Aku membuka mataku dengan paksa. Saat itu juga, cCahaya matahari segera menyerang indra penglihatanku dengan membabi buta. Aku ingin melindungi pemandangan silau itu, tapi saat aku sadar, tubuhku tidak ada yang bergerak.
Beberapa kali kucoba untuk mengangkatnya, tapi seperti ada yang menahan. Aku tidak merasa ada ikatan kuat di pergelangan tangan, kaki, ataupun leherku. Aku tidak tau apa yang terjadi kali ini.
Dari seluruh bagian tubuh, aku habis bisa menggerakkan kedua bola mataku. Aku sebisa mungkin memutarnya 360 derajat, mengeliling ruangan ini yang tidak bisa kulihat jelas karena keterbatasan tersebut. Semakin kupaksakan mata untuk melihat, otot di bagian mataku juga semakin sakit. Aku mengerjap beberapa kali untuk melegakannya sampai sebuah suara berdengung di tengah kesunyian.
"Nugusaeyo?" tanyaku.
"Aku merasa dejavu kau menanyakan jati diriku."
Bibirku memilih diam. Karena tidak bisa bergerak, aku jadi tidak tau siapa dan dari mana sumber suara itu. Satu hal yang menjadi prasangkaku. Dia pasti vampire itu.
"Apa yang kau lakukan padaku?" tanyaku dengan suara bergetar. Terkesan ketakutan, padahal kenyataannya, aku mulai pegal dengan tubuh yang lumpuh tanpa sebab ini.
"Tidak ada yang kulakukan. Aku hanya tidak suka ada orang yang berkeliling di kastilku, sedangkan aku diam di sisi gelap."
Refleks mataku bergerak ke arah sisi kanan tempat tersebut yang memang gelap. Tidak ada yang bisa kulihat dalam kegelapan tersebut, bahkan dengan mata yang ditajamkan. Aku coba lebih jeli lagi dengan berusaha menengok ke arah tersebut, tapi ternyata leherku sudah tidak terpaku pada satu arah.
Aku coba menggerakkan anggota tubuh lainnya. Beberapa jari tangan hingga bahu sudah bisa bergerak meski masih gerakan terbatas. Senyumku sampai merekah cerah karena senang. Dia pun terkekeh dengan reaksi berlebihanku.
"Hanya karena aku mengunci ototmu, kau sesenang itu bisa bergerak lagi. Bagaimana jika kau mengalami hal yang sama dengan yang Mingyu rasakan?"
"Mingyu?" gumamku.
Sebuah sepatu terdengar melangkah. Aku hanya fokus menengok ke arah sisi gelap itu. Ujung sepatu itu terlihat dan keluar dari batas kegelapan. Namun tubuhnya tidak keluar dari zona perlindungannya.
"Bagaimana jika aku membebaskan ototmu juga?"
Aku mengerutkan kening. Aku tidak mengerti dengan maksudnya. Tapi setelah dia berkata demikian, tubuhku terasa lebih ringan. Dengan mencari peruntungan, aku menggunakan kedua tangan untuk membangunkan tubuhku yang habis mati rasa.
Dan begitulah kebenarannya, tubuhku benar-benar sudah bisa bangun. Aku membelo tidak percaya. Hal pertama yang kupikirkan adalah kekuatan vampire ini mengerikan. Meski aku berniat kabur pun, rasanya mustahil karena dia bisa membuat tubuhku bagai patung. Tiba-tiba perasaan takutku muncul. Namun aku berusaha menunjukkan keberanian walau hanya tergambar dalam ekspresi datar.
"Melegakan?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanyaku ragu-ragu.
"Bagaimana rasanya berada di posisi Mingyu dan Minghao?"
Apa hubungannya dengan mereka? Seketika aku kebingungan.
"Aish! Shit!!"
Jantungku hampir lepas karena dia yang tiba-tiba mengumpat. Terdengar mengerikan karena dibarengi angin kencang yang seakan menyerangku walau tidak memberi luka gores.
"Semakin aku bersikap baik, semakin aku membencimu." Kedua alisku saling bertaut. Apa salahku?
Dia keluar ke sisi terang tanpa ragu. Wajahnya terlihat sangat marah dengan mata kecilnya yang menghampiriku. Aku bergerak panik. Tubuhku memaksa kabur meski kakiku tidak bisa bergerak karena masih dikunci kekuatannya. Alhasil, aku jadi harus menjatuhkan diri dari ranjang yang tidak bisa dibilang rendah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Outcast Castel
FanfictionDahulu ketika para vampire masih menguasai kota, kami hidup dalam kegelapan yang diselimuti darah kawanan kami sendiri. Hidup dengan ketakutan dan bau darah yang menyebar di penjuru kota. Namun itu sudah ratusan tahun berlalu. Kini para manusia ting...