Xu Minghao,
Panggilan lain Myeongho.Gerbang keenam penuntun sungai.
Posisi penjaga pembantu akhir.
Pemeluk kekuatan angin berpotensi dari sang penerus.Kelainan tulang kaki yang menyerangnya saat kecil, menambah penderitaannya akan fakta orang tua yang membuangnya karena kaki yang cacat. Harus tinggal di rumah sakit dan menjalani hidup dengan kursi roda membuatnya terus berharap bisa berjalan kembali. Kekuatan itu pun membantunya kembali berjalan, bahkan dapat berlari lebih kencang dari pemberi kekuatannya, yaitu sang penerus.
Karena ambisi yang besar, kekuatannya tidak memiliki kelemahan ataupun dapat melemah. Namun, egonya akan lebih besar untuk mempertahankan kekuatan dan membuatnya keras kepala.
🍃💦❄🔥
Kening mengerut. Alis bertaut tajam. Setelah tuntas membantu Mingyu, aku bergegas masuk ke rumah dari pintu belakang dan mengelilingi setiap ruangan untuk mencari orang terusil yang pernah kukenal itu. Bahkan aku tidak segan-segan membuka kamar Jeonghan yang kuketahui dari Mingyu.
Ke mana orang itu?!! Kenapa dia sangat pandai bersembunyi dariku?!! Aku makin frustasi karena tidak menemukan batang hidungnya di mana pun.
Tidak menyerah sampai di sana. Aku keluar melalui pintu utama dan melihat seisi hutan tanpa keluar rumah. Pandanganku hanya ada pepohonan dan satu orang yang sedang duduk bersila di depan teras. Dia tampak tenang dan sangat damai dalam meditasinya.
"Kau sudah kembali dari hutan?" tanya Minghao dengan mata yang masih terpejam.
"Bagaimana kau tau aku ada di sini?" Aku justru balik bertanya karena bingung.
Minghao membuka matanya dan langsung mendongak ke arahku. Dia bahkan tidak salah arah terlebih dahulu. "Suara langkah kakimu begitu cepat dan kuat. Tanpa melihat pun, aku sudah tau jika ada orang yang sedang marah-marah."
Aku mengusap tengkukku dengan malu. Semua karena Jeonghan! Dia sudah berkali-kali membuatku malu di depan orang-orang.
"Kau mencari Jeonghan hyung?" Minghao menebaknya dengan benar lagi.
Aku memegangi wajah. Pipiku pasti sudah sangat merah karena rasanya sangat panas. "Apa sangat terlihat?"
Minghao menertawakanku. "Jeonghan hyung ada sedikit cerita tentangmu dan Mingyu di hutan tadi," kata Minghao sambil bergerak-gerak di lantai, "Jika mendengarnya, aku sudah membayangkan kau pasti akan mengamuk."
"Apa saja yang dia ceritakan?!" Aku berteriak pada orang yang tidak bersalah. Untungnya Minghao tidak terkejut karenaku.
Dia bergumam. Berpikir sejenak sambil membaca ekspresi wajahku, lalu tersenyum kembali. "Bukan sesuatu yang buruk seperti bayanganmu."
"Lalu?" Melihat ketenangannya, aku jadi lebih santai. Aku masih bisa mempercayai ucapannya. Minghao dan semua orang di rumah ini, kecuali Jeonghan.
"Dia bilang kalian sedang pendekatan dan membutuhkan waktu berdua, jadi tidak boleh ada yang ke hutan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...