Pertempuran

268 64 7
                                    

Aku tidak bisa merasakan sensor apa pun di tangan kananku. Kakiku juga tidak bertenaga. Dengan langkah tertatih, aku menjauh dari tubuh Chang yang perlahan mengeluarkan suhu aneh. Panas, dingin, lembab, dan berbagai hal lainnya yang tidak bisa kujelaskan. Aura yang terpancar pun makin tidak karuan. Tangannya secara bergantian mengeluarkan air, angin, lalu membeku, dan dilelehkan kembali dengan api.

Chang tampak bahagia di wajah bengisnya. Dia terus tertawa selama energi itu berganti-ganti di tangannya. Lalu, saat dia berteriak, sebuah gelombang seakan menghantam tubuhku. Dadaku seperti dipukul oleh angin. Aku langsung sesak karenanya. Awan-awan pun bergerak cepat menutupi langit jingga yang masih terang.

Aku terus mengatur napas sambil mengusap-usap bagian atas dadaku. Selama itu pula, sebuah penampakan datang dari arah lurus pandanganku dan berlawanan dengan arah menghadap Chang. Bibir ini kutahan agar tidak menyuarakan perasaan senang dan lega melihat wujud Yohwa masih selamat setelah dilempar iblis berwujud vampire itu.

Nafasnya tampak menggebu-gebu. Namun, tidak ada keringat yang membasahi dahinya. Tatapan temannya fokus memperhatikan punggung Chang. Seakan-akan mencari cela yang tepat untuk menyerang. Ketika gelombang kedua datang, Yohwa menghindarinya, sedangkan aku hanya bisa menerima tanpa bisa kabur. Kedua kalinya, dada ini merasakan hantaman angin.

Saat menemukan cela, Yohwa menampilkan tubuhnya. Kedua sayap besar yang setengah terbakar itu, masih berusaha membantunya mengangkat diri. Secepat mungkin, Yohwa melesat. Dia mengorbankan tubuhnya sendiri untuk menubruk Chang. Pergerakan awan di atas pun kembali melamban. Namun sisa cahaya dari langit sore, kini sudah dihiasi awan yang lebih hitam dari malam biasanya.

Chang mengumpat. Dia berdiri dengan mudah, di saat Yohwa masih mengumpulkan tenaga. "Kau sangat mengganggu!"

Perut Yohwa ditendang. Tubuhnya terseret hingga tepi gedung. Beton itu retak. Memperjelas seberapa kuat tendangan itu. Yohwa terbatuk-batuk. Chang mendekatinya dengan langkah ringan. Vampire itu mengangkat kakinya lagi dan hendak melayangkan tendangan kedua untuk menjatuhkan tubuh lemah itu kembali. Namun Yohwa mencegah kaki itu dengan membekukan setengah kaki Chang.

Tapi vampire itu tidak goyah. "Kau kira serangan ini kecil ini bisa menghentikanku?"

Dia mencairkan es itu dengan kobaran api yang melingkar di kakinya, tanpa meninggalkan bekas. Taring panjang itu tampil buas pada seringai di bibirnya. "Kali ini, kau juga harus merasakan es membungkus tubuhmu."

Aku yang refleks berteriak, tapi tidak ada yang menggubrisku dan sibuk dalam pertempuran mereka. Yohwa mengerahkan seluruh kekuatan sekuat tenaga untuk membekukan kaki Chang kembali dan berhasil. Kedua kaki Chang terbalut es tebal dan membeku bagai balok es yang siap dipahat di tempat. Terlihat sangat kokoh hingga membuat Chang diam tak bergeming.

Kesempatan itu Yohwa buat untuk menghampiriku. Dia memegangi pundakku dengan memperhatikan kondisi tubuhku dari atas sampai bawah dengan mata melotot. "Gwaenchana?"

Padahal kondisi tubuhnya lebih memprihatinkan dariku. Hanya dengan melihatnya, mataku serasa ingin menangis. Namun tetap kutahan. "Nan Gwaenchana."

Kupikir semuanya akan baik-baik saja untuk sesaat, tapi makian tiba-tiba Chang pada kekuatannya membuatku merinding. Vampire itu masih diam di tempat dengan es yang belum mencair. Dengan jelas, aku mendengar suaranya yang kesal pada kekuatannya sekarang.

"Aish! Ini belum cukup!"

Dia belum puas??

Yohwa menggelengkan kepalanya dengan gusar setelah memperhatikan Chang. "Dia terlalu berbahaya. Kau harus kabur selama aku menahannya."

Aku mencengkeram tangannya, tanda aku tidak ingin dia melakukan itu. Aku ingin kita selamat bersama. Aku tidak mau ada yang berkorban demi menyelamatkanku. Tidak boleh!

Outcast CastelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang