Sequel 5

215 37 31
                                    

Selamat malam 🥳
Ada yang udah nunggu-nunggu chapter Mingyu? 😆

Puppy kita ini berulah loh 🥲
Penasaran?
Yuk kita langsung baca aja 💕

Happy reading ^^

💦🐶💦

"Ya! Mingyu-ya!" Belum apa-apa, aku sudah meneriakinya lagi.

Ada apa dengannya? Hari ini dia benar-benar tidak konsisten. Dia yang bertanya, apa makanan yang ingin kumakan? Setelah kujawab, dia bilang bahan makanannya tidak lengkap. Saat aku menyebut makanan lain, dia justru menentukan pilihannya sendiri. Jika menunya sudah ditentukan, untuk apa bertanya?!

"Dari tadi kau menyebutkan makanan yang bahannya kurang. Nanti yang lain tidak kebagian," balas Mingyu yang tidak mau kalah.

Selalu begini. Setiap kali kami bertukar pendapat, akan selalu ada perdebatan karena pandangan dan selera kami yang berbeda. Kadang kami cocok, terkadang lagi bisa sangat berseberangan. Aku juga tidak tahu, bagaimana kami bisa berakhir pacaran?

Mataku meliriknya dengan sinis. "Kalau begitu tidak usah tanya-tanya lagi. Kau kokinya, terserahmu mau masak apa!" Ketusku sambil membawa keranjang sayur itu keluar.

Daripada makin kesal, lebih baik aku memetik sayuran. Biarkan koki Kim yang memutuskan menunya sendiri, gerutuku sambil mengentak-entakkan kaki menuju kebun yang masih sepi.

Belum ada seorang pun di sini. Bahkan Minghao belum memulai meditasinya. Aku pun harusnya masih berkeliling dengan Seungkwan dan Vernon. Namun, karena Mingyu menyuruhku pulang lebih awal hari ini, jadinya aku sudah di rumah sebelum jam tiga sore.

Pria itu sudah memintanya dari seminggu lalu. Entah untuk apa? Aku pun hanya menurut agar kekasihku itu tidak ngambek. Namun, pada akhirnya, kami tetap saja marah-marahan.

Aku mengembuskan napas berat. Ternyata pacaran itu sulit, ya. Tidak hanya menerima orang lain ada di hidup kita, tetapi juga harus siap mendiskusikan segala urusannya berdua. Merepotkan sekali.

Kalau tau, ujung-ujungnya akan bertengkar begini, lebih baik aku masih bersama Seungkwan dan Vernon. Aku membatin sambil mencabut sawi untuk melampiaskan amarah.

"Kau memetik ini, memangnya sudah tahu, apa yang akan dimasak?" Tiba-tiba sosok Mingyu muncul dan berjongkok di hadapanku.

Kupikir, dia datang untuk membujukku, tetapi ternyata hanya untuk mengambil lobak. Jangankan membujuk, pria itu saja tidak melirikku.

Aku mendesis dalam diam karena tidak mau memulai perdebatan kembali. Namun, saat aku ingin mencabut beberapa sayuran lagi, Mingyu sudah menarik keranjang yang kugunakan. "Tidak usah petik lagi, tadi aku sudah memetiknya sebelum kau pulang."

Karena masih ada kekesalan tersisa, aku membalas ucapan Mingyu dengan nada ketus. "Terus ... apa yang harus kulakukan?!"

"Jangan ribut di sini! Tidak enak didengar orang lain." Mingyu menegurku seakan-akan ada orang lain, selain kami dan teman-temannya di hutan ini.

"Sekalian saja undang Jeonghan, biar perdebatan kita makin ramai." Tantangku balik yang makin sinis pada Mingyu.

Bukannya menenangkanku, Mingyu justru mengomentari mood-ku yang cukup emosional karena lagi datang bulan. "Hari ini kau mirip singa. Ganas."

Tidak mau terus membuat perdebatan, Mingyu berdiri dengan mengangkat keranjang berisi sayuran yang baru kupetik itu. Pria itu berniat membawanya ke dalam rumah, tetapi tidak mengajakku untuk ikut masuk juga. Dia bahkan berkata, "Biar kau tidak terus marah padaku, aku akan membuatkan makanan yang kau minta itu."

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang