Hidup atau Mati

296 65 9
                                    

Jantungku tidak pernah berdetak sekencang ini sebelumnya. Rasanya, dadaku sampai kesulitan bernapas karena jantung yang terlalu terpompa. Apa aku bisa? Apa semua akan berjalan sesuai rencana? Aku takut.

Sebuah tangan tiba-tiba menyentuh punggung tanganku. Tubuhku pun tersentak. Aku melirik pemilik tangan yang mengaitkan jari-jari kami.

"Jangan takut. Ketakutanmu hanya akan memperlambat dirimu sendiri. Ingat itu!" Selalu jadi identitas. Jihoon dengan ucapan ketusnya. Tapi di sisi lain juga mengandung perhatian.

Kekuatan dinginnya menjalar di seluruh tubuhku. Menolong kedua kakiku yang sebentar lagi akan tertutup partikel es padat.

"Kita akan berusaha melindungimu," ucapnya lagi dengan suara yang nyaris tidak terdengar jika saja dia lebih dulu berjalan menjauh sebelum mengatakannya.

"[Y/N]-ssi," panggil seseorang di belakangku. Aku menengok dan Seokmin langsung memelukku. "Semoga kita bisa mengakhirinya bersama."

Aku balik memeluknya. "Aku akan berusaha semampuku."

"Jika kau sudah siap, katakan pada kami." Seungcheol menginterupsi. Orang yang paling terlihat tenang seakan siap menyerang. Tapi urat tangannya yang mengeras, tidak dapat disembunyikan.

Kita semua sama-sama gugup.

🍃💦❄🔥

"Menurut Jeonghan hyung, ada kemungkinan dia tidak membutuhkan kekuatan Seungcheol hyung, jadi [Y/N]-ssi harus meyakinkan Chang jika dia sudah mengendalikan kalian bertiga dan sudah membunuh Seungcheol hyung."

"Apa?" Wajahku bengong. Daritadi aku sedikit pun tidak mendengarkan mereka dan tiba-tiba aku dibawa-bawa.

"Chang sendiri kekuatannya api, jadi dia tidak mungkin membutuhkan Seungcheol hyung. Oleh karena itu, kau harus meyakinkan Chang jika Seungcheol sudah tiada," jelaskan Seokmin lagi.

"Bagaimana caranya?" tanyaku refleks. Tapi aku segera menggeleng dan meralat ucapan tidak sengaja itu. "Ani. Apa dia akan percaya?"

Seokmin terdiam sejenak. Suaranya terdengar ragu mengatakan, "Kata Jeonghan hyung, Chang itu vampire bodoh."

Jihoon mengumpat. "Bisa-bisanya kau masih sepolos ini setelah mengetahui semua kekejamannya dan berada disituasi menyebalkan ini."

Bahkan bibirnya tetap pedas pada temannya sendiri. Ekor mataku tidak dapat menyembunyikan kesinisan. Aku sungguh ingin mencubit kedua pipinya dengan gemas.

Niatku. Namun saat Jihoon melirikku balik, aku cepat-cepat meluruskan mata menghindarinya.

"Tidak usah sok sinis denganku!" Seluruh bulu kudukku bergetar dengannya. Kenapa tubuhku sepenakut ini?

Untuk mengalihkan perhatian dari tatapan horor itu, aku mendekati Seokmin dan berusaha menolongnya dengan apa pun yang terpikirkan olehku. Walaupun aku juga tidak yakin pendapat ini akan diterima.

"Bagaimana kalau aku menemuinya dan bilang aku kabur dari kalian?"

"Kau mau mati sendiri?!" bentak Seungcheol. Aku tersentak dengan mata terpejam. Tidak adakah cara lain untuknya menunjukkan rasa perhatian? Seram sekali.

"Jangan gunakan jalan yang membahayakan dirimu sendiri! Aku tidak mau ada korban lagi," ucap Seungcheol, seperti membentak, tapi suara beratnya tidak sekeras tadi. Wajahnya juga serius, tapi aku merasakan kecemasannya.

Deg! Deg! Deg! Deg! Deg!

Kenapa jantungku ini?? Sebisa mungkin aku tidak menggublis debaran aneh tersebut agar Jihoon tidak merasakannya.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang