"Ahjusshi, kita bertemu lagi." Dia tersenyum.
"Ahjusshi..!" tegurnya.
"Ahjusshi!!!" Tiba-tiba dia marah.
Dan..
"Ahjusshi.. kenapa kau melakukannya padaku?" Dia menangis.
Chang menarik-narik rambutnya. Dia sungguh terganggu dengan suara anak kecil yang terus memanggilnya dengan sebutan 'ahjusshi' itu.
"Kenapa kau terus mengikutiku??!" teriak Chang.
Chang menggeram. Matanya yang terpejam, memperjelas garis-garis yang mengerut. Urat-urat juga tampil memperlihatkan perasaan geramnya. Dia tidak mengerti, kenapa dia tidak bisa melupakan anak yang pernah ditemuinya itu?!
"Ahjusshi.."
"Berhenti memanggilku!!!" teriak Chang sekali lagi.
Fokus Jihoon terpecah belah karena teriakan itu. Dia membuka mata untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Dari matanya, Chang hanya sedang meremas kepala dengan kesal sembari mengerutkan kening.
Sebenarnya apa yang terjadi? Jihoon menengokkan kepalanya pada Wonwoo. Temannya itu sangat fokus dengan cerita yang dia mainkan dalam pikiran Chang. Siapa yang bisa membuat Chang seperti ini? Bahkan tanpa kekuatannya, musuh mereka sudah sefrustrasi itu.
Jihoon menarik napasnya. Dia masih belum bisa melihat gambaran cerita yang dibuat Wonwoo karena Chang masih menolak untuk mengingatnya. Namun, Jihoon bisa merasakan perasaan simpatik. Untuk saat ini, hanya itu yang bisa dia gambarkan.
Baiklah. Mari mainkan dia lebih dari ini.
Dia menonjolkan perasaan simpatik itu dan menambahkan sedikit emosi menyesal sebagai pengawalan. Setelah Jihoon memainkan perasaan itu, Chang berhenti berteriak. Jihoon menghembuskan napas lega karena dia tidak memilih perasaan yang salah.
Sehabis Chang yang diam tidak bergeming, Wonwoo menambahkan sebuah kisah provokasi yang bisa mempermainkan perasaannya. Wonwoo akan menggunakan ini sebagai senjata terakhirnya, sebelum dia tidak sadarkan diri.
"Ahjushi masih ingat namaku?" Chang menggeleng kuat. Bukan karena tidak ingat, tapi karena dia mau menyebutkan nama itu.
"Aku yakin ahjusshi mengingat namaku.." Anak perempuan yang masih kecil itu pergi ke arah kabut dan menghilangkan di sana. Chang merasa senang karena kepergiannya, tapi dia penasaran dengan tujuan kepergian anak itu.
Tidak bisa dipungkiri jika sebenarnya Chang ingin mengikutinya. Namun, niat itu diurungkan saat kedatangannya kembali dengan wujud yang sedikit berbeda. Lebih tinggi dan terlihat dewasa.
Dengan wajah yang masih tertutup, mata Chang tidak menunjukkan keterkejutan pada rupa sang gadis yang berbeda dari saat dirinya kecil itu. Karena pada dasarnya, Chang sudah mengenalinya sejak pertama kali bertemu.
"Karena Ahjusshi menerimaku bekerja tanpa perlu melakukan apa-apa." Senyum itu ditampilkan dengan manis ke arahnya. Ketika wajahnya terlihat, gadis itu memperkenalkan nama dengan, "Namaku Han [Y/N]."
Lalu, kenapa memangnya? Jika dia mengingat anak ini, kenapa? [Y/N] tidak berpengaruh apa-apa untuknya. Chang memilihnya langsung karena dia gadis satu-satunya di sana. Seorang gadis tidak akan bisa mengikuti pelatihan keras khusus pria atau dijadikan kelinci percobaan yang ingin akan diubah jadi vampire. Chang tidak ingin kekuatan dari vampire perempuan. Hanya itu alasannya!
"Geotjimal! Ahjusshi memilihku bukan karena itu." Chang menautkan kedua alisnya.
"Ahjusshi memilihku setelah melihat namaku di surat lamaran. Ahjusshi mendatangiku dan langsung membawaku terpisah dari para pelamar lain. Sesampainya di dalam, Anda membuatku takut karena mengira ingin menyakitiku." Dia tertawa dengan santai. "Aku bahkan sampai menendang bagian terpenting dari pria."
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...