Sequel 9

288 33 67
                                    

Ayo... siapa yang udah gak sabar sama bagian Jeonghan? 🤭

Hihi..
Siap-siap emosi jiwa, ya 😋
Jeonghan bukan hanya akan menguji kesabaran kita saat jadi pacar, tapi cara dia ngajak pacaran pun bikin ... hm! 😂

Udah penasaran?
Yuk, langsung baca aja 😁

Happy Reading ^^

❄🐰❄

Beberapa waktu lalu, Jeonghan menghampiriku. Aku sudah dapat melihat wajahnya yang menunjukkan maksud terselubung.

Dan benar saja! Masa dia tiba-tiba berkata...

🐰

"Dibanding anggota lain di rumah ini, pasti hanya aku yang tidak akan kau pilih sebagai kekasihmu. Aku yakin 95%."

Dengan kening mengerut, aku menanyakan sisa 5% lainnya itu. Karena harusnya tidak ada sisa persentase yang bisa membuatku suka pada Jeonghan. Bahkan, aku tidak pernah memikirkannya. Kenapa dia yang tiba-tiba mengatakan ini? Mencurigakan.

Kecurigaanku tidak pernah bisa hilang jika berhadapan dengannya. Dengan otak licik layaknya rubah itu, aku sulit mempercayai Jeonghan.

"Memang tidak ada?" Jeonghan segera menyadarinya. "Padahal aku sudah berbaik hati memperhitungkan 2,5% dari ketampananku dan 2,5% lainnya dari kepintaranku."

Aku tertawa mendengarkannya. "Jangankan 2,5%, kau bahkan tidak mendapat 1% pun dari kepintaranmu."

Jeonghan yang tidak pernah mau kalah berdebat dariku, kembali mengeluarkan opini menyebalkannya. "Berarti ketampananku dianggap lebih dari 4%, ya? Aku merasa tersanjung."

"BUKAN!!!" Aku berteriak sambil meluruskan kedua tangan untuk mencekik lehernya. Namun, dia masih bisa tertawa sembari memamerkan gigi ratanya.

Dasar gila! Bisa-bisanya dia masih bisa tertawa saat aku mencekiknya. Walaupun aku tidak memegangnya dengan kuat, tetapi setidaknya pria ini tidak perlu tertawa.

Karena suara tawanya membuatku makin kesal, aku terpaksa melepas cekikan yang tidak memberi efek apa pun. Kemudian, berkata, "Sebenarnya, apa maumu?!"

Dia berdeham singkat untuk melegakan tenggorokan yang agak serak. "Karena kita tidak mungkin jadi pasangan, bagaimana kalau kita coba pacaran 3 hari? Mumpung kau belum memutuskan pilihan pastimu dari kedua belas orang di sini."

🐰

Dari mana Jeonghan bisa memikirkan hal segila ini? Bisa-bisanya dia mengajakku pacaran seperti mau taruhan. Aku sungguh dibuat stres selama negosiasi itu.

Dan dengan sama gilanya, kenapa aku mengiakan??! Aku meremas kepalaku yang sakit karena terus memikirkan kejadian kemarin.

Berarti, hari ini kita resmi pacaran dong? Aku mengerang kesal. Walau hanya 3 hari, tetapi ini akan terasa sangat berat.

Aku sungguh tidak tahu, apa yang kupikirkan kemarin? Boleh kesal, tetapi kenapa harusnya mengiakan ajakan itu? Sekarang aku jadi hanya bisa menangisi nasib. Meskipun Jeonghan tampan, tetapi terlalu sulit untukku mengakuinya.

"O!" Lengkingan tinggi penuh keterkejutan itu sejenak mengalihkan perasaanku yang resah. Atensiku langsung tertuju pada ekspresi Mingyu yang terkejut dengan tangan membawa keranjang sayur.

"Jeonghan hyung belum memakan sarapannya?" tanya Mingyu pada udara. Namun, karena hanya ada aku di ruang tengah, mata pria itu sontak menatapku.

"Aku tidak tahu," jawabku seakan-akan tidak peduli.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang