Lee Seokmin,
Panggilan Seokmin.
Gerbang keempat penuntun sungai.
Posisi penjaga pembantu.
Pemeluk kekuatan es kepercayaan sang penerus.Berlatar belakang di keluarga keras dan penuh tekanan membuatnya depresi akut. Paksaan sang ayah menjadikannya mengalami gangguan panik yang berat dan selalu melihat lingkungan seakan terus memaksanya. Perasaan ingin dipahami pun, membuatnya bisa mengerti dan merasakan perasaan orang lain.
Tetapi, kekuatan itu tidak sedikit pun menolong kelemahannya. Karena ketika dia bisa mengerti perasaan seseorang, rasa tidak enak hati muncul. Dia semakin tidak bisa menolak permintaan orang lain dan membuatnya terperangkap pada depresi.
🍃💦❄🔥
Setelah Seungkwan sibuk dengan kegiatannya sendiri, aku segera kabur ke laboratorium Seokmin. Karena sebentar lagi mau sore, kemungkinan Chan juga akan segera pulang. Saat ini, aku harus menghindari Seungkwan, Vernon, dan paling utama Chan. Pokoknya, aku tidak mau bertemu dengan mereka bertiga dulu. Aku sangat tidak nyaman dengan keadaan ini!
Tanpa sadar, aku mengerang kesal setelah menutup pintu laboratorium itu. Seokmin yang tadi membaringkan wajahnya di meja, segera meluruskan punggung melihatku.
"Mian, apa aku membangunkanmu?" ucapku.
"Gwaenchana," jawabnya sambil menggosok kedua mata dan menguap besar. "Kenapa kau terdengar sekesal itu?"
"Ketiga adikmu itu. Mereka bertingkah aneh." Aku masih mengoceh panjang, meski Seokmin sibuk mengambil minum di teko. Dengan sedikit penasaran, aku melirik air yang mengalir di dalamnya.
Seokmin menyadari gerak-gerikku. Dia pun memperlihatkan isi gelasnya dan tertawa. "Ini air putih. Aku sudah tidak bisa minum darah."
"Berarti kalian sudah seharusnya manusia utuh, kan?" Aku gembira dengan kabar itu.
"Tapi aku masih tidak yakin." Alisku saling bertaut. Mereka bisa makan makanan manusia, minum air putih, berkeliaran di tengah hari terik, dan wujud mereka juga normal. Lalu, apa lagi yang diragukan?
Seokmin memintaku mengikutinya sedikit lebih dalam. Di balik lemarinya yang penuh dengan spesimen tanaman sebagai kelinci percobaannya, ada sebuah kasur dan jendela dengan pencahayaan cukup bagus di sana. Namun, aku salah fokus. Untuk apa ranjang ada di laboratorium? Tapi untuk menghindari salah persepsi, aku menganggap ranjang itu hanya untuk tempatnya beristirahat jika perlu.
"Kau lihat apa?" teguk Seokmin. Aku segera menyadarkan diri dan menggelengkan kepala sebelum ikut berjongkok di depan sebuah pot dengan mawar merah yang tumbuh sehat dan indah di sana.
"Bunga ini sudah 3 hari kuletakkan di sini dan tidak kusiram. Secara logika, bukankah harusnya dia sudah layu dan kering?" Aku mengangguk-angguk setuju karena tanaman butuh perawatan khusus untuk menjaganya. Itu kata nenekku dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...