"Tunggu di sini dan jangan ke mana-mana!"
Setelah menurunkanku dengan aman di kastilnya, Soonyoung kembali pergi dengan tergesa-gesa. Meninggalkan sisa angin dari kibasan sayapnya mendorongku ke belakang cukup kuat. Mataku terpejam sesaat karena angin yang membuatku kelilipan. Saat membuka mata, aku tidak lagi melihat bayangannya di depanku.
Apa yang terjadi? Apa suasananya cukup serius kali ini?
Kakiku bergetar hanya untuk membayangkannya, tapi aku masih menguatkan diri untuk maju ke arah jendela terbuka itu. Namun langkahku tertahan saat ada seseorang bersayap besar keluar dari lubang tersebut.
Aku tidak mengenalnya. Dia bukan Soonyoung yang baru saja pergi. Bukan juga Wonwoo yang tidak pernah keluar kastilnya. Apalagi para setengah vampire yang hilang menjadi permata ini. Siapa dia?
"Dasar anak buah Chang. Kedatanganmu selalu saja mendatangkan masalah."
Baru saja bertemu, dia langsung menyerangku dengan suara dingin yang renyah itu. Tidak sinis, tapi menusuk hati. Meski sudah kebal, tetap saja ada rasa takut di benakku.
Dia melipat kedua tangannya di dada. Otot besar terlihat tampak kekar dari baju lengan panjang yang dikenakannya. Tidak berselang lama, salju ringan berkeliatan di kastil ini. Lebih tepatnya, berputar di sekitarnya dan menghilangkan sayap yang menempel pada punggungnya.
"Mari kita bicara dengan wujud yang sama-sama normal."
Dia menurunkan tangannya dan menyingkirkan diri dari balik jendela itu agar tubuhnya tidak menghalangi cahaya yang masuk. Menyandarkan tubuhnya pada tembok dengan nyaman tanpa gangguan sayap.
"Kita pernah bertemu sebelumnya, tapi kau tidak melihatku," katanya.
"Ya, aku ingat."
Kepalanya dimiringkan dan tatapan yang datar itu sedikit berubah menunjukkan ketertarikan. "Kau yang biasanya tidak mengingat dengan baik, bisa mengingatku yang tidak pernah kau lihat sebelumnya? Aku tau, kau sedang tidak berbohong kali ini."
Seketika bibirku tergagap. "Aa.. Kau.. yang pembuat badai salju itu, kan?"
Dia terkekeh dengan seringaian. "Biar kuberi satu petunjuk."
Aku meneguk liur. Tubuhku bersiaga atas ucapan yang terdengar sebagai peringatan itu. Aku berdiri tegak sambil meremas ujung baju pada bagian belakang. Menunggu dengan gugup, padahal vampire di depanku tidak menunjukkan gerak-gerik akan bergerak sampai..
"Arg!"
Dadaku terasa tercabik-cabik. Aku coba meremas dan mencengkeramnya kuat untuk meminimalisir rasa sakit tersebut, tapi semakin kuatku coba, semakin sakit dan sesak hingga aku sulit bernapas.
"Halmoni.." rintihku yang tanpa sadar memanggil orang yang paling kusayangi.
"Sepenting itu nenekmu sampai kau memanggilnya terus," komentarnya.
Aku tidak membalas apa-apa. Hanya sibuk mengelusi dada sesak itu. Rasa sesak ini mirip perasaan terhianati. Tentu aku pernah merasa dihianati. Kedua orang tuaku sendiri yang melakukannya, tapi rasa sakit buatan ini lebih menyakitkan.
Sekali lagi bibirku mengeluarkan rintihan. Air mataku mulai tergenang. Keringat pun memenuhi keningku. Aku memohon padanya untuk menghentikan sesak ini. Dia tidak pernah bilang sakit ini dari tindakannya, tapi tidak mungkin perasaan sesak ini muncul tiba-tiba tanpa sebab.
"Sudah ingat?" tanyanya dan bertepatan dengan sakit yang hilang.
Kakiku kehilangan tenaga. Aku menjatuhkan diri. Wajah lesu ini mendongak untuk melihat ke arahnya yang ternyata sudah berada dekat di depanku. Dia menatapku tanpa belas kasihan.
"Apa penghianatan orang tuamu tidak sesakit penghianatan yang kurasakan karena majikanmu?" tanyanya dingin.
Dia membungkuk dan menyentuh daguku. Kekuatan esnya, sungguh mencerminkan kepribadian dinginnya. Aku menggigil hanya dengan membalas tatapan itu.
"Seburuk itukah rasa sakitku? Cih!" Dia terkekeh kesal. Melepaskan daguku tapi tidak dengan membantingnya.
Aku memejamkan mata dan menanggalkan air mata yang masih tergenang di kelopak mata. Kubiarkan dia mengalir mengikuti lekuk pipiku hingga mengering terkena udara dingin ini. Melegakan sesak yang diklaim rasa sakit atas penghianatan vampire itu.
"Sudah berapa lama kau menaruh kebencian pada tuan Chang?" tanyaku dengan takut sampai tidak bisa menatap matanya.
Aku masih terus menunduk. Aku pikir bisa menghindari segala ekspresi menakutkannya, tapi dia tiba-tiba bercongkok dan memamerkan raut yang kuhindari. Raut datar dengan mata yang menggambarkan kebencian.
"Waktu tidak bisa mengukur sebenci apa kami padanya." Tekanan di setiap katanya membuat liurku tertelan dengan berat.
"Jihoon-ah!"
Sang pemilik nama menegok dan melepaskanku dari pengawasannya. Dia berdiri dan memasukkan tangannya ke saku dengan santai. Seakan tidak ingat keberadaanku yang masih di bawah, dia membentangkan sayap yang entah datang dari mana itu seenaknya. Wajahku jadi berbenturan dengan sayap tersebut. Meski tidak sakit, tetap saja mengejutkan.
"Apa yang tadi terjadi?" Suara Soonyoung terdengar panik.
"Hanya seorang vampire yang mencari kekasihnya." Jawaban santai itu menghilangkan mimik panik di wajah Soonyoung.
"Dia menemukan vampire? Kau tidak bilang punya kekasih?"
Alisku bertautan. Pertanyaan itu untukku? Aku bingung sendiri.
"Aku akan berkeliling lagi." Vampire itu berniat kabur. "Bawa dia ke kastilku sebelum pagi datang," perintahnya sambil memanjat ke jendela.
Soonyoung berteriak, "Ya! Jangan bersikap sok keren. Itu tidak cocok dengan bentuk tubuhmu! Ya!!"
Dia masih terus berteriak meskipun orangnya sudah pergi. Teriakannya sangat kencang sampai aku harus menutup kedua telinga. Tubuhku jadi makin lemas mendengarnya.
"Harusnya kau bilang jika sudah punya kekasih. Aku tidak mau mencium wanita orang lain," katanya yang terdengar bagai bualan untukku. "Apa yang dia lakukan selama aku mencarinya?"
Aku hanya menggeleng pelan dan berkata, "Aku masih single."
"Tidurlah dulu." Soonyoung membaringkan tubuhku. Menggunakan lengannya sebagai alas tidur. "Dia pasti menunjukkan perasaan tidak sukanya lagi sampai kau selelah ini."
Aku cukup menganggukkan kepala walau aku tidak terlalu jelas mendengar ucapannya.
"Nanti habis bangun, kau harus kasih tau arti single tadi padaku."
Bibirku refleks mendesis. Bisa-bisanya dia masih mengajukan pertanyaan yang aneh-aneh.
🍃💦❄🔥
Ini terlalu malam untuk update, tapi aku merasa masih berhutang jika belum update chapter terbaru.
Walau udah lewat hari minggu, semoga kalian masih mau membacanya ya ❤
Sampai ketemu minggu depan 🥰
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...