Sequel 4

238 35 26
                                    

Siapa yang udah nunggu-nunggu bagian Seokmin? 🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♂️

Gimana ya kalau si mantan vampire baik hati nan polos ini jadi pacar kita? Apa dia masih mendalami karakternya polos? Atau justru ada perbedaan? 🤭

Yuk kita langsung baca aja 😉

Happy Reading ^^

❄🐴❄

Ketukan demi ketukan sudah kulayangkan pada sang pemilik kamar. Namun, tidak ada suara atau sahutan apa pun dari dalam sana.

Apakah dia sedang tidur? Pikirku.

Seokmin sangat jarang keluar kamar. Selain makan dan mandi, pria itu tidak akan pernah ditemukan berkeliaran di sekitar rumah. Mustahil kali ini Seokmin tidak ada di dalam kamarnya.

Karena khawatir, kuputuskan untuk masuk ke kamarnya. Namun, aku melirik ke sekitar ruang tamu dulu sebelum membuka pintu. Takut-takut ada makhluk gaib bernama Jeonghan yang suka tiba-tiba muncul.

Setelah dipastikan aman, barulah aku membuka pintu itu dan memanggilnya dengan suara berbisik. "Seokminie?"

Aroma segar khas kamar Seokmin segera menyambutku. Tanaman yang tumbuh sehat di ruangan itu membuat suhu kamarnya menjadi sejuk dan menyegarkan secara alami. Suasana yang tidak akan ditemukan pada kamar mana pun.

Ketika seluruh tubuhku telah masuk, sosok yang sejak tadi kupanggil-panggil pun ditemukan. Ternyata benar sedang tertidur. Pantas saja tidak ada jawaban.

Senyumku sontak terukir. Ekspresi teduh Seokmin yang tertidur membuat kedua kakiku lebih cepat bergerak mendekatinya. Aku selalu suka melihatnya tertidur. Tampak tenang tanpa beban pikiran. Saat di mana Seokmin tidak akan terbebani dengan tanggung jawab untuk menemukan obat penyembuh mereka.

Meskipun Jeonghan sudah memintanya untuk tidak memaksakan diri, tetapi Seokmin tetap saja merasa harus mendapatkan ramuan itu secepatnya. Kasihannya kekasihku ini. Aku membatin sambil mengusap puncak kepala Seokmin.

Namun, sentuhanku justru membangunkannya. Bahkan membuat tubuh Seokmin terlonjak dengan panik seakan-akan dirinya dibangunkan karena gempa. Pria itu berlari ke sana kemari. Wajah linglungnya jelas menunjukkan kadar kesadaran yang masih minim.

Ekspresi kagetnya itu pun sukses membuat perutku tergelitik. Aku tertawa sangat kencang sampai mampu menyadarkannya untuk berhenti panik.

Seokmin melihatku dengan mata yang setengah terbuka. "Wae? Wae? Wae??" tanyanya dengan mimik bingung dan suara yang kian meninggi.

Dia benar-benar menggemaskan, batinku menjerit terlebih dahulu sebelum mengatakan, "Aku tadi memanggilmu, tapi tidak ada jawaban."

Seokmin membeku sebentar untuk menguap. Kemudian, bergumam sambil menggosok matanya dengan kedua tangan. "Aku tertidur, ya? Kenapa mencariku?" Tubuhnya lanjut direnggangkan hingga sendi-sendinya berbunyi.

"Hanya mau menemanimu. Atau mungkin kau mau diajak jalan-jalan keluar?"

Sebelum ajakanku dibalas, Seokmin melihat isi mejanya dan menyusun beberapa kertas yang sudah diberi tanda. "Apa di luar sedang tidak ada orang?"

Bibirku mengerucut. "Kau kekasihku, masa pria lain yang menemaniku?" Ambekku, lalu memancing emosinya dengan berkata, "Memangnya kau tidak cemburu, kekasihmu lebih sering menghabiskan waktu dengan pria lain?"

Aku sendiri penasaran dengan emosi pria itu. Seokmin tidak pernah marah atau menunjukkan tanda-tanda akan mengambek saat aku bermain dengan teman-temannya. Dia tidak protes sedikit pun. Padahal jika dia mencintaiku, harusnya cemburu, kan?

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang