Setelah hidup penuh kesedihan, menendang masa depan seorang pimpinan tertinggi, maka sebentar lagi dia akan membiarkanku mati begitu saja di tangan para vampire.
"Kau harus membayar tendanganmu itu dengan pengabdianmu."
Aku hanya bisa menunduk saja selama tuan Chang Gyu Ron sadar dari pingsannya. Ini belum juga termasuk penerimaan tetap, aku justru sudah membuat masalah besar.
"Jadi, alasanmu mau menerima tantangan ini apa? Karena, rata-rata dari perempuan yang ku tau, mereka tidak akan menerima perjanjian bodoh ini." Kata tuan Chang.
"Aku ingin bisa melunasi hutang keluarga." Jujurku.
"Bukankah jika kau gagal dalam perjalanan ini, semua akan sia-sia?"
"Jika semua sia-sia, maka aku tidak akan perlu membayar hutangku karena aku sudah tidak ada lagi di dunia." Jawabku lagi. Lebih terang-terangan.
Bahkan tuan Chang tertawa mendengarnya. "Aku suka jawabanmu itu. Jadi kau sungguh siap dengan semua resikonya?"
"Sesuai jawabanku tadi."
Tuan Chang menyalakan proyektornya. Menunjukkan gambar-gambar pada layar slide proyektor. "Mulai sekarang, kau sudah menjadi anak buahku. Tidak ada latihan untuk seorang perempuan, yang hanya perlu kau perhatian adalah ini."
"Hajiman.."
"Perhatikan saja."
Aku tidak lagi membantah dan hanya memperhatikan layar proyektor yang menampilkan gambar dua manusia yang terlihat sama.
"Yang kanan adalah manusia dan sebelahnya vampire. Dari segi fisik mereka memang sama. Tapi ada yang membuat para vampire terlihat berbeda. Pertama, vampire akan terlihat lebih menawan dan tampan walau kau menghancurkan wajahnya sekalipun. Berhati-hatilah, rata-rata orang Korea tampan bukan? Jangan-jangan salah satu temanmu ada yang menjadi vampire. Kedua, vampire memiliki taring panjang dan bola mata merah yang sulit mereka sembunyikan. Jika bisa pun, mereka hanya bisa menyembunyikannya dalam waktu 5 jam. Ketiga, mereka memiliki kekuatan dan juga daya tahan tubuh yang luar biasa. Mereka tidak akan mudah untuk disakiti."
"Chakkaman! Kali ini biarkan aku memotong." Tuan Chang menghentikan tangannya dan menatapku dengan tatapan yang tidak keberatan.
"Bagaimana kau mengetahui semua perbedaan ini? Tidak semua orang mengetahui perbedaan antara vampire dengan manusia sedetail dirimu. Apa jangan-jangan.."
"Sudah ku duga kau lebih pintar dari pelamar pria. Kau berpikir aku vampire?" Dia mendekatkan wajahku. Memperlihatkan wajah tampannya itu padaku dengan jarak yang begitu dekat. Memang wajahnya tampan, tapi aku tidak suka sejak kesan pertama karenanya.
"Lihat mataku. Mataku ini hitam bukan? Tentu saja aku bukan vampire. Lalu gigi taringku juga berukuran sama dengan manusia pada umumnya. Mungkin karena aku terlalu tampan, jadi kau mengira seperti itu ya." Ucapnya penuh kebanggaan. Jika dia bukan bosku, mungkin aku lebih memilih untuk pergi mencari pekerjaan berbahaya lain. Sayang, hanya di sini yang mau memberikan gaji tanpa batas maksimal.
"Baiklah. Aku percaya." Jawabku. Sebenarnya pura-pura menerima dengan senang hati.
"Kembali aku lanjutkan."
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Bagaimana kau tau mengenai ini semua?" Ulangku.
Bukannya menjawab pertanyaanku, dia justru memberikan buku tua yang berbau tidak sedap. Aku sampai menutup hidungku untuk melihat buku dengan warna keemasan yang begitu menyilaukan itu. Berbeda dari baunya, ukiran di buku itu sungguh indah seperti dibuat khusus untuk seseorang. Buku dengan nama 생명 (Saengmyeong).
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...