Sequel 8

218 32 39
                                    

Sebelumnya, aku minta maaf dulu ya karena baru update. Asli.. buat versi Joshua bikin bingung. Bingung mau kasih masalah apa 😂

Tapi, semoga kalian masih suka ya 🥰

Karena udah malem, yuk langsung baca aja 😄

Happy Reading ^^

❄🦌❄

Sepulang kerja paruh waktu dengan Seungkwan dan Vernon, aku langsung berkeliling mencari Joshua di rumah ini. Namun, aku tidak menemukan batang hidungnya di mana pun. Karena  hanya ada Minghao di ruang tengah, aku segera bertanya padanya. "Kau lihat Joshua?"

Minghao mendongak. "Sepertinya, tadi pagi aku melihat hyung membantu Mingyu."

Setelah mengetahuinya, aku segera pergi ke halaman belakang. Jika tidak di dapur, Mingyu biasanya ada di halaman belakang. Aku pun menemukan Mingyu, tetapi tidak dengan orang yang kucari itu.

"Mingyu-ya, kau tidak bersama Joshua?"

Pria bertubuh besar itu berhenti membuat lubang untuk bibit tanamannya. "Shua hyung? Aku hanya bersamanya pagi ini, setelah itu dia dipanggil Jun hyung. Sepertinya, mau dimintai bantuan."

Aku mengembuskan napas sabar. "Baiklah," ucapku singkat, lalu bergerak di sekitar halaman belakang. Harusnya Jun ada di sekitar sini. Kucing jadi-jadian itu sangat jarang keluar rumah. Biasanya, jika tidak membangun sesuatu, maka...

Kakiku berhenti di depan gudang. Sedikit bergerak mundur agar bisa melihat atap gudang yang dibuat agak rendah dari ruangan lain. Namun, karena masih belum terlihat juga, aku bergerak ke sisi lain dan aku menemukan tangga yang sudah berdiri tegak.

"Pasti di sini," gumamku. Kemudian, meneriakkan nama 'Jun' dengan kencang.

Di hutan yang sepi ini, aku bisa mendengar suara erangannya. Saat tubuhnya terbangun, aku bisa melihatnya mengosok wajah. Mata itu masih setengah terbuka, tetapi tetap bergerak merespons panggilanku. "Ye?" balas Jun dengan suara khas baru bangun tidur.

Apa aku akan mendapat jawaban jika bertanya padanya? batinku agak menimbang-nimbang dengan ragu. Aku rasa, Joshua tidak mungkin ada di atas sana menemani Jun tidur. Joshua tidak sepemalas itu. Namun, aku tidak ada pilihan selain menanyakannya.

"Kau melihat Joshua?" tanyaku tanpa berteriak.

"Aku dari tadi tidur," jawabnya sambil bergelantungan pada sisi yang lebih tinggi, seakan-akan dia memang sengaja membuatnya untuk bersandar.

Benarkan? Percuma saja bertanya padanya, batinku jengkel.

"Kukira kau sengaja mencariku. Tapi, ternyata aku dikecewakan. Memang benar, ya. Tidak boleh berharap pada kekasih orang lain." oceh Jun, melantur. 

Aku menggeram. "Mingyu bilang, tadi kau memanggilnya."

Sorot mata yang tadi sayu mendadak berubah. Bola mata itu bergerak ke atas dan mengingat-ingat. Kemudian, Jun berseru panjang dengan suara mengalun. "Maja!"

"Sebelum tidur, aku memang bersamanya. Dia memintaku untuk memasangkan rak besi untuk tanaman di dekat jendelanya. Kukira sudah ada, jadi aku mencarinya biar bisa langsung dipasang. Ternyata, dia belum membelinya dan hanya bilang dulu." Jun menceritakan sesuatu yang tidak ingin kudengar.

"Lalu, sekarang dia dimana?" tanyaku. Kali ini langsung pada intinya.

"Mungkin membeli rak itu."

A!! Kekasihku ini sibuk sekali! teriakku dalam hati dan hanya menggeram kencang.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang