Semakin lama kau menurutiku, semakin lama juga jawabanmu akan terjawab."
Dengan berani, aku berkata, "Kenapa harus tidur?"
Dengusannya terdengar keras di ruangan yang sepi ini. Meski tidak dapat melihat dengan jelas, aku bisa tahu jika dirinya sedang menyandarkan punggungnya. Dia diam untuk beberapa saat sambil menyilangkan tangannya. Lalu, tiba-tiba kakinya dihentakan.
Aku tersentak. Kupikir dia marah karena aku tidak menurut. Tapi hentakan kaki itu membuat beberapa sisi dari kastil ini menunjukkan cela agar cahaya masuk. Jendela yang tertutup dengan air padat dan menguap begitu saja seperti habis dipanaskan.
"Kau membuat semua hal jadi rumit," kritiknya dengan malas.
Wajah serta ruangan yang ada kegelapan ini sudah terlihat sama dengan bayangan yang ada di pikiranku tadi, walau tidak seterang itu. Sekarang aku paham, otakku tidak hanya dibaca olehnya, tetapi juga dikendalikan.
Dia menampilkan seringai. "Tidak kusangka kau bisa menyadarinya secepat ini."
Tubuhku merinding. Seringainya itu tampak mengerikan dan menawan secara bersamaan. Aku jadi tidak tau harus takut atau terpesona padanya. Namun yang pasti, dia menarik perhatianku lebih dari vampire yang lain. Entah karena apa?
Wonwoo terlihat memetikkan jarinya kembali. Tapi petikan yang tidak menimbulkan suara. Aku mengerutkan kening. Bukan untuk memastikan penglihatan, melainkan mengerut karena kepala yang tiba-tiba berdenyut.
Aku meremas kepalaku sendiri. Sakit yang menyerang, membuat pandanganku menjadi kabur. Aku mengerang kesakitan karena sulit menahan hantaman berat ini. Lututku mencium lantai. Beradu dengan permukaan datar tersebut cukup kuat hingga mataku terpejam untuk menguatkan diri.
"Aku tidak punya cara lain selain membuatmu tertidur paksa." Itu kalimat terakhir yang kudengar sebelum tubuhku tumbang dengan rasa sakit yang tidak bisa kutahan karena ulahnya.
🍃💦❄🔥
Dengan pakaian hancur dan penampilan berantakan, wajah keempat pria itu sudah terlihat normal setelah sembuh dari luka-luka yang muncul karena peperangan kecil di laboratorium tempat mereka hidup. Kedua pria yang menjadi pemegang kekuatan api itu, membuat Wonwoo dan dua orang lainnya harus menerima imbas dari ledakan yang terjadi.
Meski luka fisik yang parah itu sudah sembuh, masih ada luka lain yang dipastikan tidak akan bisa disembuhkan dengan keajaiban dari tubuh sempurna tersebut. Kemarahan menggebu-gebu masih menyelimuti orang tertua di antara mereka. Dia membakar hampir setengah bagian hutan yang mereka masuki. Wonwoo berusaha keras memadamkan api dari perbuatannya, sedangkan dua orang lain berusaha menenangkan.
"Kita bisa cari cara untuk membalas perbuatannya."
Mata merah yang bersinar itu, menatap penuh amarah orang yang bicara tersebut. "Balas bagaimana?! Kita baru di dunia vampire ini! Kita tidak tau apa-apa dan ternyata kita diubah jadi vampire karena dia juga. Kita sudah ditipu!! Sebelumnya kita bergantung padanya untuk kembali jadi manusia. Sekarang kita harus apa?!!"
Wonwoo terpaksa menyiram hyung-nya itu. Dia juga marah, tapi dia tidak tahan melihat kemarahan itu. "Kau pikir hanya kau yang kecewa?! Kita semua di sini merasakan hal yang sama. Jangan egois!"
Bukannya mereda, sang tertua menghampaskan kedua temannya. Mendorong hingga kedua tubuh itu terlempar di sisi yang berbeda. Lalu menghampiri Wonwoo yang diam berdiri. Tidak tumbang walau tau dirinya tidak bisa mengalahkan kekuatan kakak tertuanya itu.
"Kau mau cari masalah denganku?!" teriak hyung-nya. Kerah bajunya dicengkeram. Tubuh Wonwoo juga diangkat dengan mudah. Walau tubuhnya lebih tinggi, tapi hyung-nya berhasil mengangkat kakinya hingga tidak menapak di tanah.
Tidak kenal takut, Wonwoo masih bisa membalas, "Amarahmu itu, tidak akan menghasilkan apa-apa!"
Hampir saja tubuh Wonwoo dibakar hidup-hidup jika pria bermata sipit itu tidak mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menahan tangan sang tetua dari kejauhan. Dia mengendalikan tubuh tersebut sampai Wonwoo jatuh dan terlepas dari cengkeramannya. Tidak mau pertengkaran balik terjadi, teman kecilnya juga ikut andil menahan keduanya dengan membekukan setengah tubuh mereka menggunakan es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...