Lee Jihoon,
Panggilan Jihoon.Gerbang ketiga dari para pelindung.
Posisi pengadang para penyusup.
Sang penerus kekuatan es.Pribadi yang tidak berperasaan bukan pilihannya. Jalan hidup berat lah yang membentuk kepribadian buruk itu. Orang tuanya meninggal dan dia tinggal dipanti asuhan. Setelah diadopsi oleh seorang wanita, dia dijadikan boneka pengganti anak perempuan wanita itu yang hilang. Dia pun kabur. Namun, penderitaannya tidak berhenti sampai di sana karena dia kembali terperangkap dalam dunia vampire, setelah dibohongi oleh seseorang yang mengaku akan membantunya kabur.
Kini dirinya hidup dengan kebencian. Benci pada perempuan layaknya sang ibu angkat dan para vampire. Dendam yang ada di hatinya, membuat dia memiliki kekuatan hebat. Tidak hanya bisa merasakan perasaan orang lain, tetapi juga mengendalikan dan menghancurkan orang itu dengan rasa sakit hati yang mengacu pada depresi.
Mungkin dia adalah vampire yang paling dihindari karena sosok yang tidak kenal ampun dan belas kasih. Namun, saat akan mengendalikan hati orang lain, dia juga akan merasakan sakit yang sama dengan orang tersebut. Semakin sakit orang itu, sama saja dia menyakiti dirinya sendiri. Karena itu, dia bertekad hanya akan sekali menghancurkan perasaan orang lain, yaitu pada orang yang telah membuatnya seperti sekarang ini. Hidup tanpa bisa meninggalkan perasaan sakit tiada akhir.
🍃💦❄🔥
"Kapan mau pulang?" tanyaku pada Soonyoung masih asik bermain air. Meski tidak susah dibujuk, tingkahnya masih mirip anak kecil. Bahkan sekarang dia memintaku untuk membantunya memakaikan perban sekaligus baju. Tidak lupa dengan nada yang manja.
"Sudah tau tidak berdaya, masih bisa-bisanya kabur dan mau bermain di sini," omelku.
"Sorry, darling," godanya.
Tidak mau terbuai rayuan, aku menepuk lengan lebamnya sebelum kuperban. Dia berteriak kencang dan mengoceh kesakitan. "Aku tidak akan sembuh jika disiksa terus olehmu."
"Kau tidak akan sembuh jika terus kabur," balasku yang langsung membuat bibirnya manyun tanpa bisa melawan. Memang kenyataannya dia yang salah.
"Padahal bukan hanya aku yang sakit, tapi kenapa kalian sangat protektif padaku?" Dia mulai membuat intonasi ketidakadilan.
"Karena kau yang bandel," balasku lagi. Aku mulai memutarkan perban di area tubuhnya. Jarak kami jadi lebih dekat dan aku terpaksa menyentuh dada bidangnya. Jantungku berdetak tidak karuan. Tolong! Otak dan mataku tidak bisa menolerir ototnya yang keras dan padat ini.
Aku sampai menahan napas untuk menyelesaikan lilitan. Ini cocok untuk latihan ketahanan jantung.
"Berapa nilainya?" Otakku mendadak berhenti saat diberi pertanyaan. Error karena ototnya.
"Nilai untuk ototku."
Aku mengangkat satu tangan dan melototkan mata. "Pukul nih!"
Dia coba menutupi wajahnya, meski sia-sia. Tau takut, masih berani menggodaku. Aku kan juga tidak berani bilang nilai tubuhnya hampir sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...