Sejarah

331 70 2
                                    

"Akulah, orang yang merencanakan itu dan orang yang akan mengatakannya."

Bibirku refleks mendesis tanpa sebab. Indra tidak bertulang itu pun berucap, "Katanya mau memberitahu, tapi sekarang menghilang. Mau mempermainkanku lagi, ya?"

Tawa besarnya menggelegar. Meskipun terdengar menjengkelkan, tapi suaranya sangat renyah. Aku agak suka mendengarnya.

"Yah, sudah tidak seru. Kau sudah hafal trikku. Perjalananmu selama ini sudah membawa kecerdikanmu bertambah, ya?"

Aku kembali mendesis. Jeonghan belum menampakkan wujudnya lagi, jadi aku hanya bisa berputar-putar tanpa arah di tempatku berdiri sekarang. Tubuhku sudah berputar hingga 360 derajat, tapi bentuk vampire jahil itu belum juga terlihat. Rasa jengkelku menjadi-jadi.

"Sebaliknya, daripada memutar seluruh tubuhmu bersamaan, lebih baik kepalamu saja yang diputar. Itu lebih baik karena akan meningkatkan kewaspadaanmu."

Aku langsung menengokkan kepala ke belakang saat ada suara bisik yang memenuhi telingaku. Namun tidak ada sosok apapun di sana. Aku menggertakkan gigi saat tubuhku merinding. Dia benar-benar mirip hantu.

"Jangan bersembunyi terus!" teriakku agar dia segera menunjukkan dirinya. Aku lelah bermain petak umpet astral ini.

"Chakkaman!"

Suaranya terdengar lebih jauh dari sebelumnya. Di mana dia sebenarnya? Aku jadi bingung. Lalu, saat aku hendak membalikkan badan untuk duduk, sosoknya tertampil jelas di depan mataku. Tubuhku terperanjat dan bibirku menyebut kata kasar begitu saja.

"Tidak jadi," katanya dengan cengiran.

Apa maksudnya tidak jadi?! Ucapku dalam hati dengan wajah yang menunjukkan kejengkelan.

"Ululu.. Ada yang marah," ucap Jeonghan dengan suara lucu menggemaskan. Menyadarkanku jika dia benar-benar memperlakukanku layaknya anak kecil.

"Jangan marah lagi. Aku janji tidak akan hilang-hilangan lagi. No ghosting," katanya dengan aksen Korea yang kental. Aku jadi tidak bisa menahan geli.

"Sekarang tidur, besok aku akan menceritakan sesuatu." Dia memutar tubuhku dengan mudahnya. Kepalaku sedikit berkunang-kunang karena putaran yang cukup cepat itu. Kakiku jadi agak tidak seimbang jika saja tangan dinginnya tidak menahan pundakku.

"Cerita apa?" tanyaku disela-sela pusing.

"Besok saja. Sekarang sudah malam. Tidak baik tidur malam bagi seorang perempuan. Jalan ke kamarmu sendiri, ok? Masih ingat jalannya, kan?"

Dia kembali mengeluarkan kalimat meledek. Jika aslinya dia tidak lebih tua dariku, aku akan murka besar kepadanya.

Dengan berat hati, aku berjalan ke kamar begitu saja tanpa mengindahkannya lebih lama. Dia yang akan memberi penjelasan akan semua ketidakjelasan ini. Aku hanya harap, dia tidak menambah teka-teki yang lebih membingungkanku.

👑

Malam tadi aku tidur tidak terlalu lelap karena rasa penasaran yang mengeruminiku. Aku terus saja memikirkan apapun tentang cerita yang sempat Jeonghan singgung. Aku benar-benar tidak bisa menahan rasa ingin tauku. Di benakku juga sudah bermunculan berbagai pertanyaan.

Lalu, usai langit gelap itu mulai terang dengan matahari menyinari kamar ini, aku langsung bangun dan beranjak dengan tergesa-gesa. Suhu ekstrim yang ada di sekitarku, tidak bisa menghentikan kobaran api dari semangatku. Meski rasanya aku kurang tidur, tubuhku tidak terasa lelah sama sekali.

Saat aku keluar. Tidak ada seorang pun yang menyambutku di sana. Aku memanggil-manggil nama vampire jahil itu. Sesekali berkeliling untuk melihat sela-sela sudut yang tidak bisa ditangkap mata. Apa dia sengaja menghilang lagi?

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang