"Kekuatan hyung mengalir dalam tubuh kami. Bersamaan dengan perasaan sakit hati mereka. Rasa sakit yang begitu luar biasa."
Akankah rasa sakit itu berasal dari seorang penghianat yang dimaksud vampire ini?
Aku seketika mengingat kembali ucapan Seokmin tentang rasa sakit yang tidak bisa dia jelaskan. Bagai rangkaian puzzle. Kalimat tersebut tersambung dengan baik memberi penjelasan yang tepat. Ada kemungkinan yang benar jika rasa sakit itu berasal dari penghianatan tersebut.
Kali ini, aku hanya tinggal menemukan satu jawaban dari pertanyaan yang masih menggantung. Siapa sosok yang telah melakukan penghianatan itu? Seseorang yang tau akan seluk beluk alasan ada dan tujuannya para vampire berada di sini. Seseorang yang sempat mereka percaya, tapi berujung sakit hati. Pria atau wanita?
Otakku terus berpikir dibarengi ekor mata yang bergerak dengan sendirinya mengikuti kucing yang berjalan ke sana kemari itu. Beraksi layaknya kucing sungguhan, aku bisa saja menganggap vampire itu lebih nyaman menjadi kucing daripada vampire.
"Siapa namamu?" tanyaku inisiatif pada kucing jadi-jadian itu.
Selesai melakukan peregangan ala kucing, kepalanya menengok ke arahku dan dia menjawabnya dengan ngeongan. Wajahku mendatar dengan bibir rata. Dia mendatangiku dengan wujud kucingnya sambil menggeliat manja dipangkuanku.
Aku bukan tipe orang yang bisa dan mau memelihara hewan. Aku tidak tau cara merawat mereka, apalagi makhluk setengah hewan ini. Para pecinta hewan mungkin saja tau maksud dari ngeongan tadi, tapi aku tidak. Apalagi dia bukan hewan seutuhnya!
"Mau sampai kapan aku diajak bicara dengan bahasa kucing? Aku tidak mengerti."
Dia tersenyum dengan wajah kucing itu. Meski terlihat menggemaskan, tapi itu tetap menyeramkan jika mengingat dia vampire.
Keempat kakinya melompat dari pangkuanku. Sedikit menjauh dan mengubah wujudnya kembali menjadi manusia bersayap. Karena terlalu terbiasa melihatnya berubah jadi kucing, aku jadi terbiasa dengan angin kencang yang sering mengeringkan mataku ini.
Dia mengerang dan menyebut, "Namaku Jun. Salam kenal."
Begitu kan enak. Nama hanya 3 huruf, tapi jadi panjang karena mengeong-ngeong saja. Rasa geram masih tersisa di benakku.
"Masih ada yang mau dibicarakan? Kalau tidak, aku balik jadi kucing lagi," katanya dengan santai.
"Kau tidak lelah berubah-ubah terus seperti itu?" tanyaku langsung.
"Tidak sama sekali. Lagipula sebelum ada dirimu, aku selalu berwujud jadi hewan. Kalau bertemu Soonyoung saja, aku kembali lagi."
"Soonyoung?"
"Ne. Nanti kau akan bertemu dengannya. Jangan penasaran sekarang. Nanti kau menyesal karena penasaran."
Kenapa? Kenapa?? Kalau diperingatkan begini, aku justru jadi makin penasaran..
"Kasih clue sedikit? Satu deh." pintaku sambil menyengir.
"Aku sebut namanya kan sudah clue. Dari semua vampire yang kau temui, siapa yang pernah menyebutkan namanya? Pasti pakai sebutan lain," katanya dengan nada yang menyombongkan diri.
Aku manyun tanpa mengerti apa-apa. Kalau tidak disebut, bagaimana aku bisa tau?
"Tidak seru. Masa tidak mengerti maksudku mengatakan tidak pernah disebut?"
Wajahku berubah linglung. Bengong dan tampak bodoh. Apa? Kenapa? Maksudnya? Eh tunggu? Mataku membulat dan ekspresiku makin aneh.
Jun menggerakkan kedua alisnya ke atas. Senyumnya tampak jahil. Sedikit genit dan menampilkan kenakalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...