Siapa yang udah gak sabar sama sequel selanjutnya? 🤭
Maaf ya kalau udah ada yang nungguin. Aku baru sempat revisi sekarang 🤧
Biar gak lama-lama, yuk kita lihat gimana rasanya pacaran sama Seungkwan?
Happy Reading ^^
❄🐻❄
Saat pria dan wanita jalan berdua di sebuah pusat pembelanjaan, maka kemungkinan terbesar si wanita akan dominan ingin berkeliling dan si pria yang mengomel karena lelah. Namun, itu tidak berpengaruh jika pergi dengan Seungkwan.
Dia akan mengajakku berkeliling satu hari penuh dalam supermarket besar. Mencari dan menjelajahi seluruh isi rak untuk menemukan diskon tersembunyi. Menyamakan harga produk dari satu toko ke toko lain hingga mendapatkan harga yang termurah. Tidak akan ada namanya berhenti jalan sebelum kaki putus jika pergi dengan Seungkwan.
Dan kenyamanan terindah saat berbelanja dengannya adalah menemukan sudut kosong yang bisa diduduki. Ketika aku melihat spot itu, kakiku segera berlari dan menjatuhkan diri di sana. Bahkan aku juga meluruskan kaki hingga menutup satu jalan. Mumpung belum ada yang lewat.
Padahal aku sudah setengah sekarat begini, tetapi Seungkwan masih asyik membandingkan produk makanan kaleng di salah satu rak. Otot para mantan vampire ini sebenarnya terbuat dari apa sih? Kenapa semuanya kuat-kuat meski sudah tua?
Karena supermarket masih agak sepi, aku menegurnya dengan suara setengah berteriak. "Berapa banyak lagi kita harus berkeliling? Aku sudah lelah."
"Tidak banyak lagi. Hanya perlu mencari beberapa pesanan orang rumah lagi," balas Seungkwan dengan wajah yang serius saat berpindah ke rak sebelah.
Aku akui, sebagai pria, Seungkwan cukup sabar karena mau bergeser sedikit demi sedikit untuk membaca setiap kandungan yang ada di dalam produk tersebut. Karena itu, dia yang paling sering mendapat tugas untuk berbelanja. Namun, alasan lainnya bukan karena kaki Seungkwan yang paling kuat, tetapi lebih ke arah dia yang paling jago menawar dan mengetahui diskon dari para pejalan kaki. Belum lagi, dia sangat hafal bahan makanan untuk menu-menu kesukaan seisi rumah.
Jika hubungan kami berjalan lancar sampai menikah, sepertinya dia yang lebih cocok jadi ibu rumah tangga. Khayalanku. Namun, segera berhenti saat Seungkwan memanggilku dengan suara lantangnya.
"Kau masih lelah tidak? Kalau masih, aku berkeliling sendiri, ya. Jika sudah selesai, akan kususul," teriaknya. Padahal hanya berjarak beberapa kaki saja.
Meski malu, tetapi nyatanya aku tetap membalas dengan teriakan yang tidak kalah kencang. "Andwae! Aku ikut!!"
Jika tidak diikuti, dia pasti tidak akan pulang sampai sore, batinku. Namun, saat aku memaksa untuk berdiri, justru ada tarikan yang membuat kedua lutut ini terasa kaku dan padat. Aku jadi sulit untuk meluruskannya.
"Aigoo! Dasar halmoni! Umur belum ratusan tahun, sudah permasalahan sendi," oceh Seungkwan yang datang menghampiriku.
Aku mendesis kesal. "Jangan mengejek orang lain jika sendirinya sudah harabeoji," omelku balik.
"Setidaknya aku masih kuat seperti usia tubuhku ini." Seungkwan menjulurkan lidahnya dan bergegas mendorong troli sebelum aku mengejar.
Padahal aku tidak berniat mengejar dengan kaki pegal ini. Tetapi, bibirku tetap mengoceh kencang seakan sedang mengejarnya. "Yang tua di sana, jangan lari! Nanti jatuh, terus nyeri tulang lagi."
Pemilik atau pegawai supermarket ini mungkin sudah tidak asing lagi dengan keributan yang kami buat. Ya... Kami memang pasangan tidak tahu malu yang suka berteriak. Meski kami sering merasa tidak enak hati pada pembeli lain, tetapi kami tetap saja tidak berhenti melakukan tindakan memalukan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...