"Kau tidak akan memaafkanku?!!" teriak Soonyoung sebelum dia berhenti dan menyerahkan diri pada Jihoon tidak henti mengejarnya.
Tubuhnya ditubruk. Sayapnya tidak sengaja dibekukan karena emosi Jihoon yang tak terkendali. Mereka berdua terjun bersamaan dari atas. Jatuh dan membuat lempengan tanah tempat mereka berpijak. Namun tidak ada jeda untuk Soonyoung bernapas, Jihoon masih saja meluapkan emosinya dengan mencengkeram kerah temannya.
"Jangan pernah kau ceritakan masa laluku pada orang lain! Aku tidak ingin orang lain mengetahuinya dan kau sudah tau itu!!" teriak Jihoon meledak-ledak.
Soonyoung mengerahkan sedikit tenaga anginnya untuk mendorong Jihoon agar menjauh dari tubuhnya. Jihoon terpental, tapi tidak benar-benar tumbang. Bibirnya mengumpat. Soonyoung melihat ke belakang sayapnya. "Meskipun sayap ini menyusahkan, tapi dengan kau membekukannya, dia akan lebih menyusahkan lagi. Kau mau menggendongku ke mana-mana?"
Jihoon tidak menjawabnya. Dengan posisi berdiri dan tangan yang mengeras, Soonyoung tidak bisa memaksa temannya untuk menjawab candaannya. Dia menghela napas, lalu bangun dengan berat karena bagian belakang tubuhnya yang membeku.
"Jika kau tidak ingin orang lain tau, kau tidak mungkin menceritakan ini padaku, pada Wonwoo, pada semua orang yang ada di hutan ini," kata Soonyoung dengan tenang sambil membersihkan pakaiannya.
"Aku percaya pada kalian." Nada suara Jihoon mulai stabil. Soonyoung bisa mengetahuinya meski tidak menggunakan kekuatan.
"Lalu kenapa kau tidak coba percaya pada gadis itu?"
Jihoon terkekeh sinis. "Semua wanita sama saja."
"Benarkah?" Soonyoung menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon. Menopang tubuh yang berat di belakang, lebih menyiksa daripada harus menanggung beban sebagai vampire.
"Wanita pada umumnya tidak akan mau masuk ke hutan seperti ini. Tidak akan mau menemui vampire yang bisa membunuh mereka. Tidak mungkin menerima pekerjaan yang beresiko seperti pemburu vampire. Satu lagi yang terpenting, dia tidak akan memberikan jaminan untuk menyelamatkan kita dari sini. Dan kau sudah tau dia tulus melakukannya."
Jihoon bungkam. Tangannya tidak lagi mengeras. Bulir salju yang mengelilinginya sudah tiada. Soonyoung bisa bernapas lega. Setidaknya badai yang muncul di kota, bisa hilang nanti pagi.
Dia terlalu gegabah membuat pertengkaran semacam ini. Padahal Jeonghan sudah memberi peringatan agar para vampire pelindung tidak bertengkar.
"Kekuatanmu itu mengenali dan mengendalikan perasaan orang lain. Sejak awal dia datang, kau dan Wonwoo sudah tau jika wanita itu tidak ada niat buruk selain kabur dari kenyataan hidupnya. Masalah yang sebenarnya ada di sini, bukan pada gadis itu, melainkan diri kita sendiri."
Soonyoung berhenti bicara sejenak. Dia terkejut saat sayapnya sedikit basah dan menghangat. Es yang menyelimuti sayapnya mencair secara perlahan. Dia melihat Jihoon dengan seksama. Es Jihoon tidak akan secepat itu mencair jika bukan sang pelaku yang melakukannya. Jihoon sudah lebih baik dalam mengendalikan kekuatannya.
Soonyoung lanjut berkata, "Wanita tua yang kau benci itu sudah tiada. Jadi, jangan biarkan kebencian masa lalu mengendalikan dirimu. Ada ribuan wanita, tapi akan ada satu yang bisa kau percaya."
"Kalau bukan dia?" Jihoon masih tidak bisa menerimanya dan Soonyoung tidak akan memaksa temannya menerima secepat itu. Semua butuh waktu untuk bisa beradaptasi dan menyembuhkan luka trauma di masa lalu.
"Seperti kataku tadi, kekuatanmu adalah mengenali dan mengendalikan perasaan orang lain. Kau bisa mengetahui jawabannya sendiri. Tapi jika tidak sesuai dengan kemauanmu, kendalikan saja perasaannya agar sesuai dengan keinginanmu." Soonyoung melebarkan sayapnya. Mengepakkannya hingga kering. Menciptakan angin besar yang meniup jatuh beberapa helai daun yang masih menempel di pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...