Si Kucing

232 51 17
                                    

Wen Jun Hui,Panggilan Jun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wen Jun Hui,
Panggilan Jun.

Gerbang ketujuh penentu pertama.
Posisi pembuka gerbang utama.
Pemeluk kekuatan angin terakhir dari sang penerus.

Hidupnya dipenuhi teka-teki. Berasal dari negara seberang, yaitu China. Dirinya terpisah dari orang tua dan tersesat sendiri hingga diculik. Dia di bawa ke Korea dan dijadikan anak buah untuk mencuri. Namun, suatu hari dia berhasil melarikan diri dan kabur. Lalu, luntang-lantung tanpa tujuan di mana-mana dengan bahasa Korea yang tidak lancar. Tidak banyak yang dia harapkan, hingga berserah diri jadi vampire tanpa pikir panjang begitu saja.

Karena sulit ditebak, dirinya bisa mengubah diri menjadi hewan apa pun yang identik dengan pola pikirnya. Tapi, dia hanya memikirkan seekor kucing, sehingga dirinya terbiasa menjadi kucing setiap saat.

Aku,
Bingung dengan cara berpikir dan hidupnya.

🍃💦❄🔥

"Aku tidak bilang suka padamu. Aku hanya bilang kau memiliki pesona yang tidak bisa kita tolak. Tolong dibedakan. Setidaknya itu tidak membuatmu pusing, kan?"

"Ya! Kau hanya memutar-mutar kalimatmu saja." Ucapku sedikit berteriak.

"Tapi reaksimu berbeda." Minghao mengucapkannya dengan santai. "Orang-orang pada mengungkapnya rasa sukanya secara terang-terangan, tapi kau justru canggung dan mau menghindari mereka. Tapi, saat aku hanya bilang tertarik tanpa mengatakan ada kata suka, kau tampak biasa saja. Bukankah itu lebih baik?"

Aku diam. Dia ada benarnya. Tapi aku merasa kasihan jika Minghao terpaksa memendam rasanya. Namun, di sisi lain aku juga tidak mau mendengar pengakuan suka yang kesekian kalinya. Aku jadi gundah sendiri.

Pada akhirnya, aku pun memutuskan untuk bertanya, "Tapi, apa kau menyukaiku?"

Karena.. sepertinya aku mulai penasaran, apa semua orang yang ada di rumah ini benar-benar menyukaiku?

"Aku tidak akan menjawabnya."

Pipiku mengembung dan dia memperhatikannya dengan seksama. Lalu, Minghao menghela napas. "Dasar perempuan! Dijawab salah, tidak dijawab juga salah."

Matanya teralih dariku. Dia mendiamiku dan kupikir dia marah atau ngambek denganku sampai dia mengambil tongkatnya untuk berdiri. Aku berniat membantunya, tapi tiba-tiba ada seseorang yang datang dan dengan seenaknya terbaring di pahaku. Tubuhku terperanjat melihat pria kurang ajar itu.

"Aku tidak akan marah hanya karena hal sepele itu." Di saat kakinya sendiri susah untuk berdiri, Minghao masih bisa mengusap puncak kepalaku dengan tongkat sudah menopang kedua lengannya. "Nanti kau sendiri akan tau perasaanku tanpa aku mengatakannya."

Setelah berkata demikian, Minghao pergi ke salah satu kamar yang kutebak adalah kamarnya. Dia meninggalkanku dengan seorang pria yang namanya tidak kuingat, tapi dia sama sekali tidak mau bangun dari kakiku. Meski begitu, aku tidak berniat mendorongnya. Walaupun ini sudah termasuk perbuatan tidak sopan.

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang