"Kau bisa menyebutku sebagai filsuf."
Mataku meliriknya sinis. Setelah semua kebohongan dan tipu daya yang dia lakukan padaku, apa mungkin aku bisa percaya begitu saja dengan ucapannya?
"Geotjimal!"
Tidak akan! Filsuf dari mana? Tingkahnya tidak menunjukkan kewibawaan seorang berpendidikan. Meskipun jika benar dia seorang cendekiawan, berarti dia adalah salah satu orang pintar yang memanfaatkan kepintarannya untuk kejahilan.
Bukannya protes, vampire di depanku ini hanya menghela napas lalu menumpukan kepalanya dengan tangan. "Dasar manusia. Orang sudah berkata jujur, disebut bohong. Nanti kalau aku berbohong, kalian percaya. Maunya apa coba?" Keluhnya.
Jadi dia serius? Aku sungguh sulit mempercayainya.
"Perlu bukti?" Kepalaku refleks terangguk begitu saja.
Lagi-lagi dia memberikan kejutan dengan setumpuk kertas yang sama tangannya. Menumpuknya bersama dengan kertas sebelumnya.
Pelajaran kedua, Kekuatan.
"Katanya mau memberikan bukti?!" protesku.
"Memangnya informasi selengkap dan serinci ini kurang sebagai bukti?" balasnya. "Tidak ada yang berani mengatakan hak selengkap ini, selain diriku."
Aku mendengus, lalu bergumam, "Itu bukan bukti yang kuharapkan."
"Banyak maunya," serang Jeonghan. Tapi ekspresinya tidak jengkel, melainkan wajahnya menampilkan senyuman. "Jadi ingin bukti yang seperti apa?"
"Penjelasan tentang dirimu," kataku tanpa kenal takut.
Dia menyeringai. "Bilang saja kau ingin tau tentang kehidupan pribadiku. Alasan tentang aku yang mau jadi vampire dan lain sebagainya terkait hal itu."
Aku menyengir tanpa dosa. "Itu dia."
Dia menggeleng-gelengkan. Bukannya mulai bercerita, dia justru beranjak dari duduknya. Meregangkan tubuh seakan kita sudah duduk berjam-jam lamanya. Padahal lebih lama aku yang duduk.
"Aku akan katakan, setelah kau membaca yang ini. Sekarang aku mau minta kertas lagi."
Aku mengedutkan sudut bibir kiriku. Sudah tau kehabisan kertas, masih saja menggunakan cara ini.
"Aku sudah tau banyak tentang kekuatan kalian," kataku sebagai alasan.
Namun dia masih bisa berkilat lincah dengan berkata, "Baca dulu saja. Siapa tau ada hal menarik yang kau temukan dalam tulisanku."
Setelah mengatakan itu, dia menghilang lagi. Cih! Dasar makhluk astral aneh.
Mau tidak mau aku harus membacanya bukan? Aku hanya bisa mendengus penuh kesabaran dan lanjut membaca bab 2 dari pelajaran hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...