Hai.. Hai... 🤗
Balik lagi dengan sequel ke-10Setelah kemarin dibuat gemes sekaligus geram sama interaksi Jeonghan dan [Y/N], sekarang kita balik ke yang kalem-kalem dulu ya 😋
Kira-kira, Wonwoo ini bakal gimana ya?
Kemaren kan lagi pikun-pikunnya. Apa sekarang udah sembuh? Atau justru lebih parah? 🤔
Biar gak lama-lama, yuk langsung dibaca aja 😁
Happy Reading ^^💦🦊💦
Meski langit terik, aku tetap santai mendudukkan diri di depan teras rumah. Menikmati semilir angin sambil menemani seorang pria yang kini sedang tidur siang untuk mengembalikan proses ingatannya.
Beralaskan kakiku sebagai bantal, pria itu tampak nyaman dalam tidurnya. Aku pun sangat suka melihat pahatan wajahnya saat tertidur itu.
Perlahan-lahan tanpa niat mengganggu, jari telunjukku menyentuh kulit wajahnya yang putih. Bergerak mengikuti rahang tegasnya. Kemudian, beralih ke hidung mancung sambil sesekali memerhatikan mata yang tetap tajam meski sedang terpejam. Hingga akhirnya, jariku pun mendarat pada bibir yang cukup tebal itu.
Aku mengusapnya dengan lembut dan Wonwoo belum juga terbangun. Namun, itu yang kupikirkan sampai tiba-tiba bibirnya bergerak maju dan mengeluarkan suara kecupan yang disengaja.
Jantungku mendadak lompat dan tubuhku terlonjak. "Aish! Kau mengejutkanku," omelku demi menghilangkan kegugupan.
Wonwoo membuka matanya perlahan dan mengerjapkan mata beberapa kali sampai bisa digunakan untuk melihatku. "Kau juga meraba wajahku diam-diam seperti orang mesum."
Pipiku mengembung dengan suhu wajah yang terasa panas. Semoga semu merahnya tidak terlalu terlihat, batinku berharap.
Aku menghindari kontak mata dengan Wonwoo. Meski itu membuatku makin terlihat salah tingkah, tetapi daripada ketahuan kikuk. Lebih baik tidak usah dibalas sama sekali.
Aku sibuk dengan pikiran sendiri sambil melihat ke arah pepohonan yang ada di hutan. Hingga aku tidak menyadari tangan Wonwoo yang terangkat menuju wajahku. Kemudian, menusukkan jari telunjuknya untuk mengempiskan pipiku yang mengembang.
Dia tertawa ringan dan melakukan hal yang sama pada pipi satu lagi. Aku jadi tidak tahan untuk ikut tertawa dan ingin menarik kedua pipinya. Jika seperti ini, dia mirip anak kecil.
"Jika kau terus menarik pipiku, aku bisa lebih cepat keriput," ucap Wonwoo dengan intonasi suara yang tidak menunjukkan emosi. Matanya pun tetap datar dan tajam seperti sedang marah. Padahal saat aku melepaskan pipinya, bibir pria itu sedang tersenyum.
"Takut keriput juga?" Aku tertawa mengejek.
Namun, tidak terlalu lama karena Wonwoo menyentuh bagian belakang kepalaku, lalu mengangkat kepalanya sendiri untuk mengecup bibirku. Aku mendadak diam. Tubuhku membeku dengan wajah yang sama kakunya seperti ekspresi Wonwoo.
"Meski aku agak pikun, tapi aku ingat dengan umurku sendiri. Walaupun rupa dan kulitnya masih anak muda, tapi aku tidak tahu dengan sel yang ada di dalam tubuhku. Kalau selku sudah menua, elastisitas kulitku tidak akan sebaik dulu."
Dia sudah mengatakannya panjang lebar, tetapi aku tidak mendengarkan satu kata pun. Otakku mendadak kosong karena kecupan singkatnya. Dalam kepalaku sekarang hanya terbayang rasa bibir Wonwoo. Ada keinginan untuk dapat lagi.
Arg! Apa-apaan isi kepalaku ini? Aku terlalu lama bergaul dengan Jun. Aku berteriak dalam hati atas imajinasi otakku yang meresahkan.
Karena aku sudah mendiamkannya beberapa detik, Wonwoo tiba-tiba bangun dari kakiku. Kemudian, menarik pipi kiriku kuat-kuat. "Kebiasaan, ya. Habis dicium justru langsung membeku. Aku ini pernah punya kekuatan air dan dipinjami kekuatan api. Tapi, kenapa kau bisa membeku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...