Yang udah siap sequel kedua, angkat tangan ✋🏻
Mungkin yang kali ini gak terlalu banyak adegan manis atau gemesin kayak Chan sebelumnya, ya.. 😄
Tapi semoga tetep suka 😁Yuk, langsung dibaca aja
Happy Reading ^^💦🐢💦
Bagai seekor kucing kecil penurut, aku hanya mengikuti Vernon yang sibuk mengurus kedua turis ini berkeliling tempat-tempat terbaik untuk para wisatawan. Bersuara jika ditanya, diam jika diabaikan.
Aku tidak menyalahkan mereka yang mendiamkanku. Karena aku sadar, jika ini kesalahanku sendiri yang tidak belajar bahasa Inggris dengan baik saat masih sekolah. Jadi ... bisa dikatakan, sekarang aku sedang menjalani karma dengan memacari vampire blasteran yang jadi pemandu turis. Belum lagi dua turis yang saat ini kami temani sangat cantik.
Kenapa hukumanku karena malas belajar, bisa dua kali lipat menyiksa begini?! Bagaimana kalau kekasihku sendiri direbut? keluhku dalam hati.
Meski kami belum lama resmi, tetapi tidak salah jika aku cemburu, bukan? Kalau setiap hari melihat kekasih sendiri dikelilingi bule cantik yang seksi, aku mana bisa menahan diri? Jika aku cantik, mungkin tidak akan ada yang berani merebutnya. Namun, dengan penampilanku seperti upik abu ini, bagaimana mungkin ada yang percaya aku kekasihnya?
Aku hanya bisa menggerutu dalam diam sambil menundukkan kepala dan menendang batu yang jadi pelampiasan emosiku. Kakiku sibuk menggiring batu itu dan tidak peduli, sudah seberapa jauh pembicaraan mereka? Aku lebih peduli pada kesehatan telingaku yang sepertinya mulai mengalami gangguan karena kecepatan bicara dua turis itu.
Untungnya, telingaku masih bisa mendengar Vernon yang memanggilku. Dengan nada suara yang tidak sengaja dibuat galak, aku membalas, "Wae?"
Turis asing itu terlihat tidak menggubris ucapanku karena keterbatasan bahasa. Namun, tentunya berbeda dengan Vernon yang mengerti. Sayang, aku tidak bisa mengharapkan orang itu untuk peka.
"Mau makan di tempat biasa atau kau punya tempat lain?" tanya Vernon.
Dari nada bicara dan caranya mendekatiku, aku bisa sadar jika dia tidak tahu mood-ku sedang buruk. Menyebalkan!
Vernon meninggalkan kedua turis yang sedang menikmati dan mengabadikan pemandangan kota Seoul dalam sebuah foto. Beginilah dia.... Ketika klien-nya sudah asik sendiri, di saat itulah pria itu baru mengingat dan mau menghampiriku.
"Ekspresimu sangat menyeramkan. Sudah lapar, ya?"
Ne!! Karena terlalu lapar sampai rasanya mau makan orang yang tidak pernah peka. Mataku makin sinis meliriknya.
"Baiklah. Kita makan sekarang. Jangan menyeramkan begitu!" Vernon mengusapi puncak kepalaku sambil memamerkan tersenyum memesonanya.
Kan! Kan!! Walau tidak peka, dia jago sekali membuatku salah tingkah. Bibirku dimanyunkan karena sebal pada diri sendiri yang labil.
Selesai membuat suasana hatiku jadi tidak jelas, Vernon kembali pada dua turis itu untuk mengajak mereka makan siang bersama. Dia memberi tahu nama tempat, sekalian menunjuk cafe langganan kami.
Jika kedua wanita itu tidak menyewa kami hingga sore, aku tidak mau makan dengan mereka, gerutuku tanpa niat untuk mengikuti mereka yang mulai berjalan.
Untung Vernon masih mengingatku. Pria itu kembali menghampiriku dan menggandeng tanganku. Meskipun tidak mengatakan apa-apa, setidaknya dia tidak melupakan pacarnya sendiri
Tapi, ada dibujukkan atau basa-basi gitu! Aku tetap jengkel sepanjang perjalanan. Belum lagi dia terlihat menarikku agar ikut dalam pembahasan asing mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...