Joshua berseru. "Maksudmu.."
Dia tidak jadi melanjutkan ucapannya. "Apa aku boleh mengatakannya?" tanya Joshua pada diri sendiri.
Setelah itu dia berkata lagi padaku, "Bagaimana kau tau tentang ini?"
Berbeda dari raut biasanya, mimik Joshua kali ini tidak menampilkan senyum sama sekali. Dia terlihat sangat serius setelah nama Tuan Chang disebut. Kecurigaanku semakin kuat.
"Dari mimpi yang sepertinya dibuat hyung-mu."
Alisnya naik sebelah. Ekspresinya lebih bingung lagi. "Aku tidak punya hyung. Justru aku salah satu hyung mereka. Tapi aku tau siapa yang kau maksud."
"Jadi, jadi, jadi.." ucapku dengan rasa penasaran.
Bukannya memberi jawaban, Joshua hanya bergumam. Dia terlihat masih ragu untuk mengatakannya padaku. Jadi untuk lebih meyakinkan dirinya, aku pun lanjut berkata, "Tuan Chang juga orang yang memintaku datang ke sini."
"Ya, kami tau," katanya tanpa berekspresi.
"Berarti Tuan Chang memang sengaja membawaku masuk ke sini? Untuk apa? Kenapa? Apa karena dendam ketua kalian sampai dia mengutus orang-orang untuk membunuh kalian agar dia aman?"
Joshua terkekeh. "Kau salah bertanya padaku. Aku tidak mengenal orang itu. Tapi aku memang tau tentang Tuan Chang ini."
Aku sedikit menurunkan semangat. Jika tidak mengenal, tidak bisa dipaksa. Lagipula Joshua memang menjadi seperti ini karena permintaan dan keinginannya sendiri. Kalau bukan yang mengalami langsung, pasti tidak akan tau banyak hal tentang tuan Chang.
Berarti yang harus kuemui antara pria bersuara berat dengan mata bulat dan pria kecil dengan kulit putih nan imut itu. Mungkin vampire yang membawaku pada mimpi itu juga mengetahui sesuatu karena dia yang terus membawaku ke masa lalu mereka. Lalu ada satu orang lain dalam mimpi pertamaku. Kemungkinan ada empat orang dan mereka lah yang ada di atas semua ini.
"Ada seseorang yang lebih tepat untuk menjelaskannya padamu. Dia sama sepertiku, tidak mengenal Tuan Chang. Tapi karena kepintarannya, dia mengetahui semua itu hanya dengan mendengar setiap penggalan cerita yang ada. Bisa dikatakan, dia adalah otak dari semua ini."
Aku menebak, "Ketua kalian?"
"Bukan. Dia memiliki kekuatan es. Dia juga dekat dengan ketua kami. Temanku setelah jadi vampire dan dalang yang mengatur agar kau pusing dengan teka-teki ini."
Mwoya! Belum melihat vampire itu, rasanya aku sudah marah. Tapi kalau dia sepintar itu, aku tidak bisa melemahkannya hanya dengan emosi.
"Dia bisa kau temui di sini. Setelah kau selesai denganku."
Aku berkedip beberapa kali. "Waktuku denganmu sudah selesai?"
Joshua mengajakku duduk bersama dengan tangannya yang menggenggamku. "Yang memutuskan waktu selesai itu dirimu sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang kau mau. Jika kau sudah merasa selesai, aku bisa menghilang sekarang juga."
"Bagaimana caranya?" Tidak dengan ciuman seperti biasa? Lanjutku dalam hati karena terlalu malu mengungkapnya.
"Sebelum Jeonghan menggantikanku, aku ingin memberitahu satu hal lagi." Kali ini aku menunggu dengan sabar.
"Semua hal yang ada di sini adalah bentuk hasrat dan dendam dari harapan mereka sendiri. Jika ada yang ingin dunia damai, maka bisa saja ada yang tidak menginginkan itu. Saat salah satu dari keinginan itu terkabul, akan ada sekelompok orang yang kecewa karena hal tersebut bertentangan dengannya. Hasrat seseorang, akan berakibat dendam bagi pihak lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...