"Halmoni, appa dan eomma ke mana?"
"Mereka pergi dan tidak akan kembali." Jawab halmoni. Tentu aku bingung kenapa jawabannya seperti itu. Aku kan anak mereka.
Itu yang aku tau dulu.
"Mereka tidak rindu aku?"
"Ani. Jadi kamu jangan merindukan mereka juga. Yang sayang dan rindu kau setiap saat hanya halmoni. Kau mau kan sayang halmoni?"
Aku tersenyum. "Halmoni yang terbaik. Tapi bagaimana kalau di sekolah aku ditanya mengenai orang tua? Aku tidak tau bagaimana mereka."
Halmoni terlihat berpikir. Lalu wajahnya berubah cepat menjadi senyum yang cantik untuk usianya. "Kau hanya perlu bilang jika orang tuamu sudah tidak ada lagi dan kamu hidup dengan halmoni."
"Halmoni.. memang eomma dan appa sedang ada di mana?" Tanyaku sekali lagi. Aku begitu penasaran dengannya. Orang yang seharusnya ada menjagaku saat aku masih membutuhkan masa pengarahan.
"Mereka ada di tempat yang tidak akan bisa menemuimu."
"Kok begitu? Jadi aku tidak bisa menyusul mereka?" Aku sedih mendengar itu.
"Sayangnya, kau tidak boleh menemui mereka. Kau harus jagain halmoni. Kau mau kan?" Halmoni mencium pipiku. Alhasil aku tertawa karenanya.
"Pastinya. Aku akan menajaga halmoni sampai aku meninggal."
- 👑 -
Setelah beberapa malam yang panjang, akhirnya aku bisa tidur tenang tanpa merasa berkunang-kunang di kepalaku.
Untunglah vampire kali ini bukan tipe yang jahil seperti Chan. Jika tidak, mungkin keluar dari hutan ini kepalaku akan menjadi asap karena pusing berlebihan.
Kulihat ponselku yang masih bertahan hidup untuk saat ini. Tanggal 25. Pantas saja aku memimpikan halmoni. 25 adalah tanggal kematiannya. Mau itu 25 Januari sampai 25 Desember pun, aku pasti memimpikan halmoni.
Mungkin ini yang dinamakan rindu tidak berujung. Halmoni yang merawatku dengan baik. Dia memberikan semua informasi yang baik dan buruk dengan caranya. Dan aku sangat memahami semua bahasa halmoni.
Mimpi tadi merupakan memori terbaikku. Saat aku yang masih polos, sangat ingin bertemu orang tua yang tidak pernah menginginkanku. Orang tua lainnya akan berpikir ucapan halmoni terlalu ceplas ceplos. Tapi bagiku, halmoni mengatakan kejujuran yang memang harus kuketahui. Karenanya, sekarang aku tidak perlu merasakan sedih dan kecewa berlebih setelah mengetahui fakta yang ada.
Tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan, aku berniat menemui vampire dari pemilik kastil ini. Aku belum mengetahui namanya. Pertemuan kami juga selalu berakhir singkat. Akankah untuk kali ini aku bisa setidaknya mengenal dia lebih jauh?
Ku pastikan lantai yang kuinjak ini kuat menahan tubuhku. Aku ingat saat dia mengatakan kastil ini terbuat dari air. Takutnya yang kuinjak sekarang adalah air.
Ku pastikan berkali jika lantai ini sungguh-sungguh lantai kok. Tidak seperti air atau benda cair lainnya. Akhirnya aku pun memutuskan berdiri. Aman.
Tidak semua terbuat dari air. Aku mentertawakan diriku sendiri yang terlihat bodoh. Rasa penasaran sungguh membuatku jadi orang aneh. Aku menyentuh semua benda. Tapi tidak ada yang sesuai dengan spekulasiku. Semua benda terasa nyata. Hanya hawanya yang sedikit lembab.
Daripada aku semakin ngawur, aku pun memutuskan untuk keluar. Sama seperti kastil Chan. Saat pagi hari, suasana di sini juga sangat sepi.
Para vampire memang hidup dalam kesunyian, tapi mereka tidak mengganggu manusia. Justru para manusia yang mencari masalah dengan kaum vampire. Sekarang memang aku tidak bisa menentukan siapa yang salah. Yang pasti, aku bisa menyelesaikan perselisihan diantara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...